Jakarta - Revitalisasi Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki (TIM) di Kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, masih menuai pertentangan dari sejumlah seniman.
Sementara itu, Humas Revitalisasi TIM, Yeni Kurnaen, mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah kalangan seniman guna meluruskan tujuan sebenarnya dari proyek tersebut.
Yeni juga mengatakan telah menjelaskan terkait rencana moderenisasi dan penambahan fasilitas-fasilitas baru di Gedung GBB nantinya. "Kami terus berdialog dengan pihak-pihak yang terkait, dengan seniman juga," ujar Yeni kepada Tagar melalui pesan suara pada Selasa, 11 Februari 2020.
Komunikasi yang dilakukan oleh pihaknya mencakup organisasi-organisasi yang menghimpun seniman secara resmi seperti, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Akademi Jakarta, serta beberapa orang yang punya sejarah panjang dengan gedung TIM. "Karena mereka tahu kami tidak menghilangkan satupun fungsi yang ada di TIM, hanya kami moderenisasikan saja, sejauh ini sih mereka memberikan dukungan," kata Yeni.
Hingga kini, proses pembangunan tetap berjalan seperti biasa. Pertentangan dari para seniman tidak berujung mengganggu jalannya proyek revitalisasi. "Kalau sampai mereka melakukan aksi untuk mengganggu proses jalannya pembangunan sih tidak ada," lanjutnya.
Salah satu seniman senior yang memiliki sejarah dengan bangunan TIM adalah Jose Rizal Manua. Pria 65 tahun ini sudah berada di TIM sejak 1970-an. Terkait, Revitalisasi TIM, pria yang telah melanglang buana di berbagai kancah internasional ini turut mendukung proyek revitalisasi yang tengah berjalan.
"Ya bagus memang sudah waktunya direvitalisasi. Bagian tertentu dari gedung itu bocor," ujar Jose kepada Tagar saat ditemui di Galeri Bengkel Buku Deklamasi, Selasa, 11 Februari 2020.
Meski telah melakukan berbagai upaya sosialisasi, namun sejumlah seniman masih gencar menentang revitaslisasi TIM. Seniman-seniman yang tergabung dalam gerakan #saveTIM ini mendirikan posko kecil di kawasan TIM sebagai tempat untuk berkumpul.
Terkait hal ini, Yeni menyimpulkan pihaknya belum mampu untuk merangkul seluruh kalangan seniman. "Mungkin begitu banyak seniman-seniman yang ada. Kita kan belum sampai ke tahap semuanya kita rangkul barangkali ya. Tapi artinya kami terus melakukan komunikasi itu kok," jelas Yeni. []