Jakarta - Sejumlah seniman yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli TIM hingga kini masih menggaungkan gerakan #SaveTIM. Gerakan ini sebagai wujud kekhawatiran mereka terkait gedung Graha Bakti Budaya (GBB), serta Taman Ismail Marzuki (TIM) yang akan berubah fungsi menjadi lahan dan kawasan komersial.
Koordinator Gerakan #SaveTIM, Tatan Daniel, menjelaskan tujuan berdirinya Forum Seniman Peduli TIM serta keresahannya perihal revitalisasi yang tengah berjalan.
"Untuk menyelamatkan TIM yang akhir-akhir ini digerayangi Jakpro. Dikhawatirkan jadi ruang bisnis kapitalis," ujar Tatan saat dihubungi Tagar pada Selasa, 11 Februari 2020.
Tatan juga menjelaskan berbagai kejanggalan dan hal-hal yang dianggap bermasalah dan ditentang oleh para seniman di antaranya:
1. kurangnya sosialisasi secara resmi dan komplit terkait revitalisasi TIM.
2. Desain gedung revitalisasi merupakan hasil pemenang sayembara, Andra Matin, dan dianggap terlalu bergaya Eropa.
3. Mencabut Pergub Nomor 63 Tahun 2019 tentang Jakpro yang ditunjuk sebagai pengelola dan diberi kewenangan mencari investor.
"Diberikan kewenangan penuh untuk menyewakan kamar hotel, berhak menyewakan seluruh ruangan dan bangunan yang ada di TIM, kewenangan untuk membangun dan menyewakan media periklanan," kata Tatan.
Hal itu, menurut Tatan telah keluar dari fungsi TIM dan cenderung membuat TIM menjadi kawasan komersialisasi. Ia juga menduga ada kepentingan lain di balik revitalisasi yang tengah berjalan. "Jadi jahat ketika dikelola di tempat seniman. Sudah tempat kita sempit, masa setengahnya dijadikan tempat komersialisasi," ucapnya.
Jika permintaan mereka tidak digubris, Tatan dan seluruh Anggota Forum Seniman Peduli TIM akan segera mengajukan tuntutan ke pengadilan.
Secara umum, Tatan dan kawan-kawannya sebenarnya mendukung proyek revitalisasi di Gedung GBB bila dalam eksekusinya dilakukan dengan cara yang benar. "Secara umum mendukung revitalisasi TIM, tapi caranya harus benar, jangan sepihak," ujar Tatan. []