Solo - Kesiapsiagaan bencana erupsi Gunung Merapi tak hanya dilakukan stakeholder terkait di wilayah Merapi berada. Instansi di wilayah sekitar seperti Solo, berbatasan dengan Klaten dan Boyolali, juga bersiaga.
Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Solo bersama Politeknik Akademi Bank Darah (Akbara) Solo menyatakan sudah dalam posisi siap siaga menghadapi bencana alam di tengah pandemi Covid-19. Bencana yang dimaksud adalah peningkatan aktivitas Gunung Merapi dan fenomena La Nina.
Seperti diketahui, saat ini status Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III). Sedangkan La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang, diprediksi dapat mengakibatkan anomali cuaca yang berupa peningkatan akumulasi curah hujan sekitar 40 persen.
"Ini yang jadi perhatian kami sekarang. Bahwa selain proses percepatan penanganan pandemi Covid-19 yang telah berjalan, saat ini terjadi pula peningkatan aktivitas Gunung Merapi dan juga fenomena La Nina," kata Kepala Markas PMI Solo, Agus Setyo Utomo, Senin, 9 November 2020.
Menurut Agus, saat ini PMI Solo sudah membuat pola penanganan untuk dua bencana sekaligus, yakni bencana nonalam Covid-19 dan bencana alam, yaitu Merapi dan fenomena La Nina.
"Kami sudah berkoordinasi dengan PMI se-Jawa Tengah pada sebuah pertemuan belum lama ini. Kaitannya dengan pandemi saat ini dan penanganan nanti untuk dua bencana alam yang diantisipasi," ujar dia.
Jadi kami sudah siapkan SOP baru untuk bencana alam dan nonalam yang diantisipasi.
Dari pertemuan itu, lanjutnya, sudah disepakati prosedur yang menjadi acuan penanganan. "Misalnya saja kapasitas maksimal pengungsi adalah setengah dari semula. Jadi kami sudah siapkan SOP baru untuk bencana alam dan nonalam yang diantisipasi," sebutnya.
Menyangkut pengungsian, juga sudah disiapkan dapur umum hingga masalah sanitasi yang disesuaikan dengan protokol kesehatan.
"Termasuk untuk relawan yang akan bertugas. Tidak ada rumus asal berangkat. Ada mekanismenya, misalnya saja harus rapid test lebih dulu. Ini untuk keselamatan pengungsi juga yang mayoritas adalah lansia," imbuhnya.
Terpisah, CEO PMI Solo, Sumartono Hadinoto memastikan bahwa PMI Solo siap siaga dalam segala bencana yang akan mungkin saja terjadi.
"Saat ini kami terus menambah kapasitas dan kemampuan dari relawan dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari pertolongan pertama gawat darurat, pelayanan kesehatan (PPGD), water sanitation and hygiene (WASH), shelter humanitarian, distribusi, layanan psikososial hingga dapur umum," papar dia.
Seperti pengalaman penanganan bencana yang sudah ada, semua sukarelawan akan bergerak dan bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena saat ini dalam situasi pandemi maka aktivitas mereka akan menyesuaikan dengan protokol kesehatan.
"Mulai dari rapid test hingga hal lainnya. Misalnya saja cara memasak di dapur umum yang berbeda dengan kondisi biasanya. Bagaimana menjaga jarak juga sudah masuk dalam SOP yang ada dalam penanganan bencana alam yang disesuaikan dengan protokol kesehatan," terangnya.
Baca juga:
- Desa Kembar, Persaudaraan Warga Merapi Hadapi Erupsi
- Bantu Pasien Covid Sembuh, PMI Solo Siapkan Plasma Darah
- Jumlah Relawan dan Persiapan PMI Yogyakarta Hadapi La Nina
Direktur Politeknik Akbara Solo, Titis Wahyuono menyampaikan bahwa Jawa Tengah adalah provinsi yang lengkap jenis bencananya.
"Mulai dari banjir, tanah longsor, angin, gunung meletus dan yang lainya, ini juga lah yang kami tekankan dan menjadi fokus untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memahami kondisi di Indonesia pada khususnya," imbuh Titis. []