Rokok yang Membuat BPJS Rugi

Tulus Abadi menilai aktivitas merokok di masyarakat sangat mengkhawatirkan sehingga membuat keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merugi.
Di saat keuangan BPJS Kesehatan mengalami "pendarahan" serius akibat biaya pengobatan penyakit katastropik yang tinggi, Tulus menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas dalam mengendalikan tembakau. Menurut Tulus, tarif cukai rokok yang rendah menyebabkan harga rokok di pasaran juga sangat rendah sehingga masih dapat dijangkau oleh anak-anak, remaja dan masyarakat miskin. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 3/1/2018) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai aktivitas merokok di masyarakat sangat mengkhawatirkan sehingga membuat keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merugi.

"Negara masih kedodoran dalam hal kesehatan publik, terutama dalam konteks preventif promotif. Penyakit katastropik pada pasien BPJS Kesehatan masih paling banyak," ungkap Tulus saat dihubungi, Rabu (3/1).

Tulus mengatakan penyakit katastropik merupakan penyakit yang disebabkan perilaku tidak sehat, salah satunya aktivitas merokok.

Karena itu, di saat keuangan BPJS Kesehatan mengalami "pendarahan" serius akibat biaya pengobatan penyakit katastropik yang tinggi, Tulus menyayangkan sikap pemerintah yang tidak tegas dalam mengendalikan tembakau.

"Pada 2016, BPJS Kesehatan rugi Rp9 triliun dan pada 2017 diperkirakan rugi Rp12 triliun. Ironisnya, pemerintah seolah masih galau untuk menaikkan cukai rokok. Terbukti kenaikan cukai rokok hanya 10,14 persen," tuturnya.

Menurut Tulus, tarif cukai rokok yang rendah menyebabkan harga rokok di pasaran juga sangat rendah sehingga masih dapat dijangkau oleh anak-anak, remaja dan masyarakat miskin. (sas/ant)

Berita terkait
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.