Respon Jokowi-Prabowo Terhadap Hasil Quick Count

Respon Jokowi dan Prabowo terhadap hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2019.
Joko Widodo akrab disapa Jokowi. (Foto: Antara/Ismar Patrizki)

Kupang - Calon presiden Jokowi menyikapi hasil quick count yang menempatkannya sebagai pemenang, ia meminta masyarakat menunggu hasil penghitungan resmi KPU. Sementara calon presiden Prabowo justru mengklaim kemenangan 62 persen berdasarkan hasil survei internal, bukan berdasar 40 lembaga survei resmi terdaftar di KPU.

Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Bataona, MA mengharapkan, jangan lagi ada narasi-narasi provokatif yang justru mengaduk-aduk emosi masyarakat, untuk tidak menerima hasil penghitungan cepat Pilpres 2019.

"Hasil penghitungan cepat Pilpres 2019 yang dilakukan lembaga-lembaga survei kredibel adalah produk ilmu pengetahuan, yang adalah anak kandung demokrasi," kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Kamis 18 April 2019.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan hasil Pilpres 2019 dan respon kedua pasangan calon terhadap hasil penghitungan cepat yang diumumkan lembaga-lembaga survei.

Hasil penghitungan cepat Pilpres 2019 yang dilakukan lembaga-lembaga survei kredibel adalah produk ilmu pengetahuan, yang adalah anak kandung demokrasi.

Menurut Mikhael, dengan melihat secara nyata bahwa Jokowi-Amin unggul jauh dengan selisih hampir satu digit dari Prabowo-Sandi dalam hampir semua hasil penghitungan cepat lembaga-lembaga survei kredibel, maka sudah seharusnya semua elit di kedua kubu 'calling down' dan menyejukkan suasana.

Karena itu, dia mengharapkan agar jangan lagi ada narasi-narasi provokatif yang justru mengaduk-aduk emosi masyarakat untuk tidak menerima hasil survei yang adalah produk ilmu pengetahuan ini.

Menurut dia, jika di zaman seperti ini masih ada yang meragukan produk ilmiah yang adalah anak kandung demokrasi modern itu sendiri, maka itu tidak rasional.

Hal yang juga perlu dihindari saat ini adalah, jangan lagi ada yang menempatkan diri sebagai pihak yang dizalimi atau menuduh dicurangi, katanya.

Dia mengatakan, sikap tersebut sesungguhnya hanya sekadar menempatkan diri sebagai korban (playing victim) untuk mendapat simpati, dan memprovokasi masyarakat yang sebenarnya sejak Rabu petang 17 April 2019 sudah menerima hasil Pilpres ini.

Artinya, jangan sampai hasil Pilpres yang sudah sangat jelas dan kredibel ini, karena hampir semua lembaga survei memaparkan hasilnya secara terbuka, dikotori oleh sandiwara baru, kata pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unwira itu.

"Jangan sampai juga masyarakat menertawakan elit-elitnya yang sengaja buta, meskipun di belakang sana sebenarnya sudah tahu bahwa hasil tersebut benar, sambil menunggu hasil 'real count' dari KPU," kata Bataona.

"Inilah momentum untuk membersihkan politik negeri ini dari stigma sebagai panggung yang penuh dengan aneka sandiwara. Siapa pun yang menang, rakyatlah yang menang. Karena kita semua adalah NKRI," katanya menambahkan. []

Baca juga:

Berita terkait