Plus Minus D-100 Pertamina Versi Pengamat Minerba

Pengamat pertambangan mineral dan batubara (Minerba) Ferdinandus Hasiman menanggapi produksi Green Diesel atau D-100 yang diproduksi Pertamina.
Sales Area Manager Retail Bandung PT. Pertamina Sylvia Grace Yuvenna (kedua kanan) meninjau petugas dalam mengisi BBM pada unit Pertashop di Gununghalu Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 15 Juli 2020. PT. Pertamina (Persero) meresmikan Pertashop berkapasitas 3 KL yang menyediakan BBM jenis Pertamax, Bright Gas dan Pelumas Pertamina guna memenuhi akses energi ke masyarakat desa terhadap BBM harga yang sama dengan SPBU serta dapat membantu memajukan perekonomian desa. (Foto: Antara/Novrian Arbi/foc)

Jakarta - Pengamat pertambangan mineral dan batubara (Minerba) Ferdinandus Hasiman menilai produksi Green Diesel atau D-100 oleh PT Pertamina (persero) masih dalam tahap pengembangan dan belum seratus persen efektif untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.

Ferdi mengatakan dalam tahap uji coba bahan bakar berbasis kelapa sawit itu, tidak semua jenis kendaraan mampu berfungsi dengan baik saat menggunakan D-100.

"Artinya, untuk pemakaian kendaraan mobil dan segala macam itu belum benar-benar efektif. Terkait dengan uji coba ada beberapa yang enggak cocok," ujar Ferdi Hasiman kepada Tagar, Minggu, 19 Juli 2020.

Kendati demikian, menurutnya inovasi bahan bakar yang dibuat dari 100 persen bahan nabati turunan dari CPO atau kelapa sawit itu merupakan temuan yang menjanjikan bagi perekonomian nasional. Terlebih, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi di atas 40,56 juta ton pada 2018.

Hanya saja, ia berharap dalam prosesnya produksi bahan bakar D-100 dapat mengikutsertakan para petani sawit di Indonesia.

"Sebenarnya prospeknya bagus, menjanjikan. Hanya saja, petani harus diakomodir. Jadi, kita berharap Pertamina mengakomodir kepentingan petani. Karena selama ini petani mengharapkan penuh sawit, dan pemerintah enggak memperhatikan petani," ucapnya.

Selain itu, pemerintah juga perlu memantau setiap proses produksi D-100. Sebab, dengan prospek yang menjanjikan tersebut bukan tidak mungkin D-100 menjadi lahan baru bagi para mafia.

"Dan, itu bisa membuat Pertamina enggak bisa tumbuh seperti perusahaan-perusahaan minyak global," kata Ferdi.

Baca juga: Pertamina Siap Produksi D-100 Pertama di Indonesia

PT Pertamina (persero) telah berhasil membuktikan keunggulan D-100 sebagai bahan bakar mesin diesel pertama di Indonesia yang terbuat dari bahan nabati melalui uji performa (road test) pada Selasa, 14 Juli 2020.

Dalam uji performa tersebut, digunakan kendaraan jenis MPV berbahan bakar diesel keluaran 2017. Bahan bakar yang digunakan adalah campuran D-100 sebanyak 20 persen, Dexlite sebanyak 50 persen, dan FAME 30 persen.

"Hasil uji emisi kendaraan menunjukkan Opacity (kepekatan asap gas buang) turun menjadi 1,7 persen dari sebelumnya 2,6 persen saat tidak dicampur dengan D-100," ujar Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Budi Santoso Syarif melalui siaran pers, Minggu, 19 Juli 2020. 

Menurut hasil uji laboratorium, terukur angka Cetane Number bahan bakar campuran D-100 pada Dexlite dan FAME yang digunakan tersebut mencapai angka minimal 60 atau lebih tinggi dari bahan bakar diesel yang ada saat ini.

Kemudian, kata dia penggunaan D-100 dalam campuran bahan bakar kendaraan dapat meningkatkan performa kendaraan dan mengurangi emisi gas buang. []


Berita terkait
Beli BBM Pertamina Harus Nontunai, Surabaya Pertama
Pertamina mulai menggencarkan transaksi nontunai di SPBU. Sebagai permulaan, perusahaan migas negara itu membidik Surabaya sebagai wilayah pertama
Pertamina Jamin Pasokan BBM Saat New Normal
Pertamina memastikan pasokan BBM tetap tersedia dalam menyambut era baru atau new normal di Bali.
D-100 Pertamina, Bahan Bakar Green Energy Pertama
Pertamina berhasil membuktikan keunggulan Green Diesel atau D-100 sebagai bahan bakar pertama yang terbuat dari 100 persen bahan nabati.