Sandiaga Janji Legalkan, Ini Kerugian Penggunaan Cantrang Versi WWF-Indonesia

Sandiaga Salahuddin Uno, berencana mengizinkan penggunakan cantrang oleh nelayan
Ratusan perahu nelayan bersandar di Sungai Wiso Jepara. (Alf)

Jakarta, (Tagar 27/3/2019) - Dalam beberapa kesempatan kampanye Pilpres 2019, calon wakil presiden nomor urut dua (02) Sandiaga Salahuddin Uno, berjanji akan mengizinkan penggunakan cantrang oleh nelayan jika terpilih. 

Padahal, selama ini pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan Menteri KKP Susi Pudjiastuti mati-matian melarang nelayan menggunakan cantrang untuk menangkap ikan di laut.

Nah, kenapa Menteri Susi, pun Presiden Jokowi berusaha keras dan tegas terkait penggunaan cantrang?Lalu, apa saja kerugian pemakaian cantrang di laut oleh nelayan? Berikut ini hasil kajian World Wide Fund (WWF)-Indonesia terkait kerugian menggunakan cantrang.

1. Deplesi stok atau Pengurangan Stok Sumber Daya Ikan
Hasil tangkapan trawl dan cantrang yang bernilai ekonomis dan dapat dikonsumsi sebenarnya hanya sekitar 18-40%. Karena sisanya adalah tangkapan sampingan (bycatch) atau tidak dimanfaatkan (discard) sekitar 60-82 persen.

Baca Juga: Ribut Sandi vs Susi Soal Cantrang, Ini Alasan Kenapa Cantrang Dilarang

Hasil tangkapan trawl dan cantrang nyatanya tidak selektif. Karena biota-biota yang belum matang gonad dan memijah dengan semua ukuran ikut tertangkap, sehingga tidak dapat berkembang biak untuk menghasilkan individu baru.

Artinya terjadi pemborosan sumberdaya, karena sebagian besar hasil tangkapan tersebut dibuang ke laut dalam keadaan mati. Sehingga penggunaan yang sudah meluas pada tahun 1960 menyebabkan deplesi stok atau pengurangan stok sumber daya ikan, hasil tangkapan akan semakin berkurang.

2. Mengacaukan Data Perikanan
Sebagian besar hasil tangkapan sampingan (bycatch) atau tidak dimanfaatkan (discard) sekitar 60-82 persen, kemudian dibuang ke laut dalam keadaan mati, faktanya akan mengacaukan data perikanan.

Mengapa? Sebab, data tersebut akhirnya tidak tercatat sebagai hasil produksi perikanan. Akhirnya, stok sumber daya perikanan pun menjadi kurang akurat, karena tidak ada kesesuaian antara kebijakan pengelolaan dan kenyataan kondisi sumber daya perikanan.

3. Merusak dan Mengganggu Produktivitas Habitat Biota Dasar Perairan
Pengoperasian trawl dan cantrang yang mengeruk dasar perairan dalam dan pesisir tanpa terkecuali terumbu karang, ternyata berimbas pada rusaknya lokasi biota laut.

Kendati Cantrang menghindari terumbu karang, tetapi kelompok-kelompok kecil karang hidup yang berada di dasar perairan akan ikut tersapu. Akhirnya mengganggu dan merusak produktivitas dan habitat biota pada dasar perairan.

Padahal, dasar perairan adalah habitat penting di laut karena terdiri dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan substrat pasir atau lumpur.

4. Degradasi Sumber Daya Ikan di Perairan
Padatnya aktivitas penangkapan dari berbagai daerah termasuk penggunaan alat tangkap trawl dan cantrang, berimbas pada degradasi perairan, salah satunya perairan di Laut Jawa.

Degradasi perairan tersebut ujungnya berimbas pada dua hal. Pertama sumber daya ikan di fishing ground (lokasi penangkapan) nelayan pun ikut berpindah dan menjauh, kedua biaya operasional nelayan menangkan ikan semakin tinggi.

Berita terkait