PT Pelindo Kembangkan Pelabuhan di Nusantara untuk Dorong Pertumbuhan Industri dan Ekonomi Nasional

Sekarang transportasi maritim menjadi pilihan utama bagi pelaku ekonomi internasional dalam mengangkut barang untuk ekspor dan impor secara global
Ilustrasi – Salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo (Foto: pelindo.co.id)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

TAGAR.id - Sejak perdagangan dengan transportasi maritim (laut) mulai yang diperkirakan sejak tahun 3100 SM, tapi jalur perdagangan dengan melintasi laut yang paling awal diketahui terjadi pada millennium ke-7 SM di Laut Aega yaitu laut yang diapit daratan Yunani dan Turki, kegiatan transportasi laut secara global terus berkembang.

Dalam kaitan itulah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yang dikenal luas sebagai Pelindo yang merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengembangkan diri sebagai Indonesia Maritime Gateway dengan cakupan global.

Awal mula transportasi laut dengan kapal sebagai angkutan untuk perdagangan antar negara karena lebih cepat dan murah jika dibandingkan dengan angkutan darat.

Sejarah maritim di Indonesia sendiri juga mencatat bahwa beberapa kerajaan di Nusantara, seperti Sriwijaya, Majapahit, kerajaan di Maluku melayani perdagangan rempah-rempah melalui jalur laut ke berbagai belahan dunia.

Tentu saja ketika itu barang-barang dalam bentuk bahan mentah hanya diikat atau dimasukkan dalam karung dengan kapal layar. Selain itu pelabuhan di Nusantara pun hanya dalam ukuran yang kecil tanpa dukungan teknologi

Pemerintah Indonesia yang baru merdeka (1945) kemudian mengembangkan pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di Nusantara untuk keperluan dagang dengan dunia luar.

Seiring dengan kemajuan zaman transportasi laut pun berkembang pesat hingga akhirnya seperti yang kita lihat sekarang barang-barang dibawa di dalam kontainer yang diangkut dengan kapal peti kemas (ship container) raksasa yang melintasi samudra ke seantero dunia. Transportasi maritim mendukung rantai pasokan global dalam banyak aspek perdagangan.

Dalam kaitan itulah diperlukan sarana dan prasarana yaitu pelabuhan yang jadi tempat kapal kargo, kapal tanker, kapal peti kemas dan kapal peti kemas raksasa berlabuh untuk menurunkan dan menaikkan penumpang serta barang.

kanto pujsat pt pelindoIlustrasi – Kantor Pusat PT Pelindo di Tanjung Priok, Jakarta Utara (Foto: pelindo.co.id)

Sejalan dengan pembangunan nasional pelabuhan-pelabuhan pun dikembangkan dengan membentuk satuan kerja berdasarkan wilayah pada tahun 1991, yaitu:

  • Pelindo I untuk wilayah: Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau
  • Pelindo II untuk wilayah: Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat
  • Pelindo III untuk wilayah: Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, NTB dan NTT
  • Pelindo IV untuk wilayah: Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat

Sebagai pusat transportasi maritim pelabuhan sangat penting artinya dalam melayani pergerakan orang (penumpang) dan barang ke pusat-pusat pariwisata dan bisnis lokal serta pasar nasional dan global.

Untuk mendukung peran sentral itulah kemudian pada tahun 2021 pemerintah melakukan merger (penggabungan) empat Pelindo jadi satu Pelindo yaitu Pelindo I, III dan IV masuk ke Pelindo II dengan nama PT Pelindo. 

PT Pelindo ‘dilayarkan’ oleh Arif Suhartono sebagai Direktur Utama yang didukung oleh Hambra (Wakil Direktur Utama) dan lima direktur, serta Agus Suhartono sebagai Komisaris Utama.

Dalam konteks perdagangan nasional dan global pelabuhan memegang peranan yang sangat penting sebagai pintu gerbang maritim untuk mendukung ekspor dan impor.

Dengan infrastruktur mekanis dengan otomatisasi pelabuhan dikembangkan untuk melayani bongkar-muat kargo dalam bentuk padat, curah, kargo cair dan peti kemas. Sudah saatnya PT Pelindo mengembangkan pelabuhan dengan terminal peti kemas yang bisa dilayari kapal kargo peti kemas raksasa.

Selanjutnya pelabuhan dihubungkan dengan transportasi jalan raya (mobil, bus, dan truk) serta jalur kereta api (KA) ke pusat-pusat daerah tujuan wisata, kawasan industri dan pusat-pusat bisnis. Bahkan jaringan transportasi darat ke bandar udara (Bandara) untuk komoditas tertentu yang mengutamakan ketepatan waktu.

ilus pelindo2Ilustrasi (Foto: X Pelindo @indonesiaport)

Secara empiris pelabuhan memegang peranan yang sangat penting untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan industri (manufaktur dan pariwisata) suatu negara.

Dalam kaitan itulah sejatinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan pembangunan kawasan industri dengan jaringan jalan raya, jalan tol dan rel KA yang terhubung dengan pelabuhan.

PT Pelindo perlu memikirkan kerjasama dengan PT KAI untuk mengembangkan jaringan atau konektivitas jaringan rel KA dari pelabuhan ke Bandara karena ada komoditas yang harus diterbangkan segera untuk memangkas waktu tempuh.

Maka, yang diutamakan tentulah jaringan rel KA karena mengangkut barang dalam kontainer ke pelabuhan dengan KA akan mengurangi beban jalan raya, mengurangi kepadatan lalu lintas jalan raya dan menurunkan tingkat polusi udara serta meminimalkan kecelakaan lalu linta (Lakalantas).

Jaringan rel KA ke pelabuhan di Indonesia masih sangat terbatas sehingga perlu political will pemerintah pusat mendorong pemerintah daerah dengan dukungan swasta untuk memacu pembangunan jaringan rel KA dari sentra industri ke pelabuhan.

Sentra industri di Banten, misalnya, mengandalkan truk membawa kontainer ke Pelabuhan Tanjung Priok. Ini membuat arus lalu lintas di Jalan Tol Jakarta-Merak dan sebaliknya padat sehingga menimbulkan kemacetan dan kendaraan hanya bisa merayap pada waktu-waktu jam padat. Begitu juga dari Bekasi, Karawang dan daerah lain di Jawa Barat lebih banyak yang mengandalkan truk daripada angkutan KA.

Maka, adalah langkah yang arif jika PT Pelindo memberikan reward (penghargaan) kepada pemerintah daerah yang mendukung pengiriman barang melalui pelabuhan dengan menggunakan angkutan KA.

Volume perdagangan barang global diperkirakan sekitar 80 persen diangkut melalui pelayaran maritim, dari jumlah ini 60 persen komoditas diangkut dengan kapal laut dalam kontainer.

Tidaklah mengherankan kalau banyak negara di dunia, seperti Vietnam di Asia Tenggara, yang membangun pelabuhan kontainer raksasa sebagai langkah untuk melayani angkutan kontainer global.

kapal kargo raksaka di pelabhan vienam

Kapal kargo kontainer raksasa MSC Auriga tiba di Terminal Internasional SP-SSA, pelabuhan laut dalam di Provinsi Ba Ria-Vung Tau, Vietnam (Foto: en.vietnamplus.vn/Terminal Internasional SP-SSA)


Sebagai operator pelabuhan terbesar di Indonesia PT Pelindo menguasai pangsa pasar kontainer sebesar 95%. Pada tahun 2022 saja, setahun setelah merger, volume petikemas yang ditangani Pelindo mencapai 17,22 juta TEUS, sedangkan barang non petikemas mencapai 160 juta ton.

Dengan kinerja itu di tahun 2022 Pelindo memperoleh pendapatan sebesar Rp 29,7 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 3,91 triliun.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian PT Pelindo menerima peringkat dari Lembaga Pemeringkat Moody’s Investor Services (Moody’s) dengan kualifikasi Baa2 (Stable Outlook) dan dari Fitch Ratings BBB (Stable Outlook). Kedua peringkat tersebut menunjukkan bahwa Pelindo termasuk kategori investment grade dengan peringkat investasi kategori risiko moderat. Selain itu rating tersebut juga menempatkan Pelindo jadi market-leading port operator di Indonesia dengan risiko kompetisi yang rendah dalam jangka menengah.

Namun, PT Pelindo juga perlu mengembangkan digitalisasi dengan kehadiran kecerdasan buatan (AI – artificial intelligence) yang akan bermuara pada optimalisasi tenaga kerja dan peralatan.

Pelabuhan juga besar kontribusinya untuk menciptakan lapangan kerja langsung dan tidak langsung karena banyak sektor yang terkait dengan aktivitas di pelabuhan yang secara langsung berdampak terhadap ekonomi.

Operasional di pelabuhan membutuhkan tenaga kerja di banyak bidang mulai dari dermaga sampai ke tujuan akhir pengiriman atau sebaliknya dari sentra pengiriman ke dermaga pelabuhan. Sebut saja pengemudi truk, operator alat-alat berat, pekerja bongkar muat dan lain-lain. Secara tidak langsung pelabuhan membuka lowongan pekerjaan di gudang dan perusahaan transportasi. Kelancaran angkutan barang ke pelabuhan juga mendorong pertumbuhan manufaktur.

Yang tidak kalah pentingnya bagi PT Pelindo adalah komitmen untuk menuju ke ‘pelabuhan hijau’ dengan operasional yang ramah lingkungan dengan menurunkan kadar karbon melalui operasional peralatan dengan energi baru terbarukan (EBT) serta menjaga kelestarian ekosistem biota laut.

Dengan kondisi perekonomian dunia yang bergejolak setelah lepas dari pandemi Covid-19, maka bisa dipastikan volume perdagangan global akan meningkat. Ini merupakan tantangan bagi PT Pelindo dengan meningkatkan kinerja dan fasilitas pelabuhan agar tidak tenggelam dihantam ombak persaingan global (pelindo.co.id, blogs.worldbank.org, linkedin.com dan sumber-sumber lain). *

* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Proyek Jalan Kereta Api dan Pelabuhan dari India ke Timur Tengah dan Eropa
Koridor ini akan membantu meningkatkan perdagangan, menyalurkan sumber daya energi, dan meningkatkan konektivitas digital