Jakarta - Jhoni Allen Marbun, mantan kader Partai Demokrat, mengatakan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY lah pengkudeta Partai Demokrat yang sesungguhnya. SBY sebelumnya mengatakan Partai Demokrat sedang diuji sejarah, pihak luar bersekongkol dengan kader bermasalah akan mengkudeta Partai Demokrat. Kader yang disebut bermasalah di antaranya Marzuki Alie dipecat tidak hormat.
Inilah kudeta yang pernah terjadi di Partai Demokrat.
Berikut faktor-faktor hingga Jhoni Allen menyimpulkan SBY pengkudeta Partai Demokrat sesungguhnya. Jhoni menyampaikan ini dalam sebuah video yang dibagikan ke wartawan oleh koleganya, Darmizal, Senin, 1 Maret 2021.
1. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih kursi Ketua Umum dari Anas Urbaningrum yang terpilih dalam kongres di Bandung 2010.
Dalam perjalanan kemudian ketika Anas Urbaningrum tersandung masalah hukum, terseret kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang, pada saat itulah SBY melakukan kudeta. Anas Urbaningrum belum status tersangka, SBY waktu itu Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Presiden Republik Indonesia, mengambil kekuasaan ketua umum Anas Urbaningrum dengan cara membentuk presidium.
SBY menjadi ketua presidium, Anas Urbaningrum sebagai wakil ketua tanpa fungsi dalam menjalankan Partai Demokrat.
"Inilah kudeta yang pernah terjadi di Partai Demokrat," ujar Jhoni Allen.
Setelah Anas Urbaningrum ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Partai Demokrat menggelar kongres luar biasa di Bali pada 2013. Waktu itu SBY mengatakan hanya akan melanjutkan sisa kepemimpinan Anas hingga 2015.
2. Jhoni Allen mengaku kala itu dirinya diperintahkan SBY agar tidak membujuk Marzuki Alie maju sebagai calon ketua umum partai. Padahal dalam kongres sebelumnya Marzuki meraih suara terbanyak kedua setelah Anas Urbaningrum. Marzuki Alie kala itu kader Partai Demokrat yang sedang menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
3. SBY merekayasa kongres 2015 di Surabaya agar dia menjadi calon tunggal ketua umum Demokrat.
"Inilah bentuk pengingkaran janjinya terhadap dirinya sendiri dan para kader Partai Demokrat di seluruh Tanah Air," kata Jhoni Allen.
4. Yang paling meresahkan para ketua dewan pimpinan cabang dan dewan pimpinan daerah seluruh Indonesia adalah dibuatnya peraturan organisasi yang mengamputasi hak dewan pimpinan cabang dan dewan pimpinan daerah. Caranya dengan mengambil iuran anggota fraksi DPRD provinsi dan kabupaten/kota untuk sebagian disetor kepada dewan pimpinan pusat, serta penentuan calon kepala daerah tanpa ada pertanggungjawaban.
5. SBY juga merekayasa kongres V di Jakarta pada 2020. Tidak pernah ada pembahasan dan penetapan tata tertib acara, di mana salah satunya memuat syarat pemilihan ketua umum. SBY juga tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban sebagai ketua umum periode 2015-2020.
6. Terjadi pengusiran terhadap peserta kongres yang tidak memiliki hak suara. Semua peserta kongres mestinya memiliki hak bicara. SBY telah mendesain ketua-ketua DPD Demokrat seluruh Indonesia untuk mendeklarasikan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi ketua umum.
"AHY berada di puncak gunung tapi tidak pernah mendaki, itulah kenapa AHY selaku ketua umum tidak tahu cara turun gunung, sehingga Bapaknya, SBY yang saya hormati, menjadi turun gunung. Inilah yang saya sebut krisis kepemimpinan," kata Jhoni.
Dalam pidato, SBY mengatakan dirinya turun gunung untuk menyelamatkan Partai Demokrat dari ancaman kudeta pihak luar dan kader bermasalah.
Melihat faktor-faktor tersebut, Jhoni Allen menyerukan diadakan kongres luar biasa Partai Demokrat, mencari solusi untuk mengembalikan Demokrat menjadi partai demokratis, terbuka, dan modern. []