Medan - Sistem pendidikan harus bisa merespons era industri 4.0 sebagi salah satu gerakan yang dicanangkan pemerintah.
Hal itu disampaikan Sontina Grice Tambunan, Ketua Yayasan Akademi Pariwisata Medan Hotel School, pada acara wisuda Akademi Pariwisata Medan Hotel School angkatan IX.
Sebanyak 32 mahasiswa diwisuda di Hotel Grandhika, Jalan Dr Mansyur, Medan, Sumatera Utara, akhir pekan lalu.
Sontina menambahkan, gerakan literasi baru terfokus kepada tiga ketrampilan utama, antara lain literasi digital, teknologi, dan manusia. Ke tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di era industri 4.0.
Sontina berharap para wisudawan bisa diterima di dunia pariwisata, perhotelan maupun industri lain, termasuk di pemerintahan sebagia ASN.
Sebab, untuk membangun pariwisata, seperti yang diharapkan Presiden Jokowi agar pariwisata menjadi sumber utama devisa negara non migas, dibutuhkan SDM handal.
Sistem pendidikan dirancang dengan pola 30 persen teori dan 70 persen
Paralel dengan penciptaan sepuluh destinasi yang akan dikembangkan di Indonesia, salah satunya Danau Toba.
Acara juga dihadiri para orang tua mahasiswa, Kepala LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah I yang diwakili oleh Salahuddin, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Sumatera Utara Prof Dr Bahdin Nur Tanjung MM, Direktur Akademi Pariwisata Medan Hotel School, Joe Nasroen.
Yayasan memberi bekal akademik yang bervariasi, di antaranya food and beverage, house keeping, kitchen, front office, dan lainnya.
"Jadi memang lulusan-lulusan Akademi Pariwisata Medan Hotel School ini tidak terlalu banyak, tetapi kita utamakan kualitas lulusan. Sistem pendidikan dirancang dengan pola 30 persen teori dan 70 persen praktik. Para mahasiswa mendapat on job training tiga kali selama perkuliahan," jelas Sontina.
Gagasan itu dari Daniel Sihombing sebagai Pembina di Yayasan Akademi Pariwisata Medan Hotel School yang menyarankan para mahasiswa tiga kali praktik kerja nyata.
Di internal sendiri ide itu sempat mengalami kajian serius, salah satunya terkait regulasi pendidikan tinggi dengan kekhususan.
"Puji Tuhan dari 2004 di SK Mendiknas sekarang sudah 2019 berarti sudah 15 tahun, anak-anak alumni kita sudah ke mana-mana ada yang sudah di kapal pesiar putih, mancanegara ada yang sudah di Maldives, Dubai, ada yang sudah jadi genaral manajer di Swiss Belhotel Rainforest Bali," ujarnya. []