Untuk Indonesia

Secangkir Kopi untuk Jokowi

"Do I not destroy my enemies when I make them my friends ?" Abraham Lincoln
Secangkir Kopi untuk Jokowi | Bakal capres cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (kanan) dan Ma'ruf Amin tiba di RSPAD untuk menjalani tes kesehatan yang diselenggarakan KPU, Jakarta, Minggu (12/8/2018). (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Oleh: Denny Siregar*

"Do I not destroy my enemies when I make them my friends ?" Abraham Lincoln

Terpilihnya KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi meninggalkan luka di sebagian pendukung Jokowi. Para pendukung Jokowi yang sebagian juga pendukung Ahok masih ingat dengan jelas bagaimana KH Ma'ruf Amin terlibat dalam membuat keputusan yang menyebabkan gelombang aksi massa dan berakhir dengan Ahok dipenjara.

Ada perasaan sakit hati yang besar di sana yang berbuah menjadi dendam. Dan pada akhirnya beberapa dari mereka menyatakan golput pada pemilihan tahun depan.

Bisa dibilang, terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi adalah buah dari konsolidasi partai dengan Jokowi. Partai-partai pendukung tidak ingin memberi karpet merah kepada cawapres Jokowi "yang masih muda dan energik" karena berpotensi akan menjadi lawan mereka di tahun 2024 nanti.

Partai-partai lebih suka Jusuf Kalla terpilih kembali karena tidak mungkin mencalonkan diri lima tahun lagi. Tapi karena JK terbentur peraturan, maka Ma'ruf Amin adalah pilihan yang terbaik.

Tapi Jokowi ternyata bisa melihat sesuatu yang jauh lebih baik dari peristiwa ini.

Ia langsung setuju dengan permintaan partai-partai itu, karena ia punya agenda yang lebih besar dari sekadar pemilihan Presiden, yaitu rekonsiliasi.

Jokowi merasakan sekali terjadinya perpecahan pada bangsa ini, dimulai saat pemilihan Presiden tahun 2014 dan puncaknya pada pemilihan Gubernur DKI di tahun 2017. Dan ia melihat, jika diteruskan, maka bisa jadi kita sulit menghindar dari perpecahan bangsa karena isu yang dibangun lawan sudah keterlaluan, yaitu memakai agama.

Keterpilihan Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya, adalah pilihan yang tepat sebagai usaha memulai rekonsiliasi. Memang bukan keputusan yang menyenangkan, karena ia tidak mungkin menyenangkan semua orang.

Dan dengan adanya KH Ma'ruf Amin, Jokowi bisa memulai satu langkah yang sejak dulu ingin dilakukannya tetapi terbentur banyak hal yang sensitif, yaitu mengangkat kembali sahabatnya Ahok kembali ke permukaan.

Ya, Jokowi mengutus Luhut Binsar Panjaitan untuk menghubungi Ahok dan bertanya, "Maukah kamu terlibat dalam rekonsiliasi ini ? Tidak ada dendam. Semua demi kepentingan bangsa yang besar ini."

Ahok, dengan jiwa besarnya setuju dan ia - seperti yang dikatakan LBP - siap untuk menjadi juru bicara Jokowi saat kampanye nanti.

Indah, bukan?

Apa yang dilakukan Jokowi, jauh dari perkiraan Anda, saya dan kita semua. Satu bukti lagi bahwa Jokowi jika berpikir seribu langkah ke depan, di saat kita semua berpikir dari kotak ke kotak.

Jokowi merangkul semua orang - baik kawan maupun lawan - untuk bersama membangun bangsa ini. Semuanya. Jika bisa tanpa terkecuali. Karena kita sudah capek harus terus berkelahi setiap hari, sekian tahun lamanya, tanpa berhenti.

Inilah yang disebut politik bermartabat. Politik elegan. Jokowi membawa politik naik ke tingkat yang lebih tinggi, tanpa kita semua sadari.

Perang sesungguhnya pertempuran ego. Ketika seseorang merasa lebih baik dan lebih benar dari seorang lainnya. Dan Jokowi memahami itu pada tingkatan makna, bukan lagi permukaan.

Apa yang dilakukan Jokowi dengan merangkul banyak musuhnya, sesungguhnya adalah kemenangan perang itu sendiri. Ia menghancurkan lawan tandingnya bahkan sebelum pertempuran dimulai.

"Aku menghancurkan musuhku dengan menjadikan mereka teman." Musuh di sini bisa dalam artian musuh di hadapan ataupun ego pribadi yang menguasai badan.

Jokowi ternyata bukan hanya pecatur politik yang andal. Ia juga seorang negawaran. Sebuah sikap yang harus dipelajari banyak tokoh jika ingin menjadi sosok yang besar.

Secangkir kopi pagi ini, rasanya jadi nikmat sekali.

*Denny Siregar Penulis Buku 'Tuhan dalam Secangkir Kopi'

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.