Sadar Bencana, Tujuh Belasan Warga Badran Yogyakarta

'Apa kabar? Luar Biasa! Kampung Badran? Sadar bencana! Kampung Badran? Sadar bencana!' pekik warga Kampung Badran, Yogyakarta.
Warga Kampung Badran RW 09 merayakan HUT ke-74 RI di Jalan Tentara Rakyat Mataram, Yogyakarta, Jumat, 16 Agustus 2019.

Yogyakarta - "Apa kabar? Luar Biasa! Kampung Badran? Sadar bencana! Kampung Badran? Sadar bencana!" 

Itu pekik warga Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.

Mereka menyemarakkan perayaan HUT ke-74 RI dengan mendeklarasikan kampung sadar bencana. Menggelar kegiatan selama dua hari, Jumat-Sabtu, 16-17 Agustus 2019, di Jalan Tentara Rakyat Mataram Yogyakarta.

Beragam kegiatan perlombaan seni, budaya, dan olahraga dilaksanakan untuk memperebutkan berbagai hadiah menarik dari panitia. 

Stand kuliner menyajikan berbagai jenis olahan makanan dan minuman. Stand fashion memamerkan karya batik. Stand pertanian dengan bermacam tanaman buah dan sayur dalam pot. Stand kerajinan seperti daur ulang sampah dan pembuatan perlengkapan barongsai.

Dan yang paling menyita perhatian adalah stand sadar bencana, mendisplai beragam peralatan pemadam kebakaran.

Di stand ini, pengunjung bisa melihat koleksi foto dokumentasi kegiatan warga tanggap bencana, berbagai alat pemadam kebakaran yang sebagian dimodifikasi, kereta pemadam kebakaran yang bentuknya cukup unik, kursi evakuasi untuk warga, serta tas siaga bencana.

***

Ketua panita kegiatan itu adalah Noorhadi Rahardjo. Ia juga adalah Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Noorhadi mengatakan pada peringatan kali ini warga tidak sekadar menggelar pentas seni dan budaya, tapi juga beragam event lain. Di antaranya bazaar, gelar potensi warga Kampung Badran dengan membuka stand kuliner, fashion, dan kerajinan.

Saya membuat kereta pemadam kebakaran itu habis sekitar Rp 25 juta, tetapi orang Jepang habis Rp 180 juta. Padahal fungsinya sama.

YogyakartaStand bokomi 192 Kampung Badran RW 09 mendisplai beragam peralatan pemadam kebakaran. (Foto: Tagar/Sutriyati)

Dan yang terpenting dari kegiatan kali ini adalah Deklarasi Kampung Sadar Bencana. 

Noorhadi menceritakan, awalnya setelah kejadian bencana gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 27 Mei 2006, warga mulai berlatih kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana alam.

Kampung Badran dihuni sekitar seribu kepala keluarga, berada di sekitar Sungai Winongo, rawan terjadi bencana tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin puting beliung, kebakaran.

Tokoh masyarakat setempat kemudian berinisiatif membentuk Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas (Bokomi) dan intens memberikan edukasi kepada masyarakat. Tidak hanya kepada warga Kampung Badran di RW 09, juga ke warga sekitarnya. 

Konsistensi mereka dalam mendidik masyarakat sadar bencana membuat kampung tersebut kemudian menjadi tempat menimba ilmu bagi warga negara asing, orang-orang Jepang, utamanya terkait penanganan bencana kebakaran.

"Bokomi dirintis 2007, kemudian kami bermitra dengan luar negeri itu sekitar lima tahun terakhir," kata Noorhadi ditemui di lokasi acara, Jumat, 16 Agustus 2019.

Bagi orang Jepang, kata Noorhadi, peralatan sederhana yang digunakan masyarakat di Kampung Badran justru menarik perhatian mereka. Seperti kereta pemadam kebakaran yang merupakan hasil kreasi bersama UGM. 

Di samping sederhana, peralatan tersebut juga terhitung cukup murah. Berbeda halnya dengan masyarakat Jepang yang setiap kali harus membeli dengan harga relatif mahal untuk mendapatkan peralatan pemadam kebakaran.

"Saya membuat kereta pemadam kebakaran itu habis sekitar Rp 25 juta, tetapi orang Jepang habis Rp 180 juta. Padahal fungsinya sama," ucapnya.

Kereta pemadam kebakaran itu, jelas Noorhadi, sangat bermanfaat bagi warga ketika terjadi kebakaran, sementara kendaraan pemadam kebakaran lain tak bisa masuk gang-gang kecil karena padatnya pemukiman warga.

YogyakartaSeorang panitia menunjukkan foto-foto dokumentasi warga Badran sedang melakukan kegiatan sadar bencana. (Foto: Tagar/Sutriyati)

***

Di samping kereta yang dimodifikasi sedemikian rupa dan mengandalkan tenaga disel, Bokomi juga menyiapkan berbagai peralatan untuk pemadam kebakaran, alat komunikasi, kursi evakuasi, serta sampel tas siaga bencana.

Tas siaga bencana ini di antaranya berisi radio saku, telepon seluler, senter, makanan ringan, makanan siap saji, minuman, perlengkapan mandi, dan buku catatan nomer kontak orang-orang yang sekiranya bisa dihubungi saat bencana terjadi.

Masing-masing warga diharapkan menyiapkan tas tersebut dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau ketika bencana melanda. Sehingga warga bisa memanfaakan bekal dalam tas tersebut sebagai pertolongan pertama sebelum bantuan datang. Termasuk, mengakses informasi perkembangan pascabencana melalui radio saku yang telah mereka persiapkan.

Berkat keseriusan warga dalam melakukan mitigasi bencana melalui Bokomi, pihak Jepang bahkan telah melabeli Bokomi di Kampung Badran dengan nomor 192. Itu berarti, upaya mereka mendapatkan pengakuan dari dunia internasional, dan baru satu-satunya di Indonesia yang menerima pelabelan tersebut.

"Masyarakat di Kampung Badran selama ini sudah terbiasa bergotong-royong dalam mengatasi bencana. Baik bencana alam maupun bencana sosial," kata Noorhadi.

Sekretaris Bokomi 192 Kampung Badran, Slamet Sumiyanto menambahkan, guna menyemarakkan HUT RI, setiap tahun warga Badran RW 09 juga menggelar kompetisi antar-RT memperebutkan piala bergilir Bokomi dan Piala Rektor UGM.

"Setiap ada event atau ada tamu, kami sisihkan sebagian dana untuk membeli peralatan-peralatan ini," kata Slamet

YogyakartaWakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi memberikan sambutan di depan warga Badran, Jumat, 16 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Sutriyati)

***

Dalam kesempatan ini hadir Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. Heroe mengenakan kemeja biru muda dan dasi warna senada dipadu celana panjang hitam. Ia duduk di deretan paling depan bersama jajaran pejabat setempat.

Di deretan kursi sebelahnya, tiga pasangan Mas dan Mbak Badran tampak anggun dan gagah dengan balutan pakaian tradisional.

Heroe datang memenuhi undangan warga untuk bersama-sama merayakan peringatan hari ulang tahun ke-74 Republik Indonesia.

Ia menyumbangkan sebuah sepeda untuk hadiah warga.

Heroe Poerwadi mengapresiasi langkah positif yang telah dilakukan warga Kampung Badran selama belasan tahun tersebut.

"Saya kira ini bagian penting, karena seluruh bantaran sungai, kampungnya harus ada tangguh bencana," kata Heroe.

Ia mengingatkan Yogyakarta berada di daerah rawan bencana. Mulai dari erupsi gunung Merapi, gempa bumi, angin puting beliung, banjir, hingga tanah longsor, dan kebakaran.

Yang juga harus diantisipasi, tambahnya, ketika membangun rumah harus memperhitungkan tipe-tipe bencana yang bisa menimpa setiap saat.

"Kontruksi rumah harus memenuhi anti gempa," ujarnya. 

Sedangkan untuk menghindari bencana banjir, kata Heroe, masyarakat diminta tidak mendirikan bangunan di sekitar bantaran sungai. 

Akses jalan di perkampungan juga perlu ditata ulang supaya mobil pemadam kebakaran bisa masuk ke pemukiman.

"Semua hal harus dihitung dan antisipasi, agar kalau ada apa-apa bisa dicegah," katanya. []

Berita terkait
Srikandi Bara JP Sambut Kemerdekaan dengan Anak Jalanan
Memeriahkan ulang tahun kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia, Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) mengadakan kegiatan sosial.
Adam Malik dan Enam Tokoh Batak di Kemerdekaan
Kemerdekaan Republik Indonesia diperjuangkan dengan jiwa dan raga pahlawan. Pada masa revolusi, Indonesia pernah dipimpin oleh orang batak.
Hari Kemerdekaan, Siswi SMK Solo Bagikan Jamu Gratis
Puluhan siswi dari SMK Mandala Bhakti, Solo membagikan ratusan gelas jamu kepada masyarakat di kawasan Pasar Klewer.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.