Perguruan Tinggi Fiqih, Satu-satunya di Indonesia Ada di Ponpes Kiai Ma’ruf

Siang di Ponpes Kiai Ma'ruf, dari kejauhan terlihat seorang santri dengan lilitan kain sarung di leher, ia tertawa riang.
Pintu masuk menuju Pondok Pesantren (Ponpes) An Nawawi Tanara Al Bantani di pesisir utara Serang, Banten, Jumat (25/1/2019). Ponpes milik Kiai Ma'ruf Amin ini dilengkapi fasilitas pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih bangunan kampusnya berada di sayap kiri Ponpes. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Banten, (Tagar 28/1/2019) - Hawa sejuk di sini membuat suasana hati kian teduh. Hias belukar rerumputan tak henti menitikkan tetes air sisa hujan siang hari di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) An Nawawi Tanara Al Bantani di pesisir utara Serang, Banten. Cukup jauh menyusuri beton jalan berliku yang pinggirannya membentang panorama sawah hijau pemikat mata.

Tepat pukul 13.30 Jumat 26 Januari 2019, tim Tagar News diberi kesempatan untuk menapak tanah Ponpes yang didirikan oleh KH Ma'ruf Amin. Memasuki area kompleks Ponpes, pedal gas kendaraan roda empat yang kami tumpangi mesti ditekan makin pelan, guna mengamati beberapa bangunan bertingkat yang saat ini tengah memasuki tahap konstruksi penambahan lantai untuk membuka lebih banyak ruang kelas.

Sebelum berbelok ke kanan, tampak Masjid Agung Penata yang kiranya dapat menggoda lirikan mata. Kabarnya, pemugaran masjid yang didominasi warna biru langit itu memang diprakarsai serta diresmikan langsung oleh Menteri BUMN Rini Soemarno pada tahun 2018 silam.

Samar dari kejauhan sana, terdengar tawa riang seorang santri pria melilitkan kain sarung di leher. Ia berjalan sendirian menenteng sapu ijuk, sementara teman sejawat lainnya terlihat dari balik jendela masjid tengah sibuk membuka lembar per lembar kitab tebal berbahasa Arab.

Fadli Apriansyah (12), kelas 1 Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau setara dengan siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP), melongok senyum lalu berjalan girang ke arah kami. Kemudian ia menutur, "Sekolah lagi libur tiap Jumat. Hari ini kegiatan semua santri melakukan bersih-bersih ponpes, seperti menyapu agar nyaman nanti kalau ada orangtua yang datang," ucapnya sumringah.

Fadli merupakan siswa yang baru saja mengenyam pendidikan selama enam bulan di sekolah islami milik Ma'ruf Amin. Dengan murah hati ia menuntun dan menunjuk sebuah rumah bertingkat bercat krim yang ditempati oleh Pengasuh terkini Ponpes An Nawawi yakni Gus Syauqi yang merupakan putra sulung dari Ma'ruf Amin, serta tak lupa ia menunjuk bangunan tiga lantai tempat ia merebahkan tubuh pada malam hari.

Ponpes Kiai Ma'rufSantri Kiai Ma'ruf menjalankan salat lima waktu di masjid ini, Jumat (25/1/2019). Masjid yang bangunannya terpisah dari Ponpes ini juga didirikan Kiai Ma'ruf Amin. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Selanjutnya ia bercerita soal mimpi menjadi seorang Kiai yang kiranya akan bermanfaat bagi orang banyak. Karena menurutnya, hidup dengan setumpuk ilmu dunia, alangkah baiknya bila diimbangi pula dengan perbekalan ilmu akhirat.

"Itu cita-citaku. Aku nyantri di sini tidak disuruh orangtua. Aku sendiri memang yang mau. Di sini, aku ingin menjadi pria yang lebih bermanfaat untuk orang banyak nantinya, dengan tidak hanya menguasai ilmu hitung-hitungan saja," ucap dia.

Proses belajar-mengajar di Ponpes An Nawawi dilakukan pada hari Sabtu hingga Kamis. Hal itu dikemukakan oleh Abdurrahman (23), tenaga pengajar non formal yang membantu santri Ponpes untuk mendalami kitab Kuning, Matan Jurumiyah, Matan Taqrib, Nahwu Wadih, Mawarits, Tafsir Jalalain dan masih banyak yang lainnya.

Ia bersama 20 ustaz muda lain mengarahkan ilmu non formal kepada 287 santri pria dan 400 santri wanita di madrasah. Sambil menyulut rokok, pria berkopiah hitam itu kemudian mengajak kami mengitari lingkungan satu per satu bangunan yang ada di ponpes. Pada saat melangkah menuju kantor administrasi ia bercakap, bahwasanya ia bersama ustaz muda lain mendapat subsidi penuh dari Pengasuh Ponpes An Nawawi. Abdurrahman mengaku dipupuki secara mendalam ilmu muamalah di Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih (STIF).

Untuk diketahui, STIF merupakan satu-satunya perguruan tinggi fiqih yang ada di Indonesia, direalisasikan oleh KH Maruf Amin. STIF An Nawawi yang saat ini dihuni campuran 50 mahasiwa-mahasiswi, memiliki dua jurusan keilmuan, yakni ilmu ekonomi syariah dan ilmu hukum keluarga. Jika lulus nanti, maka status pendidikan yang disandang Abdurrahman akan setara dengan lulusan perguruan tinggi hukum lain, berbonus gelar SH yang disisipkan di nama belakang.

Pendidikan formal yang diserap oleh santri An Nawawi ialah mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Agama Islam Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Teknologi Informasi dan Komunikasi, PPKN dan masih banyak yang lainnya. Pelajaran ini didapat mulai dari bangku Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. 

Pendidikan formal dimulai lebih awal sejak pukul 07.30-12.00, sementara pendidikan non formal berlanjut dari pukul 14.00-17.00 WIB.

KH Ma'aruf Amin berpesan kepada seluruh santri yang mondok di pesantren miliknya, 

"Supaya santri di pondok itu harus menerima apa adanya, dan mandiri dengan apa yang ada. Lalu, santri harus bisa baca kitab kuning, harus bisa Bahasa Arab, bisa Bahasa Inggris, supaya menjadi manusia multifungsi, dan seiring perkembangan zaman santri juga harus bisa menguasai ilmu teknologi," tutur David (15), santri kelas 1 Madrasah Aliyah. Ia mengulang wejangan Kiai Ma'ruf yang ia ingat. []

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.