Seba Baduy, Berjalan 80 Kilometer Antar Hasil Bumi

Menggunakan lomar atau ikat kepala berjalan tanpa alas kaki sepanjang 80 kilometer menembus hutan belantara dengan kondisi curam.
Seba Baduy (Foto: bantenterkini)

Lebak, (Tagar 28/4/2017) - Jumat, hari masih terlalu dini. Waktu baru menunjukan angka 03:30 Wib, dingin, lembab dan gelap. Puluhan sosok berbalut kain putih tampak berjalan beriringan di tengah kegelapan tanpa penerangan sama sekali.

Mereka adalah warga Baduy Dalam yang berangkat meninggalkan kampungnya, Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Menggunakan lomar atau ikat kepala berjalan tanpa alas kaki sepanjang 40 kilometer menembus hutan belantara dengan kondisi curam dan melintasi perbukitan juga pegunungan menuju Rangkasbitung demi melaksanakan tradisi Seba ke Bupati Lebak dan Gubernur.

Keberangkatan menuju Rangkasbitung sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Lebak untuk menjalin silatuhrahim dengan Bapak (bupati dan gubernur). Perjalanan yang ditempuh berjalan kaki itu untuk merayakan tradisi Seba yang bertempat di Gedung Pendopo Kabupaten Lebak. Warga Baduy Dalam berjalan kaki menempuh 40 kilometer tiba di Rangkasbitung sekitar pukul 15.00 WIB.

Perayaan tradisi Seba yang dilaksanakan Jumat (28/4) malam, tepatnya pukul 20.00 WIB itu dihadiri oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, dan pejabat muspida setempat.

Selanjutnya, warga Baduy Dalam keesokannya, Sabtu (29/4) kembali berjalan kaki menempuh 40 kilometer menuju Kota Serang sebagai pusat Pemerintahan Provinsi Banten.

"Kami sudah biasa berjalan kaki menempuh puluhan hingga ratusan kilometer," kata Karnaen (45) warga Baduy.

Menurut Karnaen, bagi masyarakat Baduy dalam berpergian kemana pun dilarang menggunakan angkutan kendaraan roda dua maupun roda empat, termasuk dalam perayaan tradisi Seba Baduy.

Sebab, apabila masyarakat Baduy Dalam itu diketahui menggunakan kendaraan maka mereka melanggar aturan adat. Pelanggaran adat itu nanti konsekuensi hukumannya mereka akan dikeluarkan dari tatanan kehidupan masyarakat Baduy Dalam menjadi Baduy Luar atau Baduy penamping.

"Kami berharap pelaksanaan Seba tahun ini sukses dan lancar," kata Karnaen.

Menurut Kepala Seksi Pembinaan Pers Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak Aep Dian, pelaksanaan ritual Seba yang dilaksanakan masyarakat Baduy adalah wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun yang memberikan mereka kehidupan yang lebih baik. Rasa syukur masyarakat Baduy itu dilaksanakan dengan mengunjungi dan beranjangsana dengan kepala daerah, yakni bupati dan gubernur sebagai Bapak Gede.

Sejak zaman Kesultanan Banten, masih mempertahankan Seba secara turun-temurun. Pelaksanaan Seba ini, kata dia, setelah menjalani tradisi kawalu selama tiga bulan. "Kami mendorong perayaan tradisi Seba ini menjadikan ajang pariwisata masyarakat adat," ujarnya.

Saija, tetua masyarakat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mengatakan perayaan Seba tahun ini dihadiri sebanyak 2.000 warga.

Dalam perayaan seba ini, masyarakat Badui akan menyerahkan hasil pertanian, di antaranya pisang, talas, gula aren, dan beras ketan kepada Bapak Gede.

Penyerahan hasil pertanian ini sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah daerah yang memberikan perlindungan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Badui.

"Kami terus menjalin silaturahmi dengan aparat pemerintah agar kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan masyarakat Badui," katanya.

(Rif/Ant)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.