PKPU Dikabulkan Pengadilan Niaga, Merpati Akan Gunakan Pesawat Rusia

Pengadilan Niaga Surabaya akhirnya mengabulkan permohonan PKPU PT Merpati Nusantara Airlines.
Merpati Airlines Akan Pakai Pesawat Buatan Rusia. (Foto: tajuktimur)

Surabaya, (Tagar 14/11/2018) - Pengadilan Niaga Surabaya akhirnya mengabulkan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Merpati Nusantara Airlines. Majelis Hakim mengambil keputusan dengan pertimbangan mayoritas kreditur Merpati, baik konkruen maupun separatis setuju dengan PKPU yang diajukan.

"Majelis Hakim menyatakan sah perdamaian yang dilakukan antara Merpati dengan para krediturnya sebagaimana telah disepakati bersama," kata Hakim Ketua Sigit Sutriono di Surabaya, Rabu (14/11).

Sigit menambahkan, Merpati harus menyelesaikan utang kepada para kreditur dengan jangka waktu tertentu meski dalam sistem dicicil.

Merpati mati suri sejak 1 Februari 2014, karena tekanan finansial. Pada akhir tahun lalu, perusahaan memiliki beban utang kepada sejumlah kreditur sebesar Rp 10,72 triliun.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, total aset yang dimiliki Merpati pada akhir 2017 hanya tersisa Rp 1,21 triliun. Karena perusahaan tidak beroperasi, maka tak ada raihan pendapatan maupun laba bersih. Alhasil, ekuitas perusahaan pun tercatat minus Rp 9,51 triliun dan perusahaan merugi Rp 737 miliar.

Dengan dikabulkannya PKPU, Merpati memiliki peluang untuk terbang dan melayani para penumpang di Indonesia.

"Merpati masih memerlukan proses. Maklum, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan untuk bisa terbang lagi Merpati harus memenuhi banyak syarat," ucap salah satu pengurus PKPU Merpati, Beverly Charles Panjaitan.

Beberapa syarat tersebut adalah memiliki armada, memiliki awak serta pilot dan kondisi keuangan mereka sehat. Selain itu, Merpati harus memenuhi syarat keselamatan dan keamanan.

Merpati Airlines Akan Pakai Pesawat Buatan Rusia

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) siap kembali mengudara pada 2019. Intra Asia Corpora memberikan suntikan dana sebesar Rp 6,4 triliun.

Dengan modal ini, Merpati Airlines akan menggunakannya untuk mengurus izin operasi yang sempat dibekukan oleh Kementerian Perhubungan sejak tahun 2014.

Presiden Direktur Merpati Nusantara Airlines, Asep Ekanugraha mengatakan, jika beroperasi nanti Merpati  Airlines tak akan menggunakan pesawat buatan Boeing dan Airbus.

"Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. Tapi pesawat yang kita gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," kata Asep di Jakarta, Senin (12/11).

Pihaknya dalam mengoperasikan MNA pada 2019 tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC). Merpati akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur,  wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial, dan jika memungkinkan ke luar negeri.

"Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi," pungkas Asep. []


Berita terkait