Untuk Indonesia

Prabowo Kehabisan Uang?

Prabowo mengaku kekurangan dana. Benarkah ia kehabisan uang? - Ulasan Denny Siregar
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan pidato politik pada acara Pembekalan Relawan Pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo-Sandi di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (22/11/2018). Acara tersebut mengambil tema "Bergerak Menuju Kemenangan". (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Oleh: Denny Siregar*

"Terpaksa aku minta bantuan dari kalian semua. Karena kita kekurangan dana perjuangan. Kita hanya bisa bergantung kepada rakyat," kata Prabowo di hadapan relawannya di Istora Senayan, kemarin.

Prabowo pun mengaku bahwa ia sudah meminjam ke Bank Indonesia, tetapi tidak diberi. Ini pernyataan yang mengherankan, sejak kapan Bank Sentral seperti Bank Indonesia bisa meminjamkan uang ke masyarakat umum?

Dari pidato Prabowo ada dua pertanyaan. Benarkah dia kehabisan uang? Atau itu hanya mencari simpati saja?

Dari hasil analisa, sepertinya memang Prabowo kehabisan uang. Biaya untuk mobilisasi Pilpres ini butuh biaya tidak sedikit. Triliunan rupiah. Tahun 2014 lalu seorang pengamat mengatakan, biaya logistik Pilpres seorang Capres sebesar 7 triliun rupiah.

Dan Prabowo sudah mengikuti Pilpres dua kali, yaitu tahun 2009 dan 2014. Bayangkan sudah berapa triliun dana yang ia hamburkan dengan sia-sia?

Itulah kenapa ia sekarang kekurangan dana. Hasjim Djojohadikusumo, adik Prabowo memang pengusaha besar. Tetapi ia sudah kehilangan uang triliunan rupiah untuk membiayai partai dan pilpres selama dua periode Prabowo nyapres. Tentu ia akan berpikir panjang untuk mendanai penuh pilpres kali ini, karena sebagai pengusaha, ia tentu mulai berpikir untung dan ruginya. Dan kali ini banyak ruginya.

Prabowo juga ternyata agak salah memilih Sandiaga Uno sebagai Cawapres.

Awalnya dia berharap dapat dana dari Demokrat untuk Pilpres dengan menjanjikan AHY sebagai Cawapres. Tapi karena Demokrat hanya janji-janji manis saja, akhirnya Prabowo mencari "siapa yang punya uang, akan saya jadikan Cawapres sekarang juga".

Datanglah Sandi seorang Investment Banker menawarkan modal dalam model "nota perjanjian". Tapi ia hanya bawa uang muka dulu sebagai pemanisnya. Maksud Sandi, sesudah dia dapat "sertifikat" sebagai Cawapres, baru surat itu akan ia dagangkan ke teman-teman pengusahanya.

Prabowo setuju. Sah! Sandiaga jadi Cawapresnya.

Jokowi tahu ini. Dan dia tidak kalah pintar. Cara melawan pengusaha adalah dengan pengusaha juga. Maka diangkatlah Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye.

Apa tugas ET? Bukan sebagai koordinator tim politik karena ia tidak punya pengalaman di sana. Tugas utama ET adalah melobi para pengusaha yang kemarin di lobi Sandiaga Uno untuk menutup kerannya.

Bum! Kelas lobby ET jelas lebih tinggi dari Sandi. Apalagi ada abangnya Boy Thohir yang punya power terhadap banyak pengusaha kelas atas di Indonesia. Para pengusaha yang kemarin dilobby Sandi mendadak beralih ke Jokowi karena di sana "lebih menguntungkan".

Manyunlah Sandi. Sertifikat Cawapresnya tidak laku dijual ke mana-mana. Mungkin karena itu ia buru-buru mencairkan sahamnya untuk menutupi janji yang sudah ia berikan, meski masih jauh dari cukup.

Prabowo mau marah gimana? Dia tidak bisa mundur dari arena, apalagi mengganti wakilnya. Bisa kena sanksi hukum dari KPU. Akhirnya ia cuma marah dan akhirnya pasrah. Biarlah semua seperti adanya.

Itulah kenapa kampanye mereka minim sekali. Kalau gak main tempe, ya main Ratna Sarumpaet yang gagal. Mau bayar konsultan Donald Trump dari mana duitnya? Ya udah copy paste aja seadanya.

Bayangkan. Saat Pilpres nanti Prabowo harus menyediakan uang ratusan miliar rupiah untuk membayar 1,6 juta saksi di TPS-TPS. Pusing, gan....

Dan di kejauhan sana, Jokowi ketawa ngikik sambil memberi makan cebong-cebongnya, "Gagal maning, gagal maning sonnnn...."

Seruput kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.