Sandi, Lulusan Sekolah Katolik yang Digelari Ulama

Sandi, lulusan sekolah Katolik yang digelari ulama. Hidupnya sungguh berwarna dan multitafsir.
Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno melambaikan tangan usai mengikuti pertemuan koalisi pengusung Prabowo-Sandi di kawasan Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (18/9/2018). Pertemuan tersebut membahas finalisasi tim pemenangan pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)

Jakarta, (Tagar 19/9/2018) - Sandiaga Uno kehidupannya sungguh berwarna. Ia bukan saja dikenal sebagai pengusaha yang kemudian jadi politikus. Bukan saja mantan wakil gubernur DKI Jakarta yang kini sedang berusaha menggapai kursi RI 2. Lebih dari itu, di mata pendukungnya ia bisa jadi apa saja. 

Di mata Presiden PKS Sohibul Iman, Sandi adalah seorang santri. Bukan santri sembarangan, tapi santri pos-Islamisme

"Saya kira beliau seseorang yang memang hidup di alam modern, tetapi beliau mengalami proses spiritiualisasi dan Islamisasi, sehingga saya bisa mengatakan saudara Sandi adalah merupakan sosok santri di era pos-Islamisme. Dia benar-benar menjadi contoh pemimpin muslim yang kompatibel dengan perkembangan zaman," tutur Sohibul sesaat setelah deklarasi pasangan capres-cawapres, Prabowo-Sandiaga di kediaman Prabowo, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).

Kala itu PKS sedang sangat ingin kadernya ada yang menjadi cawapres Prabowo, tapi kemudian PKS mendukung Sandi sebagai cawapres Prabowo. Saat yang sama lagi ramai-ramainya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief "bernyanyi" tentang Sandi yang telah membayar mahar masing-masing Rp 500 miliar ke PKS dan PAN untuk membeli kursi cawapres Prabowo. 

Dari santri, Sandi melejit menjadi ulama dalam pandangan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid.

"Menurut saya sih Pak Sandi itu ya ulama. Perilakunya, ya perilaku yang juga sangat ulama. Beliau melaksanakan ajaran agama, beliau puasa Senin-Kamis, salat duha, salat malam, silaturahim, menghormati orang-orang yang tua, menghormati semuanya, berakhlak yang baik, berbisnis yang baik, itu juga satu pendekatan yang sangat ulama. Bahwa kemudian beliau tidak bertitel 'KH' karena memang beliau tidak belajar di komunitas tradisional keulamaan," tutur Hidayat.

Predikat ulama untuk Sandi itu tak lama setelah GNPF Ulama menggelar Ijtimak Ulama II. Hasilnya, Ijtimak mendukung Prabowo-Sandi. GNPF memahami bahwa Prabowo tak memilih ulama menjadi cawapresnya untuk menghindari perpecahan umat. PKS tak sepakat bila dikatakan pilihan cawapres dari ulama atau bukan bisa memecah umat.

Sandiaga Uno yang multitafsir ini memiliki nama lengkap Sandiaga Salahudin Uno. Sebelum terjun ke dunia politik, ia seorang pengusaha. Usai meraih predikat summa cum laude dari Wichita State University - Amerika Serikat, Sandiaga bekerja sebagai karyawan Bank Summa di tahun 1990.

Setahun dirinya bekerja, ia mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Usai berhasil menempuh pendidikan, Sandiaga bergabung di Seapower Asia Investment Limited, Singapura. Kemudian tahun 1995, Sandiaga Uno menjadi Executive Vice President NTI Resources Ltd. Meski menjadi wakil eksekutif presiden kala itu, perusahaannya kena tutup karena krisis moneter yang melanda pada tahun 1997.

Sandiaga pun balik ke Indonesia dengan tidak memiliki pekerjaan. Meski demikian, Sandiaga Uno tidak berputus asa. Sandiaga bersama teman SMAnya, Rosan Perkasa Roeslani mendirikan perusahaan penasihat keuangan PT Recapital Advisors pada tahun 1997. Kala itu, ia mendapat mentor bisnis William Soeryadjaya, pendiri PT ASTRA Internasional.

Lalu pada tahun 1998, Sandiaga bersama putra William mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya dengan usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi dan kehutanan. Perusahaan itu bekerja dengan mengumpulkan modal investor untuk mengakuisisi perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kemudian, perusahaan tersebut sistemnya diperbaiki dan dikembangkan hingga menjadi sehat kembali. Usai kembali sehat, aset perusahaan dijual kembali dengan nilai lebih tinggi.

Adanya networking yang luas dengan perusahaan dan lembaga keuangan, membuat perusahaan yang didirikan Sandiaga Uno berhasil mengambil alih 12 perusahaan hingga tahun 2009. Beberapa perusahaan yang telah dijual kembali di antaranya PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan PT Astra Microtonics.

Tak hanya itu, Sandiaga sempat menjabat sebagai Wakil Presiden Usaha Kecil dan Menengah di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dari 2009-2010, dan ketua Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dari 2005 - 2008. Sandiaga bahkan masuk sebagai orang terkaya ke-37 di Forbes Indonesia pada tahun 2011 dengan total kekayaan USD 600 juta.

Sekitar tahun 2017, Sandiaga Uno maju mendampingi Anies Baswedan yang diusung oleh Partai Gerindra dan PKS di Pilkada DKI. Sandiaga bersama Anies Baswedan pun berhasil memenangkan pilkada tersebut.

Saat menghadiri perayaan Natal bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Hotel Raffles, Jalan Dr Satrio, Jakarta Selatan, Selasa, 9 Januari 2018, Sandi bercerita bahwa dirinya pernah dididik di lembaga pendidikan berbasis agama Kristen dan Katolik.

"Saya sebenarnya dididik di sekolah Kristen, 7 tahun. TK sampai SD saya di Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD). Dan SMA saya di SMA Katolik Pangudi Luhur," kata Sandi kala itu. 

Ia pun mengaku keberagaman membuatnya bangga sebagai bangsa Indonesia. "Saya bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika, yang sangat pluralis," ucapnya. []

Berita terkait