Prabowo dan Hoaks Ratna, PKB: Belum Jadi Presiden Saja Sudah Begitu

Prabowo dan hoaks Ratna, PKB: Belum jadi presiden saja sudah begitu, apalagi jadi presiden. Itu rekayasa kolektif untuk memukul lawan politik.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan keterangan pers mengenai penganiayaan anggota BPN Ratna Sarumpaet, di Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (2/10/2018). Dalam konferensi pers tersebut Prabowo Subianto akan berkoordinasi dengan Kapolri untuk mengusut kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet yang terjadi pada 21 September di Bandung. (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Jakarta, (Tagar 4/10/2018) - Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding menilai kasus pembohongan publik yang dilakukan Ratna Sarumpaet merupakan rekayasa politik keji untuk memukul lawan politik dengan menggunakan isu kekerasan.

"Sungguh ini rekayasa politik yang keji dan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang apalagi calon presiden," kata Karding di Jakarta, Rabu (3/10) dilansir Antara.

Dia mengatakan seharusnya Prabowo Subianto sebagai calon presiden berhati-hati ketika menerima informasi dan harus melakukan "kroscek" kebenaran karena pemimpin tidak boleh teledor.

Menurut Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja itu, apa yang terjadi dalam kasus Ratna adalah rekayasa kolektif dari sekumpulan orang yang ingin memenangkan isu kekerasan untuk kepentingan memukul lawan politiknya.

"Tapi sayang kurang cermat dan kurang hati-hati sehingga berbalik mengenai diri sendiri. Tapi saya ingin sampaikan bahwa belum jadi presiden saja sudah begitu, apalagi jadi presiden," ujarnya.

Menurut dia kasus itu sangat bahaya dan menjadi catatan penting bagi rakyat Indonesia, "Jadi kita menyatakan bahwa ini adalah pembohongan publik yang luar biasa, ujar Karding.

Menurut Karding, di saat ada tragedi kemanusiaan, gempa, dan tsunami di Sulawesi Tengah, tidak sepatutnya dan sepantasnya melakukan rekayasa seperti itu.

"Presiden sedang bekerja keras, tidak terpikirkan beliau untuk memikirkan hal lainnya kecuali untuk bagaimana menangani gempa, menangani dampak gempa, mengamankan dan melindungi masyarakatnya," katanya.

Dia mengatakan semua masyarakat kerja sama dan sama-sama bekerja untuk melindungi anak-anak bangsa yang sedang mengalami musibah, kelaparan, yang sedang kedinginan dan trauma.

Menurut dia, masyarakat membutuhkan pemimpin bangsa sehingga seharusnya berhenti memainkan politik yang tidak produktif.

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto pada Selasa (2/9), menilai tindakan dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet merupakan ancaman terhadap demokrasi dan sebuah ironi dalam demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia.

"Ini ancaman serius terhadap demokrasi dan tentu ini sangat ironis, lalu hari ini adalah hari Antikekerasan Internasional namun harus saya sampaikan kepada publik," kata Prabowo dalam konferensi pers di kediamannya di Jalan Kertanegara 4, Jakarta, Selasa malam.

Namun pada Rabu (3/9), Ratna mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan, dia mengaku muka bengkak yang dialaminya bukan disebabkan penganiayaan namun efek operasi plastik yang dilakukannya.

Ratna meminta maaf karena telah melakukan pembohongan publik, khususnya disampaikan kepada Prabowo Subianto, Amien Rais dan Djoko Santoso yang sebelumnya telah menemuinya. []

Berita terkait