Puluhan Ribu Mahasiswa Internasional Tiba di Australia

Puluhan ribu mahasiswa internasional sudah kembali, tapi sektor pendidikan butuh waktu untuk pulih
Ilustrasi: Hampir 7.000 siswa internasional tiba di Australia minggu lalu setelah dua tahun tidak diizinkan masuk (Foto: abc.net.au/indonesian - Reuters/Patrick T. Fallon)

Oleh: Tom Lowrey dan Stephanie Dalzell

Puluhan ribu mahasiswa internasional telah mendarat di Australia menjelang tahun ajaran baru. 56.000 siswa internasional telah tiba di Australia sejak November 2021 tahun lalu.

Tetapi sektor universitas memperingatkan pendapatan ekspor dari mahasiswa luar negeri telah berkurang setengahnya menjadi $22 miliar, atau lebih dari Rp225 triliun dalam dua tahun dan butuh waktu lama untuk bisa mencapai angka seperti sebelum pandemi.

Menurut data terbaru Pemerintah Australia, hampir 7.000 mahasiswa internasional tiba di Australia pekan lalu.

Selama hampir dua tahun mereka tidak diperbolehkan masuk karena Australia menutup perbatasan di saat pandemi Covid-19.

Lebih dari 56.000 mahasiswa internasional datang sejak November 2021, beberapa saat sebelum peraturan perbatasan Australia dilonggarkan agar pemegang visa yang sudah divaksinasi dua dosis boleh datang ke Australia.

Permintaan untuk visa belajar Australia juga sudah meningkat, jumlah pengajuan visa belajar ke Australia sudah mencapai lebih dari 50.000 visa sejak akhir 2021.

Kepala eksekutif Universities Australi, Catriona Jackson mengatakan meski jumlah tersebut memberi harapan bagi sektor pendidikan tinggi, masih ada sekitar 130.000 mahasiswa internasional yang terdaftar di universitas-universitas Australia dan masih menunggu untuk bisa kembali.

"Sebelum COVID, ada sekitar 400.000 mahasiswa internasional, sejak Covid-19 angka itu menjadi sekitar 300.000," katanya. "Jadi ada angka yang harus dikejar," ujarnya.

Mahasiswa internasional adalah sektor ekspor layanan terbesar di Australia. Data dari Australian Bureau of Statistics mengungkapkan sektor ini menarik dana sebesar 22,5 miliar dolar Australia pada tahun 2021, turun dari 40,3 miliar dolar Australia di tahun 2019.

Catriona mengatakan sangat penting untuk sektor pendidikan bisa kembali menguat. "Tidak hanya penting untuk sektor ini, atau untuk universitas, tapi penting untuk ekonomi Australia," katanya.

"Kita semua bisa melihat ada dampaknya untuk ekonomi dan tenaga kerja. Banyak mahasiswa yang datang bekerja paruh waktu dan kita mengalami penderitaan saat kehilangan mereka."

Katrina HaKatrina Ha mengatakan beberapa siswa internasional sudah bosan menunggu (Foto: abc.net.au/indonesian - Supplied: Katrina Ha)

1. Merusak reputasi Australia

Mahasiswi asal Korea Selatan, Katrina Ha, mulai belajar di Australian National University pada awal 2020. Tapi ia terpaksa kembali ke negara asalnya karena pandemi Covid-19.

Dia sudah sangat putus asa bisa kembali ke Australia, sampai akhirnya tiba di bandara Sydney pada pukul 8 pagi, 15 Desember lalu, hanya beberapa jam setelah perbatasan Australia kembali dibuka.

"Bahkan sekarang, sebelum semester dimulai, saya bertemu dengan semua teman-teman saya yang ada di sini," katanya.

"Hanya bertemu dengan mereka sudah membuat saya senang, meski saya tidak melakukan apa-apa selain itu."

Katrina mengatakan meski banyak mahasiswa internasional lain yang masih bersemangat untuk kembali ke Australia, beberapa sudah bosan menunggu dan memilih untuk kuliah di negara lain.

"Saya tahu beberapa di antara mereka pindah ke Kanada, atau beberapa teman saya juga pindah ke Eropa atau Amerika Serikat," katanya.

Dia percaya penundaan pembukaan kembali perbatasan merusak reputasi Australia sebagai tujuan pendidikan utama di dunia global.

"Australia berkali-kali mengumumkan agar mahasiswa internasional bisa kembali, hampir setiap semester."

"Jadi semua orang mengharapkan, tapi gagal, berharap lagi, gagal lagi." "Itulah alasan mengapa mereka memutuskan pindah ke negara lain."

kampus australiaMahasiswa asing akan diizinkan masuk ke Darwin akhir Oktober sebagai proyek percobaan untuk menggairahkan kembali sektor pendidikan tinggi di Australia. (Foto: ABC News: Giulio Saggin/abc.net.au/indonesian),

2. Pesan yang berbeda-beda dan kebingungan

Phil Honeywood, kepala eksekutif International Education Association of Australia, mengatakan kehidupan banyak anak muda di seluruh dunia sudah terhenti selama dua tahun terakhir.

"Mereka pesan yang berbeda-beda soal bagaimana kembali ke Australia," ujarnya.

"Misalnya, mereka masih tidak bisa masuk ke Australia Barat. Dan mereka merasa sangat sulit dalam hal kebijakan yang berbeda-beda di berbagai tingkat pemerintahan."

"Ada banyak kebingungan soal apa motivasi Australia menginginkan mahasiswa initernasional ini kembali? Apakah hanya untuk menyediakan tenaga kerja tambahan?"

Tetapi Menteri Imigrasi federal Alex Hawke mengatakan Australia "terbuka untuk bisnis."

"Kami menyambut kembali mahasiswa internasional, backpacker, dan migran terampil dalam jumlah yang semakin meningkat," katanya.

Sekitar 28.000 peserta Working Holiday visa juga sudah disetujui sejak peraturan perbatasan dilonggarkan.

Perbatasan internasional sebagian besar masih tertutup, dengan daftar orang yang diizinkan masuk dengan bebas dan kembali ke Australia tidak lagi hanya untuk mereka yang berstatus warga negara dan penduduk tetap (Artikel ini diterjemahkan oleh Mariah Papadopoulos dari laporan dalam bahasa Inggris)/abc.net.au/indonesian. []

Mahasiswa Internasional Diprioritaskan Balik ke Australia

Australia Didesak Buat Karantina Khusus Mahasiswa Asing

Mahasiswa Internasional Mulai Tiba di Australia

Mahasiswa Internasional Akan Diizinkan Kembali ke Australia

Berita terkait
Mahasiswa China di Australia Diintimidasi Oleh Beijing
Pemerintah China dan para pendukungnya telah memantau, melecehkan, dan mengintimidasi mahasiswa China prodemokrasi yang tinggal di Australia