Prabowo Subianto yang Tak Pernah Lelah Nyapres

Prabowo Subianto dikenal tak pernah lelah nyapres dalam pesta demokrasi Indonesia.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)

Jakarta, (Tagar 2/4/2019) - Ambisi calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam merengkuh kekuasaan sebagai pemimpin tertinggi negeri sudah dilakukan empat kali.

Meski beberapa kali tersungkur dalam pesta demokrasi 5 tahunan, hal itu tak kunjung membuatnya kapok.

Awalnya, pada tahun 2004, Prabowo dikalahkan oleh Wiranto. Saat itu, pria yang hobi berkuda ini maju dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Akhirnya keputusan konvensi adalah Wiranto maju sebagai cawapres berpasangan dengan Salahuddin Wahid.

Berselang 5 tahun, Prabowo muncul kembali sebagai cawapres mendampingi capres Megawati Soekarnoputri.

Awalnya, mantan suami Titiek Soeharto berniat melenggang bersama Soetrisno Bachir, namun pasangan tersebut layu sebelum berkembang. Sebab, tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.

Maka itu, demi memenuhi ambisinya, ia mengubah haluan dan masuk dalam koalisi bersama PDIP yang mengusung Megawati sebagai calon presiden.

Dengan negoisasi yang alot, pada akhirnya Prabowo harus merelakan meski menjadi bawahannya Megawati.

Baca juga: Ini Komentar Demokrat Soal Bagi-bagi Jatah Menteri Prabowo-Sandi

Namun, pasangan ini batal melejit menjadi capres-cawapres pada Pilpres 2009, karena dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Budiono.

Pada tahun 2014, pendiri Partai Gerindra itu akhirnya resmi mendaftarkan diri ke KPU sebagai capres yang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa.

Tercatat, pasangan ini juga didukung oleh koalisi Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan.

Namun, lagi-lagi Prabowo harus menelan pil pahit setelah menelan kekalahan tipis, saat bertarung melawan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK.).

Saat itu Jokowi-JK dipilih oleh rakyat  dalam elektorat menjadi Presiden-Wakil Presiden Indonesia dengan perolehan suara sebanyak 53,13 persen. Sementara pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 46,84 persen.

Larut dalam penantian 5 tahunan, api perjuangan Prabowo untuk menjadi presiden hidup kembali di tahun 2019. Rematch antara Prabowo melawan Jokowi pun kembali terjadi dalam pilpres ini.

Ayahanda Didit Prabowo, kali ini menggandeng pebisnis Sandiaga Uno. Pasangan ini diusung oleh empat partai, yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS dan PAN. Terlebih, pasangan oposisi didukung pula oleh Ijtima Ulama 2.

Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Hashim Djojohadikusumo membeberkan alasan Prabowo yang tak pernah letih nyapres.

Menurutnya, salah satu alasan penting Prabowo kembali maju di Pilpres 2019 disebabkan karena ia melihat kondisi tanah air tak kunjung membaik dalam sepuluh tahun terakhir.

Hal itu diungkapnya saat menerima sejumlah jurnalis media asing di Kantor Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta, Jumat (19/10).

"Ketika bertemu, dia (Prabowo) malah membicarakan soal susu. Saya kaget ketika dia bicara tentang susu dan anak-anak kekurangan gizi di Indonesia. Prabowo yang pertama kali mengajarkan saya apa itu kondisi stunting," ujarnya

Lebih lanjut kata Hashim, mantan Denjan Kopassus ketika itu menyampaikan kondisi generasi mendatang bangsa Indonesia bakal bertolak belakang  dengan sumber daya alam negara yang sangat kaya.

"Inilah menjadi alasan utama Prabowo terpanggil memberikan sumbangsih pemikiran dan kemampuannya untuk Indonesia. Kemudian Pak Prabowo memutuskan untuk bertarung sekali lagi sebagai calon presiden karena sebetulnya tidak ada perbaikan sejak sepuluh tahun lalu ketika beliau mencalonkan pertama kali," kata Hashim.

Salah satu alasan mengapa Prabowo mau bertanding kembali dengan Jokowi adalah karena militansi dukungan dari penggemarnya dari waktu ke waktu semakin besar. Hal itu dikatakan oleh Analis Politik Strategic Arif Susanto.

Bahkan, kata dia, militansi pendukung Prabowo Subianto lebih kuat ketimbang dukungan masyarakat terhadap capres petahana. Arif merujuk pada hasil penelitian Litbang Kompas yang baru dirilis beberapa waktu lalu.

"Buktinya terpotret dari hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan elektabilitas Prabowo merangkak naik. Sementara suara Jokowi turun dari survei terakhir," ucapnya.

Dengan kata lain, kata dia, jika tidak berhasil mengimbangi militansi tersebut, maka berpotensi menggoyang posisi petahana.

Sementara itu Peneliti Litbang Kompas Toto Suyaningtyas mengatakan, militansi pendukung Prabowo juga terpotret saat melakukan survei. Hanya saja, kata dia, tingkat militensi tersebut tidak terukur dengan angka.

Toto menegaskan, alasan pemilih Prabowo lebih militan karena narasi yang diciptakan kubu 02 ini lebih mengena.

"Narasi tentang perjuangan kelas bawah dan isu ketidakadilan yang dimainkan 02 ini masuk ke pikiran masyarakat. Elektabilitas Prabowo cenderung meningkat dari waktu ke waktu," pungkasnya.

Baca juga: Demokrat Sebut SBY-Prabowo Punya Janji Politik Tanpa Sepengetahuan Hashim

Berita terkait
0
Jumlah Perokok Remaja Melesat di Amerika
Suatu pukulan terbaru bagi, Juul, perusahaan yang dinilai bersalah karena ikut memicu lonjakan jumlah remaja yang menggunakan vaping