Sejarah Pendirian Sriwijaya Air oleh Chandra Lie

CEO Sriwijaya Air Chandra Lie terinpirasi dari kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Hal itu akan membuat konsumen mudah mengingat maskapainya.
CEO Sriwijaya Air Chandra Lie. (foto: garuda.industry.co.id).

Jakarta - Hubungan kerja sama Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia memanas, setelah pihak Garuda mengumumkan keluarnya Sriwijaya dari grup perusahaan. 

Imbasnya, para calon penumpang Sriwijaya dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Padang, Manado dan lainnya, tak bisa terbang sejak Rabu malam, 6 November 2019. 

Sriwijaya Air didirikan pada tahun 2003 oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin dan Andy Halim, serta beberapa tenaga ahli yang turut andil sebagai pionir berdirinya Sriwijaya Air adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, dan Suwarsono.

Chandra Lie memilih nama Sriwijaya karena kekagumannya terhadap kerajaan Sriwijaya yang termasyhur di Nusantara.

Meneruskan catatan Kontan, CEO Sriwijaya Air Chandra Lie sempat mengungkapkan cikal bakal bisnis penerbangan bermula dari keisengan dirinya dengan saudara-saudaranya.

Pada periode 1980-an, Chandra sempat mencoba peruntungan berkarir sebagai salesman yang bergerak dalam bidang garmen. Tidak pernah terbesit sedikit pun dalam pikirannya, bakal mendirikan sebuah perusahaan penerbangan terkemuka nasional.

Kemudian pada 1994, Chandra mendirikan sebuah agen perjalanan bernama Rajawali Tour dan Travel. Selama menjalani bisnis tersebut, Chandra sering menyewa beberapa pesawat ternama seperti Pelita Air, Bouraq, Nurman Avia, Merpati, dan Bali Air. 

Sejak saat itu Chandra mulai membangun mimpi untuk membuka sebuah maskapai penerbangan yang bakal dia kelola langsung, karena kala itu belum banyak kompetitor dalam bidang jasa penerbangan. 

Sriwijaya AirMaskapai Sriwijaya Air. (Foto: Sriwijaya Air)

Dengan bekal semangat untuk memajukan kampung halamannya yakni Bangka Belitung, Chandra merintis pendirian Sriwijaya Air bertepatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November 2003. 

Sriwijaya Air memulai penerbangan perdananya dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang PP, Jakarta-Jambi PP dan Jakarta-Pontianak PP. 

Dia memilih nama Sriwijaya karena kekagumannya terhadap kerajaan Sriwijaya yang termasyhur di Nusantara. Dia menganggap nama tersebut sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Penyematan nama, dia anggap, akan mempermudah kesuksesan bisnis yang dirintis.

Awal mulanya, Sriwijaya Air hanya mengoperasikan satu armada dengan tipe Boeing 737-200. Seiring berjalannya waktu, aramada bertambah menjadi 15 dengan tipe Boeing yang sama. 

Sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pelayanan publik yang lebih baik, Sriwijaya Air kemudian menambah dan memperluas jangkauan penerbangannya dari barat ke timur, dengan menambah beberapa armada pesawat dengan seri yang lebih baru yakni Boeing 737-300, Boeing 737-400, Boeing 737-500W, dan Boeing 737-800 NG.

Sriwajaya Air sempat memesan 20 unit Embraer 175 dan Embraer 195 dalam Paris Airshow 2011, namun pesanan tersebut dibatalkan karena alasan operasional, yang digantikan dengan seri Boeing 737-500W. 

Namun, tidak menutup kemungkinan jika suatu waktu nanti, Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali untuk NAM Air.

Tahun 2007 silam, Sriwijaya Air mendapatkan penghargaan keselamatan dari Boeing, yakni Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft yang diberikan beberapa bulan setelah inspeksi yang dilakukan oleh pihak Boeing selama beberapa bulan.

Pada 16 Juni 2015, dalam ajang Paris Air Show 2015, Sriwijaya Air mengumumkan pemesanan resminya sebanyak dua unit Boeing 737-900ER dan 20 unit 737 MAX 8 sebagai opsi yang akan diambil pada masa mendatang. 

Ini merupakan pesanan pertama Sriwijaya Air untuk pesawat yang benar-benar baru dan langsung keluar dari pabrikan. Dua armada 737-900ER milik Sriwijaya Air tiba bersamaan pada 23 Agustus 2015. 

Di tahun yang sama, Sriwijaya Air kembali mendapatkan sertifikasi keselamatan penerbangan yakni Basic Aviation Risk Standard (BARS) yang dilakukan oleh Flight Safety Foundation yang berbasis di Amerika Serikat. [] Dimas Wijanarko

Berita terkait
Sriwijaya Air Pecah Kongsi, Penumpang Jadi Korban
Pecah kongsi yang terjadi antara PT Sriwijaya Air dan anak perusahaan Garuda Indonesia berimbas kepada penumpang selaku pengguna jasa.
Sriwijaya Air Pecah Kongsi, Menhub Turun Tangan
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi bakal turun tangan menyelesaikan kemungkinan pecah kongsi antara Sriwijaya Iar dan Citilink.
Dibelit Masalah, Dua Direktur Sriwijaya Air Mundur
Sriwijaya Air mengalami sejumlah masalah mulai dari kisruh di tingkat pimpinan hingga tunggakan biaya.
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.