Sajian Musik Suarasama di Bukit Danau Toba

Nuansa musik etnik menggema di panggung musik Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) yang berlangsung Sabtu 16 Juni 2019
Suarasama tampil di panggung musik Toba Caldera World Music Festival di Bukit Singgolom, Tarabunga, Balige, Sabtu 15 Juni 2019 malam. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong).

Balige - Nuansa musik etnik menggema di panggung musik Toba Caldera World Music Festival (TCWMF) yang berlangsung Sabtu 16 Juni 2019 malam.

Sederetan kelompok musik menampilkan performa dengan berbagai idiom mengangkat tema world music. Salah satunya Suarasama membawakan musik etnik Melayu dengan idiom Afrika dan Timur.

Sekitar pukul 21.00 WIB, Suarasama naik ke atas panggung. Grup musik yang dimotori Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu ini mengawali penampilannya dengan lagu "Seroja" gubahan seniman musik legendaris Said Effendi.

Berita sebelumnya: Caldera World Music 2019 Bergema di Bukit Singgolom

"Lagu ini merupakan salah satu lagu legendaris yang kami coba bawakan dengan warna berbeda," ujar Rithaony.

Alat musik sruti menjadi awalan musik, lalu disambut dengan petikan gitar akustik elektrik Irwansyah. Embusan angin danau yang menusuk hingga tulang, membuat lagu ini terasa lambai.

Tak lama berselang, Rithaony langsung memperkenalkan lagu ke dua yang akan dibawakan grup musik yang sudah berdiri sejak tahun 1995 ini.

"Lagu ke dua 'Selayang Pandang' yang kami bawakan dengan idiom Afrika," jelasnya.

World music pertama kali kita perkenalkan di Indonesia lewat event musik Bali World Music Festival. Dari situ kemudian berlanjut melalui sejumlah festival yang digelar di beberapa kota

Lagu ini membuat penonton, yang sebagian duduk di atas rumput, menggoyang-goyangkan badannya. Irwansyah yang semula duduk, kemudian berdiri memainkan gitarnya dan mengajak penonton ikut bernyanyi bersama.

Malam itu Suarasama membawakan empat lagu dengan durasi sekitar setengah jam. Penampilan mereka malam itu merupakan salah satu pertunjukan yang ditunggu-tunggu.

Maklum, Suarasama merupakan salah satu grup musik yang telah mewakili Indonesia di salah satu panggung world music Tanah Air bahkan dunia.

Album mereka Fajar di Atas Awan (1998), Rites of Passages (2002), Lebah (2008), dan Timeline (2013) merupakan pembuktian eksistensinya.

Bersama sejumlah seniman musik Tanah Air, termasuk Djaduk Ferianto, sejak tahun 2000 Suarasama ikut berperan memperkenalkan world music, yang mengambil idiom-idiom musik etnik dunia dalam gubahannya, ke penikmat musik Indonesia.

"World music pertama kali kita perkenalkan di Indonesia lewat event musik Bali World Music Festival. Dari situ kemudian berlanjut melalui sejumlah festival yang digelar di beberapa kota," ujar Irwansyah sebelum tampil di TCWMF.

Ansanbel Nommensen dan Musik Tradisi Meksiko

Sebelum penampilan Suarasama, telah tampil Ansanbel Nommensen yang membawakan performa kolaborasi musik etnik. Grup musik etnik yang dikoordinatori Junita Batubara dan Emmy Simangunsong ini membawakan lagu-lagu Batak dalam garapan kolosal.

Setelah itu, tampil duo dari Meksiko, Daniel Milan X Deva Baumbach yang membawakan musik-musik rakyat Meksiko dan Spanyol, seperti La Cucaracha.

Berita sebelumnya: Cerita Djaduk Agar Bisa Tampil di Bukit Danau Toba

Keduanya tampil dengan gitar akustik, flute dan lantunan vokal duet dan saling bersahutan.

Panggung musik TCWMF, Sabtu malam ditutup oleh penampilan grup Community Creative pimpinan Wimbrayardi dari Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, yang tampil selama sekitar 15 menit dengan lantunan musik rebana.

Syair Islam menggema ibarat berzikir dengan ketukan rebana yang bersahut-sahutan dengan nada saluang, serunai dan vokal.[]

Berita terkait
0
AS Mulai Terapkan Larangan Impor Barang dari Xinjiang
AS terapkan larangan impor barang produksi dari wilayah Xinjiang, China, kini mulai diberlakukan dengan alasan ada genosida di sana