Polisi Keroyok Alumni IPDN

Polisi keroyok alumni IPDN. Dalam peristiwa ini Mando Mote menjadi korban pemukulan aparat keamanan yang melarang warga menyaksikan Debat Kandidat Bupati Kabupaten Deiyai.
Debat Kandidat Bupati Kabupaten Deiyai. (Foto: Ist)

Nabire, (Tagar 5/5/2018) - Alumni Pamong Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) menyayangkan tindakan oknum polisi yang memukul Mando Mote, alumni angkatan 20 IPDN.

Menurut Alumni Pamong Praja IPDN, sungguh tidak adil tindakan-tindakan brutal yang dilakukan pihak kepolisian kepada yuniornya, Mando Mote.

“Seharusnya polisi mengayomi dan melindungi masyarakatnya secara manusiawi,” sebut Alumni Pamong Praja IPDN dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tagar pada Sabtu (5/5).


Mereka memprotes tindakan brutal pihak keamanan yang semestinya tidak dilakukan dan sekaligus menuntut agar oknum polisi terkait diproses secara hukum.

Mando Mote yang menjadi korban dalam peristiwa itu menyebutkan, selagi warga dibatasi untuk menyaksikan momen Debat Kandidat Bupati Kabupaten Deiyai pada Sabtu (5/5/2018), dia menyampaikan aksi protes terhadap tindakan dari pihak keamanan.

Saat itu Mando Mote menuntut bahwa debat kandidat wajib disaksikan oleh seluruh warga, semestinya ruang dan waktu dibuka bagi warga.
Menurut Mando Mote, momen debat wajib dilakukan secara transparan.

“Artinya tidak ada batasan dan larangan oleh siapa pun, dan dengan cara bagaimanapun,” ujarnya.

Mando Mote menegaskan, pihak keamanan dan KPU Deiyai keliru jika melakukan pembatasan. Alasannya, momen debat adalah untuk masyarakat sebagai momen untuk datang melihat, memahami, sekaligus melihat visi-misi, program kerja, pemahaman serta penawaran-penawaran lain oleh calon kandidat.

“Bukan datang untuk mengganggu keamanan atau ketertiban jalannya proses debat kandidat yang sedang berlangsung di Nabire,” jelasnya.

“Momen ini wajib disaksikan semua masyarakat, bukan untuk pendukung-pendukung saja,” imbuhnya.

Setelah Mando Mote menyampaikan protesnya, tak dinyana dia mengalami pengeroyokan.

“Setelah saya sampaikan itu, saya dikeroyok, dipukul dengan moncong senjata, dipukul dengan tangan oleh ratusan polisi brimob yang sedang mengamankan, membatasi masyarakat Deiyai saat itu,” tutur Mando Mote.

“Saya sendiri tidak melontarkan satu pukulan pun kepada ratusan polisi brimob itu. Saya tidak merespons dengan balas melakukan pemukulan sebab saya orang terdidik, seorang pamong. Saya tahu mana yang benar sesuai aturan dan mana yang tidak benar atau tidak sesuai aturan,” tuturnya lagi.

Mando Mote mengakui, setelah peristiwa tidak mengenakkan itu, dia sengaja membeberkan tindakan kepolisian yang dinilainya tidak manusiawi.

“Itu adalah cermin budaya kerja kepolisian selama ini. Saya amat menyayangkan dan prihatin atas pelayanan kepolisian kepada masyarakat dengan tindakan brutal ini. Tindakan tidak manusiawi seperti itu tidak boleh dibiarkan berlangsung,” cetus Mando Mote. (yps)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.