Prihatin! Sejumlah Bahasa Daerah Malut Terancam Punah

Bahasa daerah Koloncucu di Kota Ternate penuturnya kini sisa satu orang, itu pun usianya sudah 70 tahun dan di Kabupaten Halmahera Barat tinggal dua orang.
BAHASA DAERAH HILANG: Bahasa daerah mulai jarang diucapkan oleh anak-anak dan orang muda. Padahal, bahasa daerah adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Aktivis dari sejumlah daerah juga melakukan unjuk rasa sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena bahasa daerah seharusnya wajib masuk dalam kurikulum pendidikan. (Foto: Ist)

Ternate, (Tagar 26/10/2017) – Miris! Sejumlah bahasa daerah di Provinsi Maluku Utara (Malut) terancam punah. Persoalan ini membutuhkan kepedulian dan langkah nyata dari semua pihak terkait untuk menyelamatkannya.

Pengamat bahasa daerah dari Universita Khairun (Unkhair) Ternate Sunaidin mengatakan, dari 34 bahasa daerah di Malut yang terancam punah di antaranya bahasa daerah Kao di Kabupaten Halmahera Utara yang saat ini penuturnya sisa enam orang.

“Selain itu, bahasa daerah Koloncucu di Kota Ternate, yang penuturnya kini sisa satu orang, itu pun usianya sudah 70 tahun lebih dan bahasa daerah Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, yang penuturnya saat ini tinggal dua orang,” kata Sunaidin di Ternate, Kamis (26/10).

Menurut dia, terancam punahnya bahasa daerah tersebut di antaranya disebabkan orang tua dan lingkungan masyarakat setempat tidak lagi menggunakannya sebagai bahasa komunikasi keseharian.

Terjadinya perkawinan dengan pria atau wanita dari daerah yang memiliki bahasa daerah berbeda juga menjadi penyebab terancam punahnya bahasa daerah tersebut, karena dalam komunikasi keseharian di rumah, termasuk kepada anak-anak menggunakan bahasa melayu Ternate atau bahasa Indonesia.

"Oleh karena itu, untuk menyelamatkan bahasa daerah yang terancam punah tersebut, perlu ada kesadaran dari para orang tua untuk mengajarkan bahasa daerahnya kepada anak-anaknya, begitu pula dalam hubungan komunikasi dengan lingkungan masyarakat setempat," ujarnya.

Pemerintah kabupaten/kota harus pula memiliki kepedulian untuk melestarikan semua bahasa daerah di wilayahnya dengan cara memasukannya sebagai mata pelajaran di sekolah serta mendokumentasikannya dalam bentuk kamus bahasa daerah.

Namun dalam mengajarkan bahasa daerah di sekolah, harus disesuaikan dengan wilayah di mana bahasa daerah itu berada, artinya dalam suatu kabupaten dan jangan hanya mengajarkan satu bahasa daerah, kata Sunaidin.

Masalahnya dalam setiap kabupaten/kota di Malut, ada beberapa bahasa daerah, di kabupaten Halmahera Utara misalnya, ada sekitar lima bahasa daerah, yang masing-masing memiliki wilayah tersendiri. (ant/yps)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.