Pengalaman Mistis di Alas Lali Jiwo Gunung Arjuno

Kisah horor pendakian Gunung Arjuno di Jawa Timur yang berbeda dengan pengalaman mistik mahasiswa KKN di Desa Penari yang diduga dari Banyuwangi.
Ilustrasi gunung. (Foto: Instagram/@gunungmistis)

Jakarta - Viralnya cerita horor KKN di Desa Penari yang diduga berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur, masih menjadi misteri hingga kini. Banyak spekulasi cerita tersebut hanya fiktif belaka. Namun tidak sedikit yang mengatakan itu nyata.

Perbincangan belum selesai, karena muncul cerita mistis lain yang tidak kalah menarik untuk diketahui

Meneruskan catatan perjalanan mistik yang dialami Edwin saat mendaki Gunung Welirang dan Gunung Arjuno di Jawa Timur, yang diposting akun Instagram @gunungmistis.

Gunung Welirang merupakan sebuah gunung berapi aktif dengan ketinggian 3.156 mdpl yang secara administratif terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.

Gunung Welirang bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. 

Puncak Gunung Welirang terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Arjuno, sehingga kompleks ini sering disebut juga dengan Arjuno-Welirang.

Kompleks Arjuno-Welirang sendiri berada di dua gunung berapi yang lebih tua, Gunung Ringgit di timur dan Gunung Lincing di sebelah selatan. Area fumarol dengan cadangan belerang ditemukan di sejumlah lokasi pegunungan ini.

Situs di Gunung WelirangSitus di Gunung Welirang. (Foto: Instagram/@gunungmistis)

Berikut cerita lengkapnya Tagar sajikan bagi pecinta horor Indonesia.

Kisah ini dimulai pada sore hari, pada 30 Juni 2019. Rombongan pendaki asal Surabaya beranggota sembilan orang, terdiri dari Edwin, Cahyo, Shafa, Billy, Munif, Ariq, Ferdy, Dira, dan Eva.

Setelah berhasil melakukan pendakian ke Gunung Welirang mereka bersiap untuk pulang ke Surabaya

Ariq dan Billy yang merupakan mahasiswa, memutuskan kembali lebih awal. Sekitar jam 2 siang mereka turun gunung karena keesokannya harus mengikuti Ujian Akhir Semester. 

Sementara sisanya sedang melakukan bersih-bersih tenda sambil memasak, untuk persiapan pulang. Candaan dimulai Shafa, yang menyeletuk untuk melanjutkan perjalanan ke Gunung Arjuno. 

Mereka ternyata tertantang untuk mencicipi puncak Arjuno setelah melewati tanjakan Asu, berupa tanjakan lurus sepanjang 300 meter dengan kemiringan 30 derajat.

Namun Cahyo, Dira, dan Eva memutuskan untuk turun saja, tidak mengikuti rekannya, dengan alasan ada kesibukan lain.

Jadi, saat itu tinggal Edwin, Ferdy, Shafa, dan Munif, yang bersepakat melanjutkan misi untuk naik gunung lagi.

Sekira jam setengah 5 sore, mereka tancap gas menuju Lembah Kidang yang membutuhkan waktu 25 menit perjalanan menembus jalur setapak di dalam hutan

Setelah sampai di sana mereka bertemu empat pendaki lain yang mengaku sudah di Arjuno selama dua hari. Saat berkenalan dengan teman baru, mereka maunya disapa Boss Pecel Lele, Kubil, Bandot, dan Esemka (semua nama samaran).

Rombongan Surabaya ternyata disambut hangat dengan nyalanya api unggun yang memang telah disiapkan untuk menyambut datangnya malam. 

Setelah tenda berdiri, mereka sempat berbincang sebentar dengan teman barunya, sembari makan bersama mereka tertawa bersama menceritakan pengalaman dari Gunung Welirang. 

Setelah itu lelah dan dirasa dingin mulai menusuk tulang, mereka serentak masuk ke dalam, kecuali Ferdy yang memilih tetap berada di luar bersama Kubil, dan Boss Pecel Lele. Semuanya tertidur lelap sekitar jam setengah jam 12 malam.

Namun, tiba-tiba saja Edwin terbangun di tengah hempasan angin Lembah Kidang yang berada di tengah-tengah hutan cemara. 

Dia mendengar suara riuh dari luar tenda, tetapi dia mendengar pula perbincangan Ferdy dengan pendaki lain di luar tenda.

Edwin pun memilih menyeduh kopi. Ia memasak air panas bersama Munif, sambil menunggu Ferdy masuk ke dalam tenda.

Setelah semua masuk, keadaan di luar pun semakin sepi seiring api unggun mulai padam. 

Tak beberapa lama, semua tertidur pulas, tinggal menyisakan Edwin seorang. 

Padahal, saat itu, waktu sudah menunjukan pukul setengah 1 malam, kopi yang diseruput semakin membuat Edwin sulit terpejam.

Suasana sedang tenang, nyaris hening tiba-tiba saja Edwin mendengar suara langkah kuda mengelilingi tenda, sontak hal ini membuatnya dirundung ketakutan. 

Namun, tetap saja ada naluri ingin tahu, untuk melihat yang terjadi di luar tenda. Dalam kesaksiannya, Edwin mendengar suara tapak kuda yang menapak tanah, dan suara itu terus berulang. Cukup mengganggunya. 

Tidak ingin menjadi saksi mata sendiri, Edwin mencoba membangunkan Munif yang tengah terlelap di sebelahnya. Namun sial bagi Munif. Dia tidak menggubrisnya. Edwin kian larut di dalam kesendirian.

Pendakian gunungIlustrasi gunung. (Foto: Instagram/@gunungmistis)

Edwin berusaha cuek dengan apa yang terjadi di luar tenda, namun semakin dia hiraukan, suara pijakan justru terdengar semakin keras, bahkan sesekali terdengar juga suara rintihan wanita dan suara seperti botol yang terinjak. 

Nyali Edwin ciut, dia memilih bersembunyi di balik sleeping bag hingga akhirnya berhasil terlelap pulas.

Keesokannya, pada Senin dini hari, 1 Juli 2019, sebelum summit attack, Edwin coba bertanya pada orang samping tendanya yang sering mengantar orang ke Arjuna. 

Tak disangka jawabannya itu membuat dia semakin tercengang. Ternyata suara itu benar ada dan juga sering terdengar dan dialami pendaki lain. 

Edwin langsung teringat dan sudah tidak heran lagi karena dia sempat melintasi Alas Lali Jiwo yang mitosnya merupakan pintu gerbang jin yang terkenal di kalangan pendaki.

Mereka akhirnya memutuskan tancap ke puncak jam setengah 5 pagi dari Lembah Kidang bersama pendaki lain. 

Medan tanah bebatuan hingga rerumputan telah menunggu di depan sana, berbekal air dan roti yang enak bila dibalut dengan madu, mereka memulai perjalanan menanjak Puncak Arjuno.

Medan terus menanjak, Shafa sempat terkilir kaki kanannya, hingga tertinggal Kubil dan rombongannya sebagai penunjuk jalan

Mereka sempat menunggu Shafa, hingga dia dapat kembali normal. Beruntung, jalan setelah bukit, hanya tinggal lurus untuk tiba di puncak Gunung Arjuno.

Pada jam setengah 9 pagi, mereka tiba di Puncak Ogal-Agil yang memiliki ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut. 

Tak lama di puncak, mereka sepakat turun jam 9 dan tiba di Lembah Kidang jam 1 siang, agak terlambat memang, hal itu dikarenakan sempat membantu pendaki lain yang terjatuh di tengah track

Sekitar pukul 2 siang mereka melanjutkan perjalanan untuk turun, karena keesokan harinya teman mereka ada yang bekerja.

Tiba di Pos II Kop-kopan pada pukul 5 sore. Hari pun semakin gelap. Sialnya, tiba-tiba hanya Edwin yang merasakan seolah dikelilingi dua siluet hitam dan merah hingga mereka sampai bawah. 

Edwin tak berani menoleh ke atas, karena takut membuatnya tak fokus untuk turun karena mulai sering tersandung.

Edwin tidak berani menyimpulkan apa yang terjadi saat itu. 

Hingga hari ini, Edwin pun masih memikirkan hal tersebut dan belum berani bercerita ke teman-temannya mengani kejadian yang dia alami selama perjalanan di Arjuno. 

Sungguh pengalaman mistis yang menantang sekaligus menakutkan bagi dia. []

Situs di Gunung WelirangSitus di Gunung Welirang. (Foto: Instagram/@gunungmistis)

Berita terkait
Selain KKN Desa Penari, Ini 3 Tempat Mistis Lainnya
Selain cerita KKN di Desa Penari, ternyata masih banyak tempat mistis di Indonesia yang belum dapat terungkap hingga saat ini.
Menelusuri Lokasi Nyata Kisah Horor KKN Desa Penari
Kisah KKN Desa Penari yang ditengarai berada di Banyuwangi, menjadi viral di media sosial Twitter karena hal mistik di sana begitu menyeramkan.
Cerita KKN Desa Penari dan 15 Kisah Horor Lainnya
Selain cerita horor KKN Desa Penari viral di media sosial, ternyata akun Twitter @SimpleM81378523 juga menulis 15 kisah horor yang dalam akunnya.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.