Jakarta - Sejarawan Anhar Gonggong coba meredam pro dan kontra penayangan film Penumpasan Pengkhianatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) yang diributkan masyarakat.
Dia menilai adanya diskursus yang terjadi di publik menyoal film G30S PKI dikarenakan adanya perkembangan pemikiran, dilatari perubahan generasi.
Bahwa saya tidak senang itu karena saya punya latar belakang tertentu tentang situasi ketika terjadi peristiwa itu. Tapi saya akan tetap menonton.
Dia tidak ingin hal ini menjadi kegaduhan terus diperdebatkan masyarakat. Sebab, film merupakan hasil cipta karya manusia. Tentunya sangat wajar apabila ada yang bereaksi positif maupun negatif, tergantung interpretasi orang dalam memaknai karya sutradara film Arifin C Noor tersebut.
Baca juga: PA 212 Anggap Pilkada Lebih Berbahaya Ketimbang Nobar G30S PKI
"Jadi, buat saya itu hal yang biasa saja dan film itu yang ditontonkan tidak sepenuhnya seperti kejadiannya. Kan namanya juga film. Film kan banyak bumbu-bumbunya kan, saya tidak tahu sampai seberapa jauh bumbu-bumbu itu diberikan oleh Arifin C Noor," kata Anhar Gonggong dalam kanal YouTube Tagar TV, dilihat, Selasa, 29 September 2020.
Untuk mengulas lebih dalam menyoal film G30S PKI, Anhar meyakini sosok Salim Said dapat menjadi penengah, karena merupakan teman baik sang sutradara.
"Profesor Doktor Salim Said Itu temen akrab dari Arifin C Noor yang membuat film itu," ucapnya.
Dia menegaskan, sebaiknya perdebatan positif negatif latar belakang film tersebut harus dihentikan. Dia menyarankan, daripada membuang enerji meributkan hal yang tidak berkesudahan, maka lebih baik mendalami dengan literatur yang masih ada, semisal membaca buku ataupun menggali lebih dalam peristiwa G30S PKI dari sumber-sumber terpercaya.
"Bahwa saya tidak senang itu karena saya punya latar belakang tertentu tentang situasi ketika terjadi peristiwa itu. Tapi saya akan tetap menonton. Dalam arti kata, sampai seberapa jauh apa yang disajikan oleh Arifin C Noor sejalan dengan perkembangan yang saya ketahui pada periode yang diceritakan itu," ucapnya.
"Tentu saja ada yang sama, ada yang tidak, dan saya tidak mengenal dengan para pelaku yang ada di dalam kan. Saya cuma nonton saja, saya bandingkan dengan apa yang saya baca di koran dan seterusnya. Jadi film itu akan memberikan berbagai pandangan dari para penontonnya," kata Anhar Gonggong lagi.
Baca juga: Film G30S PKI, PA 212 Wanti-wanti Mahfud Md Ingat Jas Hijau
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD merasa heran ihwal penayangan film G30S PKI yang diributkan masyarakat.
Menurut Mahfud, masyarakat dapat menonton film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI tersebut di mana saja dan kapan saja. Bahkan, kata Mahfud, dirinya telah menonton film tersebut di YouTube.
"Mengapa soal pemutaran film Pengkhianatan G30S PKI diributkan? Tidak ada yang melarang nonton atau menayangkan di TV. Mau nonton di YouTube juga bisa kapan saja, tak usah nunggu bulan September. Semalam saya nonton lagi di YouTube," tulis Mahfud di akun Twitternya, @mohmahfudmd, Minggu, 27 September 2020.
Mahfud menjelaskan, di era Presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie, eks Menteri Penerangannya yang dijabat Letnan Jenderal (Purn) TNI Muhammad Yunus Yosfiah juga tidak melarang pemutaran film tersebut.
Dia pun menegaskan, pemerintah saat ini tidak melarang atau pun mewajibkan masyarakat menonton film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Dia juga tidak mempermasalahkan apabila film tersebut ditayangkan di sebuah stasiun televisi.
"Untuk TV-TV (termasuk TVRI) mau tayang atau tidak, juga tergantung kontraknya dengan pemegang hak siar sesuai pertimbangan rating dan iklannya sendiri-sendiri," kicau Mahfud Md. []