Rohayani: Paru-paru Saya Berlubang, tapi Saya tak Bisa Berhenti Merokok

Rohayani perempuan berusia 50 tahun, sudah 40 tahun kecanduan merokok, sejak 2005 berkali-kali berobat karena sakit yang disebabkan rokok.
Tim kuasa hukum Rohayani saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Jumat 9/3/2018. (ist)

Jakarta, (Tagar 12/3/2018) - Rohayani perempuan berusia 50 tahun, sudah 40 tahun kecanduan merokok, sejak 2005 berkali-kali berobat karena sakit yang disebabkan rokok.

Akibat rokok, paru-parunya bahkan sudah berlubang, walaupun demikian Rohayani mengaku masih tetap merokok karena sudah kecanduan sehingga sulit berhenti.

"Saya berharap orang lain tidak merokok. Nanti dampaknya sama seperti saya," kata Rohayani, istri dari suami yang bekerja sebagai tukang parkir itu.

Baca juga: Mereka yang Menang Saat Menggugat Perusahaan Rokok

Todung Mulya Lubis, pengacara Rohayani dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (9/3) mengatakan bahwa dasar somasi Rohayani pada dua industri rokok besar adalah Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen berbunyi:

"Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan."

Todung mengatakan bahwa industri rokok telah bertindak tidak jujur dengan tidak mencantumkan komposisi yang jelas pada produknya. Peringatan kesehatan yang ada pada bungkus rokok pun dinilai tidak memadai untuk memperingatkan bahaya rokok kepada konsumen.

"Konsumen selama ini tidak tahu apa saja komposisi dan dampak dari rokok. Itu pelanggaran yang dilakukan industri rokok," tuturnya.

Menurut Todung, Rohayani hanya satu dari sekian banyak konsumen rokok di Indonesia yang tidak memperoleh cukup informasi tentang bahaya rokok.

"Kami melihat Rohayani seorang pecandu rokok, sudah menderita karena ketidakjelasan informasi yang diperlukan bagi perokok. Akibatnya, dia sakit," katanya.

Selain Todung, Rohayani juga didamping oleh Azas Tigor Nainggolan yang tergabung dalam Solidaritas Advokat Publik untuk Pengendalian Tembakau (SAPTA) Indonesia.

Terhadap industri rokok yang berlokasi di Jawa Tengah, Rohayani mengajukan somasi dengan tuntutan ganti rugi Rp 293.068.000,00 sebagai nilai uang yang digunakan untuk membeli rokok produksi industri tersebut, biaya perawatan kesehatan untuk mengobati kecanduan dan meningkatkan kualitas hidup serta santunan Rp 500 miliar.

Terhadap industri rokok yang berlokasi di Jawa Timur, Rohayani mengajukan somasi dengan tuntutan ganti rugi Rp 178.074.000,00 sebagai nilai uang yang digunakan untuk membeli rokok produksi industri tersebut, biaya perawatan kesehatan untuk mengobati kecanduan dan meningkatkan kualitas hidup serta santunan Rp500 miliar. (ant)

Berita terkait