Polrestabes Medan Ajak Pegiat Media Ikrar Anti Hoax

Hoax dan ujaran kebencian yang berbau suku, agama dan ras di media sosial, Hartanto menjelaskan, kerap kali menyebabkan salah persepsi diantara sesama anak bangsa
Medan Perangi Hoax. Penandatangan ikrar Anti Hoax oleh Kapolrestabes Medan, Walikota Medan Djulmi Eldin, Dandim 0201/BS Kolonel Inf Bambang Herqutanto, Ketua MUI Sumut, Ketua PWI Sumut Hermansjah. Perwakilan dari Forum Jurnalis Perempuan, Media Online, Media Cetak, Media Elektronik, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumut dan sejumlah perwakilan dari pemilik atau pengusaha media. (wes)

Medan, (Tagar 16/3/2018) - Dalam rangka pelaksanaan pengamanan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara serta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Deli Serdang tahun 2018. Dalam rangka program kerjanya Polrestabes Medan mengajak para pegiat media cetak, media elektronik dan media online lakukan ikrar bersama, anti hoax, anti ujaran kebencian anti isu suku, agama dan ras di Hotel Emerald Garden, Jalan Yos Sudarso Medan, Jumat (16/3).

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dadang Hartanto pada sambutannya menjelaskan tujuan dilaksanakannya kegiatan untuk menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif di wilayah hukum Polrestabes Medan.

"Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini mampu membuat gerakan sosial yang bisa berujung konflik. Maka Polri, TNI dan Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Sehingga kami menggandeng media untuk memberi pencerahan kepada masyarakat," ucapnya.

Banyaknya berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian yang berbau suku, agama dan ras di media sosial, Hartanto menjelaskan, kerap kali menyebabkan salah persepsi diantara sesama anak bangsa yang dapat mengganggu kamtibmas dimana saja termasuk di wilayah kerjanya.

"Sumatera Utara, Medan khususnya terletak pada wilayah strategis dekat dengan beberapa negara tetangga. Dan merupakan barometer keamanan bagi Indonesia maka kita wajib menjaganya," tambahnya.

Senada dengan Dadang, Ketua Majelis Ulama (MUI) Sumatera Utara, Prof Dr H Abdullah Syah yang didaulat sebagai salah seorang pembicara, mengatakan, sebagai ulama dirinya pun akibat banyaknya isu saat ini seperti, isu PKI, orang gila incar para ulama dan lainnya kerap sekali membuat dirinya merasa takut untuk bepergian.

"Dulu tak begitu, saya tak pernah takut sekalipun subuh saya harus pergi ke Masjid, tapi sekarang ini beda. Mungkin sebagian besar isu itu hoax, tapi mungkin juga ada yang benar maka kita perlu tabayun," ajarnya.

Pada kesempatan itu, Abdullah mengingatkan semua pihak agar prinsip tabayun (kejelasan masalah) terhadap informasi yang diperoleh di dunia maya.

"Kita harus meminta penjelasan atau mengklarifikasi sebuah informasi sebelum bertindak terhadap informasi yang diterima," tandasnya. (wes)

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.