Jakarta - Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich menilai kebutuhan pendanaan menjadi salah satu hal yang diperhatikan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dalam melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) salah satu anak perusahaannya yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel. Alhasil, sejauh ini Mitratel belum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) meski wacana sudah ada sejak 9 tahun silam tepatnya Juli 2011.
"Bila cash flow perusahaan relatif stabil dan tidak banyak tergantung pendanaan eksternal, maka tidak terlalu urgent untuk memburu IPO tersebut, terlebih Mitratel sendiri sudah jadi pemain yang terbesar dan memiliki captive client dari grup," kata Farash saat dihubungi Tagar, Jumat, 25 September 2020.
Selain itu di satu sisi, kata Farash, Telkom mungkin masih menunggu waktu yang tepat dan tidak ingin terburu-buru untuk melepas IPO Mitratel. "Mungkin benar masih melihat timing yang tepat supaya valuasi optimal waktu melakukan IPO, sehingga dana yang didapat sesuai rencana dan dengan dilusi kepemilikan yang sesuai rencana juga," ucapnya.
Sebelumnya, recana IPO Mitratel ini diungkapkan oleh Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo dalam suatu webinar pada pekan lalu. Menurut dia, ada beberapa perseroan pelat merah akan melakukan IPO dan strategic partnership, contoh perusahaannya adalah PT Pertamina (Persero) dan Telkom.
"Di Telkom, anak perusahaan yang bergerak di bisnis yaitu di Mitratel akan ada IPO," kata Kartika.
Sementara, VP Investor Relation Telkom, Dewi, melalui keterbukaan informasi BEI, Senin, 21 September 2020, mengatakan Telkom Group sejauh ini sedang melakukan konsolidasi internal. "Telkom masih mengkaji secara lebih detil terhadap wacana IPO Mitratel, sebagai upaya value creation dari bisnis tower bagi grup," ujarnya. []
- Baca Juga: Mitratel, Anak Usaha Telkom Penyedia Menara Telekomunikasi
- Kenapa IPO Mitratel Tertunda Terus, Ini Jawaban Telkom