TAGAR.id - Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, pada Selasa, 5 September 2023, memulai kunjungan empat hari ke Eswatini, sebuah negara di Afrika, salah satu dari 13 sekutu Negara Pulau itu yang masih bertahan.
Presiden Tsai, yang menjabat sebagai presiden tahun lalu, mengunjungi negara berpenduduk 1,1 juta jiwa di Afrika bagian selatan itu dan menyaksikan penandatanganan perjanjian yang akan menjadi “tonggak sejarah bagi hubungan kita pada masa depan,” katanya.
“Kita memiliki sejarah panjang dalam bekerja sama untuk saling membantu. Dan tiga perjanjian, dokumen yang ditandatangani hari ini, merupakan peristiwa yang sangat penting dalam hubungan kita. Bahkan, menurut saya ini menjadi tonggak sejarah bagi hubungan kita pada masa depan," imbuh Tsai.
Tsai disambut oleh Raja Eswatini, Mswati III.
“Kedatangan Anda ke sini, ke Eswatini adalah kesaksian sejati persahabatan yang terjalin dengan menggembirakan antara kedua negara. Kita memiliki hubungan yang baik dan terus berkembang dari waktu ke waktu," sambutnya.
Sejak Tsai menjabat pada 2016, China mulai memberikan tekanan pada negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk mengalihkan pengakuan resmi dari Taiwan ke China.
Beijing telah berhasil mengalihkan pengakuan sembilan negara, sehingga kini hanya tinggal 13 negara yang mengakui status kenegaraan Taiwan.
Honduras adalah negara terakhir yang mengalihkan hubungan diplomatik dari Taiwan ke Beijing pada Maret. Taiwan adalah pulau dengan pemerintahan sendiri yang diklaim oleh China.
Tsai dijadwalkan akan tinggal di kerajaan kecil yang tidak memiliki akses langsung ke laut itu hingga Kamis, 7 September 2023, untuk ikut memperingati 55 tahun kemerdekaannya, serta 55 tahun hubungan bilateral.
Sementara itu, Amerika Serikat telah memperbarui upaya untuk membantu Taiwan memperkuat kemampuan pertahanannya dalam beberapa minggu terakhir dengan menyetujui serangkaian penjualan peralatan militer senilai jutaan dolar ke Taiwan. AS juga berjanji untuk menyelesaikan transaksi pembelian senjata oleh Taiwan senilai 19 miliar dolar AS (sekitar Rp 285 triliun).
Langkah terbaru ini mendapat tanggapan beragam dari pemerintah Taiwan dan masyarakat Taiwan. Kantor Kepresidenan Taiwan menggambarkan kebijakan terbaru AS mengenai transfer senjata ke Taiwan melalui mekanisme Pendanaan Militer Asing ini sebagai pemenuhan komitmen Washington terhadap keamanan Taiwan. (lt/ab)/Associated Press/voaindonesia.com. []