Untuk Indonesia

Proses Muhammad Syarif Anggota FPI Menjelma Teroris

Muhammad Syarif tidak dilahirkan sebagai teroris tapi ia melakukan bom bunuh diri di dalam masjid AZ-Zikra saat salat Jumat. Ia anggota FPI.
Muhammad Syarif teroris berawal jadi anggota FPI, itu fotonya (kiri) dipegang Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam. (Foto: Tagar/Tempo/Wisnu Agung Prasetyo)

Oleh: Mohamad Guntur Romli*

Tidak ada seorang pun yang dilahirkan sebagai teroris. Orang menjadi teroris juga tidak tiba-tiba. Ada tahapan yang membuat seseorang menjadi teroris. Contoh nyata adalah Muhammad Syarif pelaku bom bunuh diri di Kantor Polresta Cirebon, Jumat, 15 April 2011. Saya beri contoh Syarif karena contoh nyata dari kebiadaban terorisme. 

Muhammad Syarif melakukan bom bunuh diri di dalam masjid Az-Zikra saat salat Jumat. Khatib baru mengakhiri khotbah. Imam baru memimpin salat, tapi saya baru takbiratul ihram Allahu Akbar, Syarif menarik pemicu bom yang dirakitkan ke badannya. Dhuaaar! Syarif langsung mati sangit. Puluhan lainnya luka-luka termasuk sang imam salat.

Kok bisa teroris ngebom masjid dan saat salat Jumat? Bukankah katanya mereka hanya menyerang lawan-lawannya yang dituduh kafir, murtad dan Barat?

Inilah contoh kebiadaban teroris, masjid dan orang-orang salat pun dibom. Padahal Syarif dilahirkan sebagai muslim, namun dia tidak dilahirkan sebagai teroris. Ada perjalanan yang dilalui Syarif menjadi teroris. Ada tahapan yang ditempuh Syarif menjelma teroris.

Pada mulanya intoleransi. Tahapan selanjutnya radikalisme. Akhirnya menjadi terorisme

Ini yang berlaku pada Syarif. Awalnya dia diserang virus-virus intoleransi, memiliki pandangan dan perasaan untuk menolak dan memusuhi yang berbeda. Tak hanya yang berbeda agama, yang berbeda di dalam agama, perbedaan mazab dan kelompok pun ditolak. Ciri khas orang yang terserang virus intoleransi ini adalah takfiri mudah mengkafirkan dan menyesatkan yang berbeda dengan tudingan syirik, murtad dan sesat.

Tahap selanjutnya Syarif bergabung dengan kelompok radikal FPI yang melakukan aksi sweeping gerai-gerai minimart di Cirebon dengan dalih menegakkan amar ma'ruf nahi munkar yang sebenarnya main hakim sendiri dengan mengambil alih peran penegak hukum yang secera sewenang-wenang menerapkan hukum versi dia dan kelompoknya.

Syarif juga ikut menyerang jemaat Ahmadiyah di Manislor Kuningan tahun 2010. Dia aktif melawan polisi dengan melempari batu.

FPI sebagai kelompok radikal menjadi wadah bagi Syarif untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan kebenciannya menjadi aksi nyata di lapangan. Sweeping, melakukan perusakan, melawan aparat hukum, dan tindakan-tindakan kekerasan lainnya. Saat berkubang di tahapan ini, Syarif sudah masuk list DPO polisi.

Dan ternyata aktor teroris yang berlatar belakang FPI tidak hanya Syarif seorang. Ketua Pelaksana Harian Kompolnas Benny Mamoto menyebut ada 37 nama lainnya.

Syarif benar-benar menjadi teroris setelah masuk JAT (Jamaah Ansharut Tauhid) yang didirikan oleh Abu Bakar Baasyir. Namun dia tidak akan pernah menjadi teroris kalau sebelumnya tidak melalui proses sebagai orang yang intoleran dan radikal.

Berhulu dari intoleransi, mengalir melalui radikalisme, bermuara menjadi terorisme.

Aksi pertama yang dilakukan Syarif sebagai teroris adalah menyerang dan membunuh tentara anggota Kodim Cirebon, 3 April 2011. Tentara dan Polisi menjadi sasaran teroris karena dituduh 'Ansharut Thaghut' Penolong Setan. Karena NKRI ini dihakimi oleh teroris sebagai Negara Thoghut, Konstitusi dan UU-nya Thoghut, Pancasila Thoghut, UUD 1944 Thoghut, Pemerintah Thongut, maka Pembela Thoghut ini yang paling depan adalah tentara dan Polisi harus diserang.

Aksi puncak yang dilakukan Syarif adalah melakukan bom bunuh diri di dalam masjid Az-Zikra saat salat Jumat.

Saat menjadi teroris, Syarif tidak perlu waktu lama untuk memilih menjadi 'pengantin sangit'. Yang lama justru saat dia mendapat pelatihan dan didikan waktu bergabung dengan kelompok radikal macam FPI.

Abu Bakar Baasyir melalui JAT hanya memetik buah setelah FPI memberikan didikan dan ruang serta pembelaan pada aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh Syarif sebelumnya, baik aksi yang berdalih anti pemurtadan, anti minuman keras, anti aliran sesat, dan aksi-aksi kekerasan lainnya.

Dan ternyata aktor teroris yang berlatang belakang FPI tidak hanya Syarif seorang. Ketua Pelaksana Harian Kompolnas Benny Mamoto menyebut ada 37 nama lainnya.

Dan informasi ini memang masuk akal, karena seperti rumus IRT, intoleransi ditambah radikalisme sama dengan terorisme. Intoleransi + Radikalisme = Terorisme.

Tak ada orang yang tiba-tiba menjadi teroris, dia harus melalui tahapan intoleransi dan radikalisme.

Dalam konteks ini, FPI dan kelompok-kelompok radikal lainnya (seperti Bahrun Naim yang bergabung dengan ISIS berlatang belakang HTI) menjadi tempat pelatihan bagi calon-calon teroris.

Masih mau bela FPI?

*Tulisan opini Mohamad Guntur Romli, Aktivis Nahdlatul Ulama, judul asli: Dari FPI Menjadi Teroris, Rumus IRT: Intoleransi + Radikalisme = Terorisme

Berita terkait
Ketum PA 212 Marah Polisi Sebut Simpatisan FPI Membawa Ganja
Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif menyebut orang yang membawa ganja atau sajam adalah penyusup.
6 Laskar FPI Tewas Didor, Jokowi Didesak Reformasi Polri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi didesak sesegera mungkin melakukan dan melanjutkan proses reformasi Polri dengan tewasnya enam (6) laskar FPI.
Bagaimana Bisa FPI Pengikut Rizieq Shihab Punya Senjata Api?
Pilihannya cuma dua: ditembak atau menembak, dibunuh atau membela diri. Bagaimana bisa FPI pengikut Rizieq Shihab punya senjata api.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.