Prabowo Gebrak Meja, Egoistik dan Megalomania

Ekspresi Prabowo itu memicu efek negatif dan tidak layak dipertontonkan ke publik.
Prabowo Subianto saat menyapa ribuan pendukungnya dalam kampanye terbuka di Stadion Kridosono Yogyakarta, Senin (8/4). (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Jakarta, (Tagar 9/4/2019) - Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni, menilai sikap emosional capres nomor urut 02 Prabowo Subianto amat tidak layak dipertontonkan ke publik. Sebab, ekspresi mantan Danjen Kopassus itu memicu efek negatif kepada pendukungnya.

"Intinya adalah, bahwa pemimpin itu fungsinya memimpin, the leader is to lead atau dia menjadi guru yang diteladani muridnya. Dalam pepatah kita ada peribahasa bila guru kencing berdiri, murid kencing berlari," kata Toni saat diwawancarai Tagar News melalui sambungan telepon, Selasa (9/4).

"Kalau Pak Prabowo marah-marah begitu ya pasti akan tertular ke bawahnya akan marah-marah, akan emosional, dan itu kan nampaknya hampir akur semua tuh di BPN. Seperti Pak Amien Rais sudah ancam people power," sambungnya.

Selama ini, menurut Toni, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga mencoba me-rebranding sosok Pendiri Partai Gerindra itu sehingga lahir istilah the new Prabowo, dengan tampilan yang lembut, ramah, interaktif dan komunikatif.

Baca juga: Demokrat Ragu Dukung Prabowo Subianto

Namun, pencitraan yang diperjuangkan BPN, ia nilai gagal total karena agenda kampanye yang super padat dan akhirnya malah membuka tabir bedak pencitraan luntur. Di mata Toni, Prabowo merupakan tipikal pemimpin yang emosional, egoistik dan cenderung memiliki kelainan yang ditandai khayalan tentang kekuasaan dan menganggap orang lain kerdil.

"Dia adalah pemimpin yang emosional, egoistik, self-centric, dan cenderung megalomania, merasa diri hebat sendiri dan menganggap orang lain kerdil. Tidak memberi contoh terbaik bagi rakyat," ujar Toni yang menjabat juga sebagai Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Toni menerangkan, dengan peristiwa Prabowo meledak-ledak di depan publik saat berkampanye di Yogyakarta, justru membuat capres incumbent makin diuntungkan dalam elektoral, mengingat pemilu akan diselenggarakan dalam beberapa hari ke depan.

"Jadi kira-kira menurut saya narasi marah-marah, narasi negatif itu lahir karena kegugupan BPN melihat sisa 5 hari lagi kampanye, dan sebenarnya kalau bagi kami (TKN) itu bagus banget dia marah-marah seperti itu. Justru secara elektoral malah menguntungkan, kelihatan karakteristik pribadinya (Prabowo) sendiri," ujar dia.

"Hari-hari ini adalah hari penting bagi rakyat untuk melihat perbedaan karaktek dua pemimpin kita. Rakyat bisa menilai kepemimpinan yang ugal-ugalan. Masa depan Indonesia tidak menentu, tergantung kepada fluktuasi emosi seorang pemimpin. Bahaya sekali untuk masa depan Indonesia pidato gebrak-gebrak meja podium gitu, apa yang mau dicari dari gebrak meja podium," tutup Toni.

Video aksi gebrak-gebrak meja podium Prabowo menjadi viral di media sosial. Nada bicara ayahanda Didit Prabowo mulai meninggi ketika menyinggung aparat polisi dan TNI aktif. Tiba di podium, Prabowo tiba-tiba menggebrak meja sambil bicara dengan nada tinggi, mengulangi peringatannya bahwa polisi dan TNI tak boleh membela antek-antek asing.

"Apalagi antek-antek asing," kata Prabowo dengan nada tinggi sambil menggebrak-gebrak dengan keras meja podium saat berkampanye di GOR Kridosono, Yogyakarta, Senin (9/4).

Baca juga: Mana Bukti BUMN Dirampok? Prabowo: Bukti Ndasmu!

Berita terkait