PKS dan PBB Meratap-ratap, PPP Berjalan dengan Kepala Tegak

PKS terseok, PBB merasa lebih tidak beruntung, PPP berjalan dengan kepala tegak. Partai Islam mana paling unggul di Pileg 2019?
Lambang Partai Keadilan Sosial (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP). (Desain: Tagar/Siti Afifiyah)

Bandung, Jabar, (Tagar 13/11/2018) - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terseok-seok, mengaku pemilihan legislatif 2019 adalah yang tersulit. Namun, PKS tetap optimis bisa bertahan.

Sejauh ini berbagai lembaga survei menempatkan PKS di posisi tiga ke bawah sampai pada prediksi tidak akan lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada pemilihan legislatif 2019. 

Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Barat, Tetep Abdul Latif selain mengakui hal tersebut, juga menyatakan optimis mampu memenuhi ambang batas parlemen hingga memenangi Pileg 2019 di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Namun demikian, katanya, untuk merealisasikan target tersebut memang sulit karena tak ada kader PKS yang jadi calon presiden atau calon wakil presiden.

Ia menyebut, berbagai lembaga survei ada yang memberi hanya 3 persen, atau 4 persen masih memiliki peluang lolos ambang batas. Dan sedikit lembaga survei menyatakan PKS melampaui 4 atau 5 persen.

"Tetapi kami belajar dari Pemilu 2014, meskipun PKS diprediksi tidak akan lolos ambang batas waktu itu 3 persen nyatanya PKS bisa bahkan saat ini kita mampu 7,6 persen," kata Tetep Abdul Latif kepada Tagar News saat ditemui di DPRD Jabar, Senin (12/11).

Tetep yang juga Anggota Fraksi PKS DPRD Jabar ini mengatakan, tidak terlalu mempedulikan hasil survei.

"PKS itu kuat karena mesin partai yang bisa diandalkan. Kita punya kader-kader, simpatisan yang telah lama fokus pada aktivitas masyarakat dan dekat dengan masyarakat sehingga tinggi kepercayaan pada kami," katanya. 

"Kami tidak khawatir terhadap hasil survei tersebut meskipun memang kita akui 2019 memang Pemilu paling sulit bagi PKS dan partai manapun yang tidak memiliki calon pada Pilpres 2019," lanjutnya.

PPP Saingan Terberat

Tetep Abdul Latif menyebut, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan partai Islam saingan terberat PKS.

Hal tersebut, lanjutnya, karena sama-sama partai Islam, sama-sama memperebutkan calon pemilih muslim. Ditambah lagi, PPP saat ini kadernya telah memenangkan Pilgub Jabar, yaitu Uu Ruzhanul Ulum menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat, mendampingi Gubernur Ridwan Kamil.

"Tetapi ya, kita tetap akan optimis saja karena berkaca pada pengalaman Pemilu sebelumnya dan lebih mengandalkan mesin partai saja. Dan dari parpol Islam yang ada di Jabar saat ini PKS masih menempati posisi pertama pada perolehan kursi di DPRD Jabar," katanya.

Di DPRD Jawa Barat, PKS memiliki kekuatan 12 persen, PPP 9 persen, PKB 7 persen. Artinya, kata Tetep, PKS masih partai politik Islam yang diminati calon pemilih khususnya kalangan Islam. 

Dengan dasar modal tersebut, katanya, PKS yakin bisa melakukan terobosan-terobosan baru agar calon pemilih tak berpindah pilihan ke partai Islam lain, atau bahkan lari ke partai politik nasionalis.

"Mudah-mudahan dengan mensosialisasikan capres dan cawapres yang PKS dukung, akan membawa efek positif bagi PKS. Khususnya perolehan suara di parlemen, meski PKS tak memiliki kader di Pilpres 2019," harapnya.

Tetep mengatakan, dengan demikian target 26 kursi di DPRD Jabar mudah-mudahan mampu PKS raih meski Pemilu 2019 merupakan masa paling sulit bagi PKS untuk mempertahankan apalagi meningkatkan kursi di DPRD Jabar.

PBB Merasa Lebih Tidak Beruntung

Partai Bulan Bintang (PBB) Provinsi Jawa Barat merasa lebih tidak beruntung dari PKS. 

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PBB Jawa Barat, Syaifullah Rusyad mengeluhkan hal serupa, yaitu pemilihan legislatif 2019 merupakan pemilu paling sulit. Bukan saja karena PBB tidak memiliki kursi di parlemen, tetapi juga karena PBB benar-benar berjuang sendiri tanpa dukungan capres dan cawapres yang didukung PBB (secara informal) untuk memenuhi ambang batas parlemen 4 persen.

"Kami memang betul-betul berjuang untuk bisa lulus ambang batas parlemen di Pemilu 2019," tutur Syaifullah Rusyad pada Tagar News.

Rusyad mengatakan, kepada siapa pun PBB akan memberikan dukungan dalam pemilihan presiden 2019, apakah pada Prabowo-Sandi atau Jokowi-Ma'ruf, ia menilai hal itu tidak akan berdampak apa-apa terhadap eksistensi PBB di Pileg 2019, apalagi memenuhi ambang batas parlemen.

"PBB akan tetap berjuang agar bisa lulus ambang batas parlemen, dan mudah-mudahan mampu memiliki kursi di DPRD Provinsi, kota dan kabupaten," harapnya.

PPP Berjalan dengan Kepala Tegak

Sebelumnya, berbeda dengan PKS dan PBB, PPP menyongsong pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden 2019 dengan kepala tegak.

Ketua Umum PPP, M Romahurmuziy akrab disapa Rommy mengatakan semua calon legislatif PPP sudah diberikan arahan agar bisa sepaham. Yaitu harus memenangkan Pileg dan Pilpres 2019. 

Artinya, katanya, PPP tidak hanya wajib memenangkan Pileg tetapi Pilpres 2019, yaitu pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin.

Rommy mengatakan, meskipun tidak ada kader PPP dalam kontestan Pilpres 2019 tetapi sudah terwakili  dengan KH Ma'ruf.

"Sehingga, caleg PPP sudah harus paham, karena kita sudah menyatukan langkah dan gerak bahwa kader PPP harus menang di Pileg 2019 dan menangkan Jokowi-Ma'ruf Amin," katanya dengan mantap.

Rommy mengaku optimis, PPP pada Pileg 2019 bisa memperoleh kursi sebanyak-banyaknya di DPR, DPRD tingkat provinsi, kota dan kabupaten. Karena, katanya, PPP saat ini merupakan partai politik Islam yang elektabilitasnya semakin menunjukkan peningkatan dibandingkan partai Islam lain.

"Dan kita pun memiliki berbagai keberhasilan di Senayan, yaitu PPP memperjuangkan pendidikan agama Islam sampai pada perjuangan gaji bagi penyuluh agama, dan ini benar-benar perjuangan asli dari PPP karena kita peduli," ujar Rommy. []

Berita terkait