Jakarta - Eks Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Demokratik (PRD) Petrus Hariyanto turut berduka dengan meninggalnya Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ Habibie). Petrus yang pernah menjadi narapidana politik (Napol) PRD kala itu, mengenang sosok Habibie semasa hidup.
"Walau aku yang saat itu napol PRD yang tidak dibebaskan oleh Presiden BJ Habibie, aku sedih atas wafatnya beliau," ujarnya dalam pesan Whatsapp, Kamis, 12 September 2019.
Habibie yang menjadi presiden di masa transisi memang tak membebaskannya dari 'cap Napol'. Namun, Habibie yang menjadi presiden di masa transisi reformasi tetap membuatnya kagum.
"Aku dan kawan-kawan berhadapan dengan rezim yang kami anggap boneka orba. BJ Habibie menjawab gerakan oposisi dengan beberapa karya politik keterbukaannya, salah satunya kebebasan pers," tuturnya.
Apalagi, Habibie menuliskan buku berjudul "Detik-Detik Yang Menentukan. Jalan Panjang Menuju Demokrasi".
"Membawa aku lebih memberi apresiasi kepada figur beliau. Tidak mudah menjadi seperti beliau di tengah krisis situasi poitik dan ekonomi," ucap Petrus.
Baca juga: Jantung BJ Habibie Menyerah pada 18.05
Selain itu, Habibie menurutnya telah mengambil sikap tegas melawan 'pembangkangan' Prabowo Subianto yang kala itu merupakan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) berpangkat letnan jenderal.
"Presiden Habibie berani memerintahkan Jendral Wiranto agar jabatan Prabowo diganti. Seperti yang kita saksikan, pada kisah selanjutnya Prabowo juga dipecat dari TNI karena dianggap terlibat penculikan aktivis '98 (sebagian teman-temanku di PRD)," ujar dia.
Petrus bersedih, idolanya dan jutaan anak Indonesia semasa kecil, yang dijuluki sebagai orang terpandai di Indonesia tutup usia.
"Selamat jalan BJ Habibie. Purna sudah tugasmu di dunia," ucapnya. []