Profil OYO Indonesia, Startup Asal India Rajai Dunia

OYO Rooms Indonesia merupakan startup unicorn asal India yang bergerak bisnis jaringan hotel.
OYO Rooms Indonesia. (Foto: Marketeers.com)

Jakarta - Startup unicorn asal India OYO yang bergerak bisnis jaringan hotel resmi memulai hadir di Indonesia pada Kamis, 18 Oktober 2018. Dalam peresmiannya, perusahaan juga mengumumkan komitmen investasi sebesar 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun).

Di kesempatan yang sama, Founder dan CEO OYO Ritesh Agarwal mengatakan komitmen investasi didapat dari dana segar perusahaan sejak sebulan sebelumnya sebesar 1 miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun) dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital. Ada pula tambahan 200 juta dolar AS yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Pendanaan ini menjadikan OYO sebagai startup unicorn di India, menyusul One97 Communications, perusahaan yang mendirikan platform pembayaran digital India Paytm.

“OYO membantu para pemilik unbranded hotel dengan teknologi yang kami miliki untuk meningkatkan standar pelayanannya setara dengan jaringan hotel sehingga pada akhirnya okupansi dapat meningkat. Komitmen kami sangat kuat untuk mengembangkan Indonesia dan ingin bertahan lama di sini,” ucap Ritesh Agarwal, 18 Oktober 2018.

Komitmen kami sangat kuat untuk mengembangkan Indonesia dan ingin bertahan lama di sini.

Baca juga: Rayakan 17-an Bersama Hanung Bramantyo dalam Free Webinar 19 Agustus 2020

Ritesh Agarwal menuturkan, mayoritas dana tersebut akan digunakan OYO (akronim dari On Your Own) untuk membangun infrastruktur jaringan hotel dan merenovasi bangunan. Kemudian pelatihan talenta agar dapat bekerja di industri hospitality, mengembangkan teknologi, dan melancarkan strategi pemasaran agar dapat menarik pengguna baru.

Pendirian OYO tidak terlepas dari pengalaman Ritesh Agarwal yang saat itu sebagai mahasiswa dropout yang melihat peluang bisnis untuk mengorganisir hotel-hotel di India.

Mengutip Quartz India, pada 2013, Ritesh mendirikan OYO Rooms, jaringan hotel dan kamar. Pada 2015, muncul startup yang terinspirasi OYO, seperti Airy, Nida Rooms, Zenrooms, dan Reddoorz.

Sejak 2017, Ritesh sudah melakukan berbagai riset kondisi pasar, sosial, hingga regulasinya di Indonesia. Secara perlahan-lahan, Oyo mulai merintis kiprahnya dengan badan hukum PT Oyo Rooms Indonesia. Operasional sendiri dimulai sejak pada Februari 2018.

Pada 2018, OYO telah berhasil menggandeng lebih dari 30 pemilik properti yang telah terinventarisasi dan 1000 kamar tersebar di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp149 ribu. 

OYO optimis akan mampu memperluas jaringannya di 35 kota di seluruh Indonesia, termasuk Yogyakarta, Bandung, dan Bali dalam 15 bulan ke depan. Target perusahaan, pada tahun 2020 ini, OYO sudah dapat merekrut lebih dari 60 ribu karyawan di berbagai daerah untuk memperkuat sektor perhotelan, seperti pekerjaan untuk front office, jasa katering, dan house keeping.

“Prinsip kami tiga kamar hotel bisa mempekerjakan satu orang tenaga kerja. Semakin banyak kamar tentunya akan membuka semakin banyak lapangan pekerjaan untuk orang Indonesia,” kata Country Lead Oyo Indonesia Rishabh Gupta.

Baca juga: Kemendikbud Gelar Lomba Berhadiah Puluhan Juta

Inovasi Model Bisnis OYO Indonesia

Kehadiran OYO di Indonesia bukan menjadi pesaing para pemain OTA (Online Travel Agent) yang sudah lebih dahulu hadir, melainkan sebagai mitra distribusi. Sebab, OYO merasa kompetitornya merupakan jaringan hotel budget yang sudah memiliki reputasi besar, seperti Accor, Pop Hotels, Tauzia Hotel, Harris, dan masih banyak lagi.

“Justru OTA itu adalah mitra kami untuk distribusi kamar. Kami bermitra dengan mereka semua. Salah satu pemilik properti kami menyebut okupansi naik dari 28% jadi 92% setiap harinya setelah masuk ke jaringan Oyo. Hotelnya mendapat rating bintang empat, dari hanya satu, di Booking.com,” kata Ritesh.

Dari pandangan tersebut, pola bisnisnya adalah pemilik properti yang bermitra dengan Oyo akan beroperasi mengadopsi model manchise (manajemen dan franchise). Kontrol dan manajemen hotel akan dipegang penuh Oyo. 

Properti yang beroperasi dengan perjanjian sewa atau mengizinkan pemilik properti menjalankan properti mereka dalam kesepakatan franchise. Untuk keuntungan, OYO mengambil porsi 20% dari total pendapatan hotel untuk skema perjanjian sewa.

Selain itu, Ritesh dalam pemilihan properti, OYO mempertimbangkan detail properti seperti dari segi luas kamar tidur, kamar mandi, luas lobi, hingga lokasi yang menjadi poin terpenting, yakni harus strategis.

Seluruh manajemen hotel akan dipantau dari aplikasi. OYO menyediakan lima jenis aplikasi untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Ada Krypton, OYO Owner, Co OYO, Oyo OS, dan OYO: Branded Hotels untuk konsumen.

Sejak pertama kali berdiri di bulan Mei 2013, Oyo telah hadir di lebih dari 350 kota dengan menggandeng lebih dari 10 ribu mitra tersebar di enam negara, India, Tiongkok, Malaysia, Nepal, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. 

Untuk info lebih lanjut, bisa didapatkan melalui laman resmi OYO Indonesia dan akun Instagramnya oyo.indonesia. []

Berita terkait
PUPR Gelar Webinar Dukung Kelancaran Jalur Logistik
Tingkatkan distribusi logistik, Kementerian PUPR menggelar Webinar dukung kelancaran jalur logistik di tengah pandemi Covid-19.
PUPR Gelar Webinar Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
Kementerian PUPR menggelar webinar Disaster Pandemic Aspect in Infrastructure Strategic Concept yang diikuti 192 peserta.
Webinar Mencabut Radikalisme Membumikan Pancasila
Mahasiswa program studi magister hukum Universitas Kristen Indonesia gelar webinar Mencabut Radikalisme Membumikan Pancasila, Jumat 12 Juni 2020.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.