Respons Driver Solo soal Larangan Siswa Naik Ojol ke Sekolah

Ragam tanggapan disampaikan para driver atas kebijakan Pemkot Solo yang melarang siswa berangkat sekolah.
Driver ojek online (ojol) merespons kebijakan Pemkot Solo soal larangan para siswa naik transportasi umum, termasuk ojol, saat berangkat dan pulang sekolah. (Foto: Tagar/Sri Nugroho)

Solo - Adanya aturan dari Pemkot Solo yang melarang siswa ke sekolah menggunakan kendaraan umum, termasuk ojek online (ojol) mendapatkan respons dari para driver ojol. Para pengemudi aplikasi transportasi online ini berharap kebijakan itu ditinjau ulang.  

"Kebijakan selalu ada plus minus-nya. Kalau dilarang naik kendaraan umum termasuk ojol, kami pasti sedih," ucap driver ojol, Agung Tri Wibowo kepada Tagar, Rabu, 4 November 2020. 

Agung mengaku pasrah dan tambah sedih manakala mengetahui kebijakan itu akan berlanjut ketika vaksin corona dibagikan ke warga. 

"Apalagi kabarnya, setelah vaksin nanti ditentukan dan diimplementasikan, siswa boleh naik angkutan umum feeder dan BST (Batik Solo Trans). Sementara naik ojol tetap tidak diperbolehkan," kata driver yang biasa menunggu panggilan order di kawasan Monumen 45 Banjarsari ini. 

Kalau sampai ojol dilarang, kami minta dipertimbangkan lagi. Karena selama ini kami selalu terapkan protokol kesehatan.

Padahal, selama ini dirinya dan rekan-rekan pengemudi ojol juga selalu menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas pelayanannya.

"Mulai dari masker hingga hand sanitizer selalu disiapkan. Belum lagi ada pula yang menggunakan sekat plastik. Artinya penerapan protokol kesehatan benar-benar diterapkan," ucapnya. 

Pendapat senada juga diungkapkan pengemudi ojol lainnya, Setyo Dwi Arinto. "Kalau sampai ojol dilarang, kami minta dipertimbangkan lagi. Karena selama ini kami selalu terapkan protokol kesehatan. Namun sekali lagi, kami serahkan ke masyarakat dan pengguna saja," tutur dia. 

Hanya saja Setyo meyakini tetap ada celah rezeki atas kebijakan itu. Dari pengalamannya, tentu ada momen orang tua siswa tak bisa mengantarkan anaknya ke sekolah karena kesibukan yang ada. 

"Kondisi seperti ini pasti kendaraan umum seperti ojol jadi alternatif. Kalau prinsip saya, rezeki sudah ada yang mengatur. Jadi kami ikuti saja aturan yang ada dan kami serahkan ke masyarakat kembali," bebernya.

Setyo menambahkan di kawasan Monumen 45 Banjarsari biasanya ada sekitar 10 driver ojol roda dua yang mangkal. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, bisa mencapai 20-an orang.

Lokasi kawasan ini memang dekat dengan sejumlah sekolah. Mulai dari SMPN 4, SMAN 1, SMAN 2 hingga SMP Kristen.

Baca juga: 

Sementara driver ojol lainnya, Sriyono asal Mojosongo mengaku tak mau ambil pusing dengan aturan siswa tak boleh naik kendaraan umum. Selama ini, para mitra operator perusahaan transportasi berbasis online juga sudah menerapkan protokol kesehatan ketat. 

"Kecewa iya, cuma saya pikir tidak akan efektif karena orang pasti tetap bakal punya pilihan, saat misal orang tua siswa tak bisa mengantarkan anaknya," kata Sriyono yang biasa mangkal di sekitar SMUN 6. 

Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, Pemkot Solo mulai menggelar aktivitas sekolah dengan pembelajaran tatap muka (PTM) mulai Rabu, 4 November 2020. Ada tiga sekolah yang melakukan uji coba PTM, yakni SMPN 4, MTsN 1 dan SMP Al Azhar Syifa Budi. []

Berita terkait
Wali Kota Solo Larang Siswa Naik Ojol saat Berangkat Sekolah
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo melarang siswa naik transportasi umum, termasuk ojek online (ojol) selama uji coba pembelajaran tatap muka.
Ragam Kesan Siswa di Hari Pertama Masuk Sekolah di Kota Solo
Solo mulai menjalankan uji coba belajar tatap muka di tiga sekolah. Ragam kesan disampaikan para siswa di hari pertama masuk sekolah.
Catatan Kamtibmas Polresta Solo selama Libur Long Weekend
Polresta Solo mendapat catatan berharga dari sisi kamtibmas dan arus lalu lintas selama libur long weekend pekan lalu.