Sandiaga Uno, Ujug-ujug Wakil Gubernur, Ujug-ujug Calon Wakil Presiden

Fenomena ujug-ujug Sandiaga Uno dinilai tidak sehat bagi masa depan demokrasi Indonesia.
Mahar 1 Triliun Sandiaga, Bawaslu Didesak Lakukan Investigasi | Bakal calon wakil presiden Pilpres 2019 Sandiaga Uno (kanan) tiba untuk menjalani tes kesehatan di RSPAD, Jakarta, Senin (13/8/2018). KPU menyelenggarakan tes kesehatan bagi para kandidat capres dan cawapres Pilpres 2019. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Jakarta, (Tagar 12/1/2019) - Sandiaga Uno terlahir sebagai anak orang kaya, belajar di sekolah elit, kuliah di luar negeri, jadi pengusaha, ujug-ujug jadi wakil gubernur, ujug-ujug mencalonkan diri sebagai wakil presiden. 

Fenomena ujug-ujug seperti Sandiaga Uno bisa menimbulkan efek negatif bagi demokrasi di Indonesia, kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati.

"Kalau ada model instan dan potong kompas itu jelas menimbulkan efek negatif bagi demokrasi di Indonesia. Hal itu sama saja kerja politik tidak lebih sekadar kerja bisnis yang asal ada modal bisa menduduki posisi strategis," ujar Wasisto dalam keterangan tertulis kepada Tagar News, Selasa sore (12/2).

"Perlu diingat bahwa kerja politik itu kerja pengabdian. Yang artinya politisi yang berkarakter negarawan itu meniti kariernya dari bawah baru kemudian jadi elit," lanjut Wasisto.

Ia kemudian mencontohkan tradisi di negara lain yang para pemimpinnya memulai karier dari bawah sebagai pemimpin daerah.

"Sebenarnya justru best practice tentang politisi berkarakter negarawan itu dimulai dari karier bawah. Obama dan Bush bisa terpilih jadi Presiden AS saja harus memulai kariernya di negara bagiannya. Bahkan China yang tidak demokratis pun juga mewajibkan anggota partai berkarier di level bawah baru bisa naik ke atas," jelas Wasisto Raharjo Jati.

Berikut ini rekam jejak Sandiaga Uno dalam infografis:

Sandiaga UnoRekam Jejak Sandiaga Uno

Baca juga:


Berita terkait
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)