Prakerja Tampil di Markas PBB New York dalam SDG Action Weekend

Program Kartu Prakerja menjadi pembahasan dalam rangkaian sidang tahunan PBB terkait tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG Summit).
Prakerja Tampil di Markas PBB New York dalam SDG Action Weekend. (Foto: Tagar/ Prakerja)

TAGAR.id, Jakarta - Program Kartu Prakerja menjadi pembahasan dalam rangkaian sidang tahunan PBB terkait tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG Summit). Pendidikan sepanjang hayat atau lifelong learning dipercaya bisa menjadi solusi di tengah krisis ketenagakerjaan di berbagai belahan dunia, terutama karena disrupsi teknologi.

Direktur UNESCO Institute for Lifelong Learning Borhene Chakroun mengatakan sebanyak 32 persen perempuan dan 15 persen anak muda berusia 15-24 di seluruh dunia masuk dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training). Selain itu, lebih dari 763 juta orang muda dan dewasa, yang dua pertiganya merupakan perempuan, minim keahlian literasi dasar.

“Penting untuk memperkuat keterampilan pendidik literasi, khususnya dalam penggunaan teknologi informasi sehingga bisa beradaptasi dengan perubahan dunia,” kata Chakroun dalam panel side event SDG Action Weekend PBB di New York, awal pekan ini. “Kita semua perlu meningkatkan keterampilan, seperti yang dilakukan Prakerja (di Indonesia).”

Side event bertema “Skilling, Reskilling and Upskilling for a Resilient Workforce” ini diselenggarakan Program Kartu Prakerja bekerja sama dengan pemerintah Laos dan Filipina. Turut juga berkolaborasi lembaga multilateral lainnya; the UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL), the International Council for Adult Education (ICAE), dan Asia South Pacific Association For Basic And Education (ASPBAE).

Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Tri Tharyat mengemukakan bahwa Program Kartu Prakerja yang diluncurkan pada tahun 2020 dengan memanfaatkan teknologi digital terbukti efektif, efisien, dan inklusif. “Setidaknya, ada 5 juta orang yang mendapat manfaat dari program ini setiap tahunnya,” kata dia.


Program Kartu Prakerja menjadi pembahasan dalam rangkaian sidang tahunan PBB terkait tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG Summit).


Program ini, lanjut Tri, dijalankan dengan semangat kolaborasi, baik pemerintah, institusi pelatihan, bank komersial, hingga badan penelitian. “Dalam Prakerja, kemitraan strategis antara sektor publik dan swasta sangat penting dalam menyampaikan program pelatihan berkualitas tinggi,” ujarnya.

Tri menegaskan bahwa Prakerja berkontribusi pada percepatan guna mencapai SDGs. Pelatihan yang diselenggarakan Prakerja terbukti mengurangi pengangguran dan meningkatkan perlindungan sosial. “Sesuai dengan SDG 4 tentang pendidikan berkualitas dan SDG8 tentang pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan layak,” ucapnya.

Asisten Direktur Jenderal Pendidikan UNESCO, Stefania Giannini menyebut kecerdasan buatan merupakan tantangan terbesar dunia ketenagakerjaan. Tidak meratanya mutu pendidikan berpotensi membuat ketidaksiapan angkatan kerja terhadap perubahan yang begitu cepat.

“Hari ini, di seluruh dunia, ada 763 juta anak muda dan orang dewasa yang tidak melek huruf, dan 2/3 di antaranya adalah perempuan. Banyak di antara mereka juga tidak melek literasi digital,” kata Giannini.

Dalam laporan yang sama, Giannini melanjutkan, kurang dari 1 persen yang berusia di atas 15 tahun berpartisipasi dalam program pelatihan. “Inklusivitas belum menjadi inti pendidikan dan pelatihan. Bahkan semangat pembelajaran seumur hidup belum ada di banyak negara,” kata dia.

Para panelis dan peserta diskusi “Skilling, Reskilling and Upskilling for a Resilient Workforce” sepakat bahwa peningkatan keterampilan menjadi salah satu kunci untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan ke depan. Hal itu bisa direalisasikan dengan kolaborasi dengan berbagai sektor, mulai dari pemerintah, swasta, lembaga swadaya dan dunia internasional.

Salah satu contohnya adalah Microsoft. Wakil Presiden Korporat Microsoft Philanthropies, Kate Behncken mengaku sangat gembira dapat bekerja sama dengan Prakerja dalam memberikan pembelajaran sepanjang hayat yang inklusif. “Saya terkesan dengan program ini, (karena) jangkauannya dan dampak yang dihasilkannya,” ujarnya.

Sebagai bentuk nyata kolaborasi, Microsoft dan Prakerja meluncurkan program “Talenta” yang bertujuan memberi edukasi tentang kecerdasan buatan, keterampilan data, dan keterampilan kritis terkait keamanan siber. “Program ini bertujuan membantu Indonesia untuk tetap bersaing dan beradaptasi dengan lanskap digital yang terus berubah," kata Kate.

Turut juga hadir dan memberikan pengantar dalam diskusi side event SDG Summit Prakerja itu antara lain Menteri Pendidikan dan Olahraga Laos Phout Simmalavong, Utusan Khusus Pemuda Filipina Monica Prieto Teodoro, Direktur Eksekutif PMO Prakerja Denni Puspa Purbasari, Presiden International Council for Adult Education Roberto Guevara, Direktur Wahid Foundation sekaligus Komisaris Bukalapak Yenny Wahid, dan Regional Advocacy Coordinator and Lead Policy Analyst Asia South Pacific Association For Basic And Education (ASPBAE) Rene Raya. []

Berita terkait
Prakerja Terbukti Dorong Perempuan Indonesia Lebih Berdaya
Program Kartu Prakerja terbukti mampu menjawab tantangan kondisi kebekerjaan perempuan di tanah air. Dari 17 juta, 51 persen perempuan.
Dirgahayu RI, Prakerja Gelar Indonesia Skills Week dengan Pelatihan Gratis dan Murah
Program Kartu Prakerja menggelar Indonesia Skills Week (ISW) yang menawarkan pelatihan gratis dan murah secara daring. Terbuka untuk semua segmen.
Prakerja Gelar Pelatihan Tatap Muka di 10 Provinsi Baru, Termasuk di Riau dan Sumbar
Prakerja gelar pelatihan tatap muka di 10 provinsi baru, yaitu di Riau, Sumbar, Lampung, Banten, DIY, Kaltim, Kalsel, Sulut, NTB, dan Maluku.