PT Agro Indomas: Tantangan Industri Kelapa Sawit Indonesia

PT Agro Indomas: tantangan industri kelapa sawit Indonesia, mengejar target pertumbuhan pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Industri kelapa sawit Indonesia menjadi salah satu andalan yang menyumbang devisa negara. Nilai ekspor minyak sawit Indonesia 2017 mencapai US$ 22,97 miliar, naik 26% dibandingkan 2016 sebesar US$ 18,22 miliar. (Foto: dok/PT Agro Indomas)

Jakarta, (Tagar 8/8/2018) - Industri kelapa sawit Indonesia menjadi salah satu andalan penyumbang devisa negara. Itu makanya perkebunan kelapa sawit dan industri minyak sawit menjadi sektor strategis yang memberikan kontribusi pada bergeraknya perekonomian nasional.

PT Agro Indomas sebagai salah satu perusahaan dengan areal perkebunan di Kalimantan Tengah ikut menyambut baik hal tersebut.

Awal tahun 2018 ini, data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang dikutip dari ulasan di katadata.co.id pada 30 Januari 2018 menyebutkan, nilai ekspor minyak kelapa sawit  Indonesia 2017 mencapai US$ 22,97 miliar. "Naik 26% dibandingkan 2016 sebesar US$ 18,22 miliar," sebut GAPKI.

Lebih lanjut GAPKI menyebutkan, nilai ekspor yang dikatakan tertinggi dalam sejarah Indonesia itu selain ditopang oleh permintaan dari negara-negara kawasan yang menjadi pasar tradisional minyak sawit, juga karena ada lonjakan dari pasar non tradisional seperti Afrika.

Secara makro, kondisi tersebut cukup mengembirakan bagi produsen minyak sawit dalam negeri, yang memberikan sedikit petunjuk bahwa ada kebutuhan minyak sawit yang cukup di berbagai negara.

Namun, sebut GAPKI, di sisi lain juga memicu adanya hambatan perdagangan karena bisa menyebabkan ketimpangan neraca bagi negara-negara pengimpor dan implikasi bagi industri dalam negeri masing-masing untuk sumber-sumber minyak nabati yang lain.

Sementara itu, PT Agro Indomas sebagai bagian mikro dalam industri kelapa sawit, melihat beberapa tantangan yang masih menghadang pada perkembangan ke depan. Salah satu tantangannya adalah ketika mengejar target pertumbuhan pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Diakui, pengelolaan lahan dan perkebunan dan pembinaan plasma untuk areal yang meliputi puluhan ribu hektar, juga membutuhkan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap kelestarian lingkungan dan kualitas hidup penduduk setempat.

Mengingat hal tersebut, PT Agro Indomas mengelar kebijakan No Deforestation, No Peat and No Exploitation (NDPE Policy) yang sudah diberlakukan sejak Mei 2017 lalu. Adanya kebijakan ini merupakan komitmen perusahaan untuk menjaga kelestarian hutan.

"Tidak ada pembukaan lahan gambut dan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya manusia," kata Director Sustainability Goodhope Holdings, Edi Suhardi, Rabu (8/8).

Edi Suhardi menandaskan Kebijakan Berkelanjutan (Sustainability Policy), yang ingin menyampaikan lagi bahwa kegiatan korporasi berlandaskan pada falsafah tersebut, yang juga disampaikan kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan PT Agro Indomas untuk melaksanakan aktivitas secara bertanggungjawab, ramah lingkungan dan layak secara ekonomi.

Sebagai salah satu anak usaha Goodhope Asia Holdings Ltd, PT Agro Indomas melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit mentah di Sampit, Kalimantan Tengah. []

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.