Salah Ucap Presiden Biden Timbulkan Kekhawatiran di China dan Asia

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menegaskan komitmen melindungi Taiwan jika China menyerang
Pemerintahan Biden mengklaim belum mengumumkan perubahan pada kebijakan AS tentang Taiwan (Foto: dw.com/id)

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menegaskan komitmen melindungi Taiwan jika China menyerang. Sikapnya melanggar doktrin ambiguitas strategis milik AS di Asia Pasifik, meski selaras dengan perubahan intonasi terhadap China di Washington. Hans Spross melaporkannya untuk DW.

Pada Agustus 2021 lalu, stasiun televisi ABC bertanya kepada Presiden Biden tentang laporan media China, yang merujuk pengambilalihan Afganistan oleh Taliban sebagai bukti bagi Taiwan, betapa Washington tidak bisa diandalkan.

Biden bersikeras apa yang terjadi di Afganistan tidak berhubungan dengan komitmen AS kepada Taiwan, Korea Selatan, dan NATO. "Kami membuat komitmen suci pada Pasal 5 (perjanjian NATO) bahwa jika, pada kenyataannya, ada orang yang menyerang atau mengambil tindakan terhadap sekutu NATO kami, kami akan merespons," kata Biden.

"Sama dengan Jepang, sama dengan Korea Selatan, sama dengan Taiwan," kata Biden.

kementerian pertahanan chinaKementerian Pertahanan China telah mengajukan protes atas perjalanan kapal perang AS di perairan antara China dan Taiwan (Foto: dw.com/id)

Seorang pejabat pemerintahan AS mengklarifikasi, seraya mengatakan "kebijakan AS berkaitan dengan Taiwan tidak berubah." Analis mengatakan Biden tampaknya "salah bicara."

1. AS Memiliki 'Militer Paling Kuat'

Ketika ditanya CNN pada Kamis, 21 Oktober 2021, apakah Amerika Serikat bersedia dan mampu membela Taiwan jika terjadi serangan oleh China, Biden menjawab: "ya dan ya."

"China, Rusia, dan seluruh dunia tahu bahwa kami memiliki militer paling kuat dalam sejarah dunia," jawab Biden.

biden dan xiKetika menjabat Wakil Presiden AS pada 2013, Joe Biden bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping (Foto: dw.com/id)

Lebih lanjut saat ditanya oleh moderator apakah itu berarti AS akan membela Taiwan jika China menyerang, Biden berkata: "Ya, kami memiliki komitmen untuk melakukan itu."

2. Klarifikasi Lain dari Gedung Putih

Sekali lagi, Juru Bicara Gedung Putih mengklarifikasi setelah Biden berbicara bahwa tidak ada perubahan dalam kebijakan AS terkait Taiwan, kerja sama pertahanan terus dilakukan di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan, yang disahkan Kongres pada 1979, ketika Amerika Serikat dan Republik Rakyat China menjalin hubungan diplomatik.

Menurut undang-undang tersebut, Amerika Serikat "harus mempertahankan kapasitas untuk melawan segala upaya kekerasan atau bentuk paksaan lain yang akan membahayakan keamanan atau sistem sosial atau ekonomi rakyat Taiwan."

Kata-kata dari undang-undang tersebut adalah dasar dari apa yang disebut pengamat sebagai "ambiguitas strategis" dari kebijakan AS sejak 1979. Washington telah membiarkannya terbuka apakah Amerika Serikat akan datang membantu Taiwan dengan intervensi militer, jika pasukan China menyerang. Rumusan seperti itu akan ditafsirkan oleh pemerintah China sebagai dukungan bagi kemerdekaan Taiwan.

china menentang penjualan senjata ke taiwanChina menentang penjualan senjata AS ke Taiwan (Foto: dw.com/id)

3. Hubungan Taiwan dan China yang Semakin Menjauh

Meskipun pengiriman senjata AS ke Taiwan terus berlanjut, Amerika Serikat dan China menjalin hubungan yang lebih erat sejak 1979, terutama pada akhir 1990-an di bawah mantan presiden Bill Clinton dan Jiang Zemin.

Namun, kemeseraan itu sudah berakhir, tulis Marco Overhaus, dari Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan (SWP) yang berbasis di Berlin, dalam sebuah artikel untuk surat kabar Die Welt.

"Di Washington, ada persepsi bahwa persaingan dengan China adalah perjuangan epik antara pasar bebas yang demokratis dan negara-kapitalis otoriter China," tulis Overhaus pada 18 Oktober. "Presiden AS Joe Biden telah menegaskan diri, demokrasi melawan negara-negara otoriter di pusat kebijakan luar negerinya."

presiden taiwanPresiden Taiwan, Tsai Ing-wen, resmi menjabat pada tahun 2016 (Foto: dw.com/id)

Presiden Tsai Ing-wen adalah personifikasi identitas Taiwan baru yang jelas berbeda dari daratan. Tidak ada pertanyaan untuk mendeklarasikan kemerdekaan Taiwan karena itu adalah "garis merah" untuk Beijing dan melintasinya secara otomatis akan 'mengundang' tanggapan militer.

4. Washington 'Perlahan Menyesuaikan' Arahnya

Bonnie Glaser, Direktur Program Asia di Dana Marshall Jerman Amerika Serikat, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Tsai berusaha untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan dan tidak bersalah atas provokasi tertentu. Namun, kata Glaser, pemerintah China prihatin dengan penguatan hubungan pertahanan antara Taiwan dan Amerika Serikat, di antara isu-isu lainnya.

Angka-angka mengkonfirmasi bahwa hubungan AS-Taiwan semakin dekat. "Pada tahun fiskal 2016 hingga 2020, AS menjual senjata senilai sekitar 16,7 miliar dolar AS ke Taiwan,” Overhaus, dari SWP, menulis di Die Welt. "Pada tahun fiskal 2020, Taiwan adalah pelanggan terbesar senjata AS, dengan 11,8 miliar dolar AS."

Overhaus juga telah mendeteksi tekanan yang meningkat dari Kongres untuk tidak lagi membatasi pemerintah AS dalam penjualan senjata, yang secara eksplisit berkomitmen untuk membela Taiwan dan menghalangi Beijing. Meskipun pembantu utama Biden telah menolak perubahan kebijakan seperti itu, Overhaus menulis, Washington "perlahan menyesuaikan" arahnya.

Tanda-tandanya, tulisnya, termasuk kehadiran pasukan khusus AS di Taiwan dan "laporan yang meningkat tentang kunjungan tingkat tinggi ke Taiwan dari Departemen Luar Negeri dan Pertahanan AS."

Reuters melaporkan bahwa Glaser menyebut pernyataan Biden baru-baru ini sebagai "kekeliruan" dan mengatakan "benar-benar salah" bagi Biden untuk mengatakan AS memiliki komitmen untuk membela Taiwan (ha/rzn)/dw.com/id. []

5 Isu Besar yang Bisa Picu Konflik Antara Amerika dan China

Kekuatan Militer China Kejar Kesenjangan dengan Amerika

Kekuatan Militer China Ancaman Masa Depan Keamanan Dunia

Hubungan China dan Amerika Serikat di Persimpangan Jalan

Berita terkait
43 Negara Tanpa Negara Muslim Kecam Perlakuan China Terhadap Uighur
43 negara sampaikan keprihatinan mendalam lewat pernyataan resmi tentang situasi yang dialami oleh etnis minoritas Muslim-Uighurs
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.