Semakin Banyak yang Meninggal Dunia di Australia Dikremasi

Semakin banyak orang yang meninggal dunia di Australia dikremasi abunya dijadikan manik-manik atau kembang api
Mary-anne membuat manik-manik dengan menggunakan abu jenazah ibunya. (Foto: abc.net.au/indonesian - ABC North Queensland: Mia Knight)

Oleh: Mia Knight

TAGAR.id – Ketika Mary-Anne Paterson kehilangan ibunya karena kanker payudara, dia ingin membuat sesuatu untuk mengenangnya. Sekarang wanita asal Townsville, Queensland, Australia, ini membuat perhiasan manik-manik dari abu jenazah ibunya.

"Ibu saya selalu ingin melakukan sesuatu yang berbeda, dia tak ingin abu jenazahnya terjebak dalam toples," ujar Mary-Anne.

"Untuk pemakamannya dia ingin merujuk ke lagu Another One Bites the Dust... Katanya dia akan menghantuiku jika meninggalkan abu jenazahnya di rak perapian," katanya.

Warga Australia Mary-Anne PatersonWarga Australia Mary-Anne Paterson (kiri) menggunakan abu kremasi jenazah ibunya menjadi perhiasan kaca. (Foto: abc.net.au/indonesian - Supplied: Mary-Anne Paterson)

Kini semakin banyak orang Australia memilih kremasi daripada pemakaman.

Sepanjang 2022 ini, sekitar 76 persen warga Queensland yang meninggal dunia dikremasi, bukan dikuburkan.

Meskipun sebagian orang lebih suka menyimpan abu jenazah keluarganya di dalam guci atau menyebarkannya di tempat yang mudah diingat, namun yang lain memilih untuk sedikit "kreatif."

Selain menjadikan abu jenazah sebagai bagian dari perhiasan, ada pula keluarga yang mencampurkannya dengan tinta untuk tato dan bahkan kembang api.

Pengrajin manik-manik Alison VelvinPengrajin manik-manik Alison Velvin membuat perhiasan kaca ini dengan menggunakan abu kremasi. (Foto: abc.net.au/indonesian - ABC North Queensland: Mia Knight)

Hanya butuh bubuknya

Mary-Anne berharap untuk mewariskan perhiasan manik-manik yang dia buat itu kepada anak-anaknya.

"Untuk melakukan sesuatu yang istimewa seperti ini, bahkan mungkin saya bisa memakainya. Saya tahu ini terdengar aneh, tapi mengubah abu ini ke sepotong kaca yang indah, itu luar biasa," katanya.

Seorang pengrajin kaca, Alison Velvin, pertama kali mulai membuat "manik-manik kenangan" setelah dia kehilangan kucingnya tahun lalu.

"Saya ingin mengenakan abunya," kata Velvin.

Perhiasan manik-manik hanya membutuhkan sedikit abu, sekitar seperempat sendok teh. "Kita harus menyaring abunya, jadi hanya bubuknya, jangan memasukkan abu yang kasar," jelsnya.

"Begitu laras kaca cair sudah terbentuk, kita hanya perlu menggulung gelas panas itu ke abu dan kemudian melelehkan lapisan kaca bening di atasnya," ujarnya.

Velvin mengatakan orang dapat melihat manik-manik kenangan dan menyadari di dalamnya ada abu jenazah keluarganya.

"Manik-manik dapat dibuat menjadi gantungan kunci, liontin, atau sekadar menyimpannya di saku," katanya.

Seorang warga lainnya Gayle Hayter kehilangan Allan, suami yang telah mendampinginya selama 40 tahun, enam tahun lalu. Setelah jenazah Allan dikremasi, Gayle mengemasi abunya, dan sekarang menyimpan abu itu dalam manik-manik kenangan. "Saya pikir Allan akan senang dengan apa yang saya lakukan ini," katanya.

Manik-manik kenanganManik-manik kenangan dibuat dengan melekatkan leburan kaca ke abu kremasi. (Foto: abc.net.au/indonesian - ABC North Queensland: Mia Knight)

Gayle mengaku telah berusaha untuk menyimpan abu jenazah suaminya itu dan dengan cara ini dia merasa lebih baik. "Saya semakin bisa mengenangnya," ujarnya.

Dr Margaret Gibson, sosiolog budaya dan dosen senior di Griffith University, mengatakan bagi sebagian orang, menciptakan sesuatu dari abu dapat membantu mengobati duka karena kehilangan orang yang dicintai.

"Selalu ada kebutuhan untuk memberikan tempat kepada orang yang telah meninggal itu," kata Dr Gibson. "Menggunakan abu jenazahnya dan mengubahnya menjadi sesuatu seperti perhiasan bisa sangat menghibur dan jadi salah satu cara memberi mereka tempat," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa kembang api adalah salah satu pilihan yang lebih unik. "Ada sesuatu yang fana tentang kembang api," ujar Dr Gibson. "Benar-benar suatu perayaan yang meriah."

kuburan di di Queensland AustraliaHanya sekitar 20 persen orang meninggal di Queensland, Australia, yang dikuburkan dalam enam bulan terakhir, selebihnya dikremasi. (Foto: abc.net.au/Indonesian)

Apakah kuburan tak lagi dipakai?

Jawaban singkatnya mungkin tidak. Menurut Dr Gibson, biaya dan kepraktisan menjadi faktor kunci dalam pilihan orang menghindari proses pemakaman.

"Orang tak selalu ingin mengubur anggota keluarga yang mereka cintai di tempat yang tak lagi mereka tinggali," katanya.

"Menjadikannya abu jauh lebih mudah dipindahkan, kita dapat membawanya dan membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan nantinya," katanya.

Meskipun tempat untuk pemakaman di Australia kini sangat mahal, namun banyak orang masih lebih memilih proses ini.

"Dalam hal agama, tradisi Yahudi, Muslim dan bagi sebagian orang Kristen, pemakanan dengan cara penguburan masih dipandang sebagai cara tepat untuk menguburkan seseorang," jelas Dr Gibson. "Namun, banyak pemakaman sekarang benar-benar sekuler dan personal," katanya.

Apakah Anda ingin dikubur atau dikremasi, menurut Dr Gibson, sangat penting bagi kerabat dan keluarga untuk mengingat bahwa "tak ada cara yang benar" untuk berduka. "Setiap orang berduka dengan berbeda," katanya. (Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News)/abc.net.au/indonesian. []

Berita terkait
Organisasi di Florida Gunakan Abu Kremasi Jasad Manusia untuk Lawan Perubahan Iklim
Eternal Reefs membuat ide untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang dengan memanfaatkan abu hasil kremasi jasad manusia