Untuk Indonesia

Prabowo, Sales Kemiskinan

'Kalau sales Money Game biasanya foto-foto sedang liburan di luar negeri, Prabowo bergaya dengan jet pribadinya.' - Denny Siregar
Prabowo Subianto tiba di Bali, Jum'at siang (19/10/2018) untuk menghadiri deklarasi relawan emak-emak yang diselenggarakan di Hotel Inna Heritage, Denpasar, Bali. (Foto: Facebook/Bali Channel News)

Oleh: Denny Siregar*

"Indonesia terancam akan menjadi negeri miskin selamanya."

Kata Prabowo Subianto di satu waktu. Narasi kemiskinan ini bukan narasi pertama yang dijual Prabowo. Ia sering sekali menjual kata-kata "miskin" dalam setiap pidatonya, seakan-akan miskin adalah bagian dari kehidupannya.

Bahkan di satu kesempatan, ia berbicara bahwa "99 persen rakyat Indonesia hidup dalam kondisi pas-pasan". Ini arti kata lain dari miskin, karena menurut Prabowo, banyak masyarakat Indonesia tidak bisa hidup berlebih.

Entah apa ukuran "miskin dan pas" menurut Prabowo.

Jika ukuran itu dibandingkan dengan dirinya yang punya rumah di Hambalang dengan luas belasan hektar, kuda-kuda pacu yang mahal lengkap dengan lapangan pacunya, dan segala fasilitas bagi dirinya yang sulit dibayangkan manusia awam, tentu wajar jika semua orang Indonesia dikatakan miskin olehnya.

Tapi jika dibandingkan dengan data dari Badan Pusat Statistik BPS Bali, dimana turis domestik yang datang ke Bali saja di tahun 2016 sebesar lebih dari 8 juta orang, naik 20 persen dari tahun sebelumnya, tentu ini mengherankan.

Bagaimana si orang "miskin-miskin' itu bisa liburan ke Bali? Orang miskin makan sehari pun seharusnya susahnya bukan main.

Jangankan ke Bali. Menurut Ditjen Imigrasi, selama tahun 2016 orang Indonesia yang wisata ke luar negeri mencapai lebih dari 8 juta orang dan tahun 2017 melonjak jadi 9 juta orang. Bahkan diprediksikan tahun 2018 ini akan melonjak lebih banyak. Kok bisa begitu? Ya karena sudah banyak penerbangan murah ke luar negeri dan paket wisata juga lebih terjangkau.

Jadi apa mungkin si orang "miskin dan pas-pasan" itu bisa wisata ke luar negeri jika mereka makan sehari saja susah?

Omongan yang tidak masuk akal dari Prabowo Subianto ini jelas tidak berdasarkan data sama sekali. Ia hanya berhalusinasi dengan penuh emosi, seakan-akan empati padahal sejatinya tidak peduli. Buatnya, kemiskinan hanyalah jualan saja, untuk menarik simpati. Dan terakhir, ia baru jualan bahwa dirinyalah yang akan mengakhiri kemiskinan di Indonesia.

Apakah ada orang yang mau membeli "barang jualan" Prabowo?

Tentu ada. Orang malas, orang putus asa, para pengeluh, para broker yang kehilangan pekerjaannya dan orang-orang yang gajinya kecil tapi ingin bergaya hidup mewah. Mereka inilah pasar Prabowo. Mirip dengan agen usaha MLM Money Game yang menjual mimpi "kaya dengan instan". Pasarnya sama. Orang-orangnya itu itu juga.

Nah, gaya Prabowo sendiri mirip juga dengan gaya sales Money Game itu. Gaya hidup mewah, untuk menunjukkan bahwa mereka sukses, untuk membius para konsumennya yang ingin sesukses mereka.

Kalau sales Money Game biasanya foto-foto sedang liburan di luar negeri, Prabowo bergaya dengan jet pribadinya. Semua itu adalah bagian dari "gimmick", supaya meyakinkan para pembeli mereka.

Saya jadi teringat kata-kata seorang kaya yang hidupnya tetap sederhana. "Bagaimana mungkin orang bicara kemiskinan jika dia sendiri tidak pernah merasakan miskin? Miskin menurutnya, belum tentu miskin menurut orang yang benar-benar merasakannya, karena dia belum pernah berada dalam situasi miskin seumur hidupnya."

Seperti secangkir kopi. Bagaimana mungkin orang berkata "Kopi itu nikmat" jika ia belum pernah sekalipun menyeruputnya?

Harus seruput dulu baru bicara tentangnya. Setuju? Mari seruput kopi dulu....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait