Pengalaman Menjadi Relawan Bagi Korban Tsunami

Esti seorang relawan yang membantu melayani korban tsunami Selat Sunda di pengungsian Kantor Gubernur Lampung.
Warga Desa Sukaraja yang mengungsi di lereng Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Jumat (28/12/2018). Warga mengungsi di pegunungan karena dirasa aman. Warga juga mengaku masih takut dan trauma dengan tsunami yang terjadi pada 22 Desember lalu. (Foto: Antara/Ardiansyah)

Bandar Lampung, (Tagar 1/1/2019) - Esti seorang relawan dari komunitas Pramuka Peduli Siaga Bencana Esti. Ia membantu melayani korban tsunami Selat Sunda di pengungsian Kantor Gubernur Lampung.

Bagi Esti, menjadi relawan merupakan pengalaman berharga, karena melayani 3.500 orang lebih dengan karakter berbeda-beda.

Dengan pengalaman ini, lanjut dia, di Bandar Lampung, Selasa dini hari (1/1), maka akan bertambah ilmu yang didapat baik di bidang tanggap darut atau lainnya.

Tanggap darurat bukan hanya saat melakukan evakuasi saja, tetapi di dapur umum juga merupakan tanggap darurat bagaimana cara menenangkan para pengungsi, seperti tentang banyaknya isu hoaks tentang tsunami yang akan terjadi.

"Saya bukan hanya kali ini, tetapi sudah sering menjadi relawan jadi sudah sangat paham sekali tentang karakter para pengungsi," ujar Esti dilansir kantor berita Antara.

Ia mengatakan, walaupun malam pergantian tahun bersama dengan kawan-kawan relawan lainnya di pengungsian korban tsunami, tetapi tidak kalah bahagiannya, bisa bercanda, tawa sambil menghibur para pengungsi yang ada di lokasi.

Karena kebersamaan di posko merupakan kebersamaan yang tidak bisa ditukar oleh apa pun. Bahkan dengan materi sekalipun.

"Karena ini bentuk kemanusiaan jadi tidak apa, tidak kumpul dengan keluarga," katanya.

Esti mengharapkan, pada tahun 2019 ini bencana segera berakhir, dan para pengungsi bisa kembali ke rumahnya masing-masing dengan suka cita dan keamanan serta nyaman. Karena bila sudah aman maka masyarakat sudah bisa beraktivitasitas seperti biasanya.

Relawan di Pandeglang

Relawan lain bernama Suswanto melayani korban tsunami di Labuan, Pandeglang, Banten. Ia berasal dari Jakarta, datang ke tempat ini dengan niat membantu para korban melewati masa sulit.

Suswanto mengatakan korban tsunami di pesisir Selat Sunda perlu mendapatkan terapi psikis atau kejiwaan guna mencegah depresi berkepanjangan yang berdampak buruk terhadap kualitas dan produktivitas masyarakat.

"Kami berharap para korban tsunami itu menerima terapi atau bimbingan kejiwaan agar mereka kembali pulih pada kehidupan normal," kata Suswanto.

Suswanto yakin saat ini banyak korban tsunami mengalami depresi karena harta bendanya hilang maupun rusak, serta ketakutan ancaman bencana.

Mereka yang semula strata ekonominya cukup baik, kata dia, dengan adanya bencana kehidupanya menjadi terpuruk.

Misalnya, kata dia, seorang juragan ikan juga memiliki kapal, tetapi kondisi kapal miliknya rusak berat.

Begitu pula masyarakat yang memiliki rumah bagus, harta berharga, dan kendaraan, namun hanya seketika hancur bahkan hilang.

Di samping itu, kata dia, rasa ketakutan membayangi jiwa mereka pascatsunami.

Oleh karena itu, katanya, mereka yang terdampak tsunami perlu mendapat terapi psikis maupun bimbingan keagamaan untuk memulihkan kejiwaan korban.

Ia mengatakan apabila mereka tidak dilakukan terapi dan bimbingan dikhawatirkan akan memunculkan depresi berat.

"Kami yakin melalui terapi dan bimbingan itu bisa mengembalikan kehidupan normal," katanya.

Ada kasus seorang warga terdampak tsunami di wilayah itu meninggal dunia pada hari kedua pascatsunami.

Padahal, katanya, dia sehari sebelumnya sudah mengungsi dan hari kedua pulang kembali ke rumah yang jaraknya berjauhan dengan pantai.

Namun, saat menerima kabar air laut naik dan sirine tanda bencana berbunyi, kejiwaanya terganggu hingga tak sadarkan diri dan meninggal dunia.

"Korban itu dipastikan terganggu kejiwaanya karena merasa ketakutan, sehingga perlu adanya terapi psikis dan bimbingan keagamaan," kata Suswanto. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.