Penambangan Pasir Bikin Abrasi, Tulang Mayat Bertebaran di Pantai Galesong

Kuburan warga nyaris terbongkar akibat penambangan pasir yang berlebihan di Kabupaten Takalar, Sulsel.
Sebagian jasat di kuburan warga Desa Sampulungan Galesong Utara Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan hanyut dibawa air laut akibat abrasi. (Foto: ist)

Makassar, (Tagar 21/11/2018) - Sejumlah kuburan warga nyaris terbongkar akibat penambangan pasir yang berlebihan di Desa Sampulungan, Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Sampulungan, Daeng Muntu (47) mengatakan, warga mulai resah dengan dampak abrasi sejak tahun 2017. Dampak abrasi ini, kata Muntu, disebabkan masifnya pengerukan pasir laut di pesisir pantai Galesong.

Menurutnya, pasir laut yang dikeruk digunakan untuk menambah timbunan pantai buatan di Center Point of Indonesia (CPI) di Kota Makassar. Tepatnya di depan Pantai Losari.

"Di desa ini, ada tiga mayat yang sudah kelihatan. Tulang belulang dan kain kafan mayat tersebut sudah bertebaran di pesisir. Ini belum termasuk mayat yang hayut dilaut. Sudah banyak mayat manusia hilang yang tertutupi oleh pasir, keluarga almarhum marah melihat kuburan neneknya rusak, mereka tidak tau mengadu di mana masalah itu," kata Daeng Muntu kepada Tagar News di Makassar, Sulsel, Selasa (21/11).

Abrasi tersebut mengakibatkan kuburan yang berada di bibir pantai perlahan tergerus.
 Ditambah ombak besar terus menerjang serta mengikis bibir pantai hingga beberapa kuburan terbongkar. Sejauh ini panjang abrasi mencapai 25 hingga 30 meter dari pesisir.

"Semenjak adanya penambangan, belum ada respon baik dari pemerintah desa, sehingga melebarnya kerusakan pesisir," lanjutnya.

Ini terjadi juga di Desa Mangindara, yang bertetangga Desa Sampulungan. Sebagian kuburan yang tertutup pasir laut terbongkar dan belum teridentifikasi berapa mayat yang hilang.

Kuburan abrasiWarga melintasi jasad yang dapat dilihat di area kuburan yang berbatasan dengan lokasi pertambangan pasir di Desa Sampulungan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. (Foto: ist)


Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel mencatat, sejak perusahaan asal Belanda PT Royal Boskalis dan Jan De Nul melakukan penambangan pasir pada 2017, rumah dari 20 Kepala Keluarga (KK) dilaporkan rusak parah. Kali ini dampak abrasi akibat masifnya penambangan pasir di laut Galesong menyasar Desa Bontosunggu dan Desa Tamasaju.

"Penambangan pasir laut yang sangat masif. Pasir tersebut untuk menimbun pesisir Makassar. Namun kegiatan ini sangat mengecewakan masyarakat yang tinggal," kata Koordinator Divisi Advokasi Walhi Sulsel Muhaimin.

Tempat tinggal masyarakat pesisir yang menjadi korban dampak abrasi menjadi laut. Mereka terpaksa pindah di tanah milik pemerintah desa.  Panjang abrasi di Desa Bontosunggu dan Desa Tamasaju kini mencapai 40 hingga 50 meter dari pesisir pantai.

Sepanjang pesisir Galesong, penambangan pasir laut juga menghilangkan mata pencarian nelayan. Sedikitnya 350 nelayan beralih profesi menjadi buruh bangunan, petani sawi, penjual ikan dan tukang ojek. 

"Nelayan banyak menjadi korban. Selama tujuh bulan aksi pengerukan pasir, selama itu nelayan menderita. Terutama masyarakat di Desa Sampulungan dan Desa Mangindara," terangnya.

Dikabarkan, kuburan yang terbongkar itu rencananya bakal dipindahkan oleh pihak keluarga masing-masing. Di luar itu, masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) terus mengupayakan meminta kejelasan dari aparat pemerintah desa untuk mencarikan solusi terbaik dari aktifitas pengerukan pasir laut.

Berita terkait
0
Bestie, Cek Nih Cara Ganti Background Video Call WhatsApp
Baru-bari ini platform WhatsApp mengeluarkan fitur terbarunya. Kini Background video call WhatsApp bisa dilakukan dengan mudah.