PLTN Fukushima Daiichi di Jepang 12 Tahun Paca Bencana

Gempa berkekuatan 9,0 SR pada 11 Maret 2011 memicu tsunami dahsyat yang menghancurkan sistem pendingin PLTN Fukushima, Jepang
PLTN Fukushima (Foto: dw.com/id - Shohei Miyano/Kyodo News/AP/picture alliance)

TAGAR.id, Jakarta - Gempa berkekuatan 9,0 SR pada 11 Maret 2011 memicu tsunami dahsyat yang menghancurkan sistem pendingin PLTN Fukushima, Jepang. Tiga reaktor meleleh dan memuntahkan radiasi dalam jumlah besar.

Pada 11 Maret 2011, tiga reaktor di PLTN Fukushima Daiichi mengalami peleburan inti reaktor, setelah sistem pendinginnya hancur oleh tsunami besar yang dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 9,0 Skalar Richter.

Bencana itu menyebabkan 18.500 orang tewas atau hilang. Kini, Jepang bersiap membuang sejumlah besar air limbah radioaktif yang sudah diolah ke laut. Air itu berasal dari ruang bawah tanah reaktor yang bocor dan bercampur dengan air hujan dan air tanah.

130 ton air terkontaminasi radiasi nuklir itu diolah dan kemudian disimpan dalam tangki, yang sekarang berjumlah sekitar 1.000 dan menutupi sebagian besar lahan PLTN Fukushima. Sekitar 70% dari "air yang diolah ALPS", dinamai menurut mesin yang digunakan untuk menyaringnya, masih mengandung unsur radiaktif Cesium dan radionuklida lainnya yang melebihi ambang batas aman paparan untuk dibuang ke laut.

Operator PLTN Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), menargetkan fasilitas tersebut siap pada musim semi. TEPCO memerlukan persetujuan keselamatan dari Otoritas Regulasi Nuklir. Badan Energi Atom Internasional IAEA, untuk memastikan proyek tersebut memenuhi standar internasional. IAEA akan mengirim misi ke Jepang dan merilis laporannya sebelum pembuangan air limbah tercemar radiasi dimulai.

TEPCO mengatakan, radioaktivitas dapat dikurangi ke tingkat yang aman dan akan memastikan bahwa air yang disaring sudah memenuhi batas legal. Tritium memang tidak dapat dihilangkan dari air, tetapi tidak berbahaya dalam jumlah kecil dan secara rutin dilepaskan oleh pembangkit nuklir mana pun, kata para TEPCO.

pendinginan pltn fukushimaPekerjaan dekontaminasi di reaktor nuklir PLTN Fukushima Daiichi, Maret 2022 (Foto: dw.com/id - Hiro Komae/AP Photo/picture alliance)

Pekerjaan dekontaminasi yang sulit

Fukushima Daiichi telah berjuang untuk menangani air yang terkontaminasi sejak bencana tahun 2011 lalu. Pemerintah dan TEPCO mengatakan tangki-tangki memang harus disingkirkan guna membuka jalan ke fasilitas-fasilitas untuk menonaktifkan PLTN itu, seperti ruang penyimpanan sisa-sisa bahan bakar yang meleleh dan limbah-limbah lainnya yang sangat terkontaminasi.

TEPCO juga mengatakan, air limbah terkontaminasi akan dilepaskan ke laut dengan cara yang terkendali dan terolah. Air limbah itu akan disalurkan melalui pipa dari tangki pengambilan sampel ke kolam pantai untuk diencerkan dengan air laut dan dilepaskan melalui terowongan bawah laut ke titik 1 kilometer lepas pantai.

Komunitas nelayan lokal mengeluhkan, bisnis dan mata pencaharian mereka bisa mengalami kerugian besar. Negara-negara tetangga seperti Cina dan Korea Selatan dan negara-negara Kepulauan Pasifik juga telah menyampaikan kekhawatiran mereka tentang masalah keamanan.

"Akan lebih baik jika airnya tidak dikeluarkan, tetapi tampaknya tidak dapat dihindari," kata Katsumasa Okawa, pemilik toko makanan laut di Iwaki, sebelah selatan PLTN, yang bisnisnya masih dalam tahap pemulihan. Okawa mengatakan, dia berharap orang-orang masih tetap mau makan ikan dari Fukushima.

Pemerintah Jepang sejauh ini telah mengalokasikan 80 miliar yen untuk mendukung perikanan Fukushima dan mengatasi "kerusakan reputasi" dari pelepasan air limbah tersebut. Pejabat mengatakan, dampak air pada manusia, lingkungan dan kehidupan laut akan minimal dan akan dipantau sebelum, selama dan setelah pelepasan yang akan berlanjut melalui proses penonaktifan selama 30-40 tahun.

Para ilmuwan mengatakan dampak kesehatan dari mengkonsumsi tritium dan radioisotop lainnya melalui rantai makanan mungkin lebih buruk daripada meminumnya dalam air. Tetapi studi lebih lanjut masih diperlukan.

lokasi fukushimaLetak geografis PLTN Fukushima, Jepang (Foto: junglemaps.blogspot.com)

Pembersihan puing reaktor perlu 40 tahun

Sejumlah besar bahan bakar nuklir lelehan radioaktif masih tetap berada di dalam reaktor. Penyelidikan dengan mengerahkan robot telah memberikan beberapa informasi, tetapi status puing-puing yang meleleh sebagian besar tidak diketahui.

Pembersihan limbah radioaktif dari kolam pendingin reaktor Unit 1 akan dimulai pada 2027 setelah penundaan 10 tahun. Setelah semua bahan bakar bekas dihilangkan, fokus akan beralih pada tahun 2031 untuk mengeluarkan puing-puing yang meleleh dari reaktor.

Akira Ono, yang mengepalai unit pembersihan dan dekontaminasi TEPCO, mengatakan, pekerjaan itu "sangat sulit". Pemerintah Jepang menargetkan 30-40 tahun untuk menyelesaikan dekontaminasi. "Tapi jadwal yang terlalu ambisius dapat mengakibatkan paparan radiasi yang tidak perlu bagi pekerja pabrik dan kerusakan lingkungan yang berlebihan," kata Ryo Omatsu, pakar aspek hukum penonaktifan pembangkit nuklir. 

Beberapa ahli mengatakan, tidak mungkin membersihkan semua puing bahan bakar yang meleleh sampai tahun 2051, dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi.

Prefektur Fukushima sebenarnya sangat luas, dan sebagian besar wilayahnya tidak terpengaruh oleh radiasi. Setelah pekerjaan dekontaminasi ekstensif, sekarang hanya 2,4 persen wilayah yang masih dinyatakan terlarang. 

Di Fukushima sendiri ada resor ski dan industri pariwisata musim dingin, namun terbengkalai karena stigma bencana reaktor tahun 2011. Kini pemerintahan lokal bekerja keras untuk menarik wisatawan kembali ke kawasan itu. Setelah tiga tahun pandemi, pariwisata mulai kembali normal sejak akhir tahun lalu. [hp/as (ap, afp)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Jerman Tinggalkan PLTN Setelah Tragedi Fukushima di Jepang
Bencana nuklir Fukushima, Jepang, mengguncang kepercayaan kepada teknologi PLTN, Jerman putuskan untuk meninggalkan PLTN