Sejarah 14 Februari di Indonesia, Pasukan PETA Memberontak

76 tahun silam atau tepatnya 14 Februari 1945, pasukan Pembela Tanah Air atau PETA di Blitar, melakukan pemberontakan terhadap kekaisaran Jepang.
Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944. (Foto:Tagar/Wikipedia)

Jakarta - 76 tahun silam atau tepatnya 14 Februari 1945, pasukan Pembela Tanah Air atau PETA di Blitar, Jawa Timur, melakukan pemberontakan terhadap kekaisaran Jepang. Sodancoh Soeprijadi memimpin pemberontakan tersebut.

Pemberontakan itu dilatarbelakangi keprihatinan Soeprijadi dengan kondisi dan nasib rakyat Indonesia yang hidup sengsara di bawah kekuasaan Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.

Penderitaan yang dialami oleh rakyat pribumi dikarenakan Kekaisaran Jepang menerapkan kebijakan yang sangat brutal, seperti kerja paksa (romusha), perampasan hasil pertanian, dan perlakuan rasial seperti halnya kekuasaan fasisme di Eropa, perlakuan rasis tersebut juga dialami oleh tentara PETA yang notabene adalah bentukan Jepang.

Soeprijadi lalu berkonsolidasi lalu menggerakkan pasukannya melakukan pemberontakan melawan Tentara Kekaisaran Jepang.

Pemberontakan itu sendiri berhasil membunuh sejumlah tentara Jepang dan pasukan PETA pimpinan Soeprijadi berhasil melarikan diri dengan membawa banyak perlengkapan dan logistik Jepang, seperti senjata Arisaka dan senapan mesin Type 99.

Sayangnya PETA tidak memiliki struktur komando sendiri, melainkan terpusat pada komando tentara Jepang. Walhasil, pemberontakan itu pun berhasil dicegah dan tidak menyebar ke 'daidan' atau batalion lainnya.

Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun Heiho.

Kemudian Jepang akhirnya memutuskan untuk mengirim tentara PETA yang masih setia pada Jepang untuk memburu Soeprijadi dan pengikutnya. Tentara PETA yang tertangkap kemudian diadili di Jakarta, pusat komando pemerintahan pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia.

Sebanyak 68 orang anggota PETA yang memberontak berhasil ditangkap. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan oleh Kempeitai (PM), diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Eevereld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.

Sementara Soeprijadi sendiri tidak ditemukan sampai hari ini. Banyak spekulasi beredar tentang keberadaan Soeprijadi, ada yang mengatakan ia ditangkap dan dibunuh di tempat, melarikan diri ke Trenggalek, kota kelahirannya yang letaknya cukup dekat dengan Blitar dan kondisi geografisnya yang memungkinkan Soeprijadi untuk mengasingkan diri dan bersembunyi, atau sebenarnya Soeprijadi telah tewas dalam pertempuran 14 Februari 1945 itu, sampai sekarang tidak ada yang tahu. []

Baca juga:

Berita terkait
Sejarah Hari Valentine 14 Februari
Hari Valentine atau biasa disebut Hari Kasih Sayang, diperingati setiap tanggal 14 Februari. Berikut sejarahnya dengan dua versi berbeda.
Sejarah Hari Persatuan Farmasi Indonesia 13 Februari
Selamat Hari Jadi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia ke 75 tahun.
Sejarah Panjang Kue Keranjang Pada Perayaan Tahun Baru Imlek
Kue keranjang merupakan salah satu makanan yang banyak dicari saat menjelang perayaan Imlek.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.