Jengkel Juga, Dekat Petugas Mereka Leluasa Seperti Itu

Momentum kepadatan dan keriuhan penumpang selama masa mudik Lebaran cenderung terus dimanfaatkan oleh awak kendaraan angkutan untuk meraih keuntungan.
Pemudik sepeda motor menunggu "Roll on-Roll off" (RoRo) untuk menyeberangi Selat Sunda di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (23/6). Pada H-2 Lebaran Pelabuhan Merak dipadati para pemudik baik yang menggunakan sepeda motor, bus, maupun mobil pribadi. (Foto: Ant/Sigid Kurniawan)

Bandarlampung, (Tagar 24/6/2017) – Momentum kepadatan dan keriuhan penumpang selama masa mudik Lebaran cenderung terus dimanfaatkan oleh awak kendaraan angkutan untuk meraih keuntungan. Keinginan untuk meraih untung setahun sekali dari para pengelola, baik pengusaha maupun awak angkutan massal saat Lebaran itu merupakan keniscayaan yang nyaris tak terbendung setiap tahunnya.

Kecenderungan ulah awak dan pengusaha transportasi menggunakan segala cara untuk meraih keuntungan maksimal pada momentum angkutan Lebaran setiap tahun yang merugikan kepentingan masyarakat khususnya pemudik itu, perlu diantisipasi agar tidak terus berlanjut. Biasanya, ulah awak dan pengusaha angkutan berbagai moda transportasi massal di lapangan, seperti di Lampung seenaknya menaikkan tarif angkutan Lebaran tak terkendali, dengan dalih wajar dilakukan setahun sekali.

Namun pemerintah telah mengantisipasi kecenderungan penetapan tarif semaunya sendiri itu, dengan menerapkan ketentuan batas atas dan bawah tarif angkutan umum saat masa angkutan Lebaran berlangsung, setidaknya sepakan menjelang dan sesudah Lebaran. Tujuannya jangan sampai pemudik dieksploitasi saat menjalani ritual pulang ke kampung halaman masing-masing seperti pada masa Idul Fitri 1438 Hijriah ini.

Tarif angkutan umum diberi kelonggaran untuk bisa dinaikkan, namun tetap harus sesuai ketentuan batas atas dan bawah tersebut. Begitu pula perilaku layanan kurang memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi pemudik masih perlu terus dibenahi oleh berbagai pihak.

Pada masa angkutan arus mudik Lebaran 2017, hasil penelusuran di Lampung menjelang akhir pekan atau beberapa hari menjelang Idul Fitri 1438 Hijriah, menunjukkan awak angkutan umum masih berulah kurang baik. Mereka cenderung memaksa penumpang naik ke kendaraan yang disiapkan, seperti dialami para pemudik di Terminal Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan.

Sejumlah pemudik, saat tiba di Bandarlampung, Jumat (24/6), mengeluhkan ulah para awak bus dan angkutan umum lainnya termasuk awak mobil angkutan antarjemput (travel) yang memaksa penumpang di Terminal Pelabuhan Bakauheni, meskipun aparat keamanan berjaga dan siaga di sekitar mereka.

“Jengkel juga, di dekat petugas keamanan saja mereka leluasa berbuat seperti itu,” kata Lili, salah satu perempuan pemudik dari Pelabuhan Merak, Banten, yang turun di Terminal Bakauheni.

Keluhan serupa diungkapkan beberapa pemudik khususnya kaum perempuan yang hendak melanjutkan perjalanan dari Bakauheni ke Terminal Induk Rajabasa, Bandarlampung maupun ke tempat lain.

Pemandangan awak bus dan angkutan umum lainnya serta travel termasuk pengojek memaksa penumpang itu masih terlihat di sekitar Terminal Pelabuhan Bakauheni. Setiap kali para penumpang kapal turun dan memasuki area sekitar terminal, para awak angkutan umum tersebut langsung seperti dikomando berbondong-bondong 'merangsek' ke arah penumpang itu untuk berebutan mendekatinya.

Sasaran utama adalah para penumpang lanjut usia, kaum perempuan khususnya remaja putri yang sendirian. Namun tak hanya kaum perempuan, pemudik laki-laki dewasa bahkan pemudik yang berseragam militer pun didekati para awak angkutan umum itu. Mereka tak sungkan memaksa penumpang naik ke kendaraan mereka, selain dengan menarik-narik calon penumpang, juga mengambil dan membawakan barang bawaan.

Beberapa kali sempat terjadi saling tarik antarawak angkutan umum berbeda, dan nyaris terjadi perselisihan memperebutkan penumpang itu. Namun karena petugas kepolisian dan aparat TNI berseragam selalu berjaga di sekitar Terminal Bakauheni, pertikaian atau 'cekcok' antarawak angkutan umum itu tidak sampai terjadi.

Selain mengeluhkan ulah awak angkutan umum memaksa penumpang itu, sejumlah pemudik asal Pulau Jawa yang hendak berlebaran di Lampung juga mengeluhkan pelayanan dan kondisi angkutan umum yang masih kurang memadai. Mereka mengeluhkan ulah awak bus seenaknya menambah kursi cadangan dan memadatkan penumpang di dalam bus hingga berdesak-desakan. Bahkan beberapa penumpang terpaksa berdiri karena tak mendapatkan tempat duduk.

“Seperti menumpuk barang saja, padahal kita ini manusia seharusnya tak dipaksa berdesakan seperti itu,” ujar Ari, salah satu pemudik, pekerja di Jabotabek dalam perjalanan ke kampung halaman di Lampung.

Penumpang bus itu mengeluhkan pula adanya bus berpendingin ruangan (AC), namun setelah mereka naik ke atas bus dan duduk di dalamnya ternyata AC rusak dan tidak berfungsi, sehingga sepanjang perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa, Bandarlampung sekitar dua jam lebih harus mengalami kepanasan/kegerahan.

Para penumpang mudik itu mengeluhkan pula penetapan tarif angkutan umum, khususnya kendaraan travel tidak resmi yang mahal melebihi kondisi normal, yaitu Rp 50.000 per penumpang dari Bakauheni ke Rajabasa, Bandarlampung, padahal biasanya tak lebih dari Rp 40.000 per penumpang.

Mereka mengeluhkan pula ulah sopir bus yang ugal-ugalan mengemudikan kendaraan, sehingga membuat penumpang tidak nyaman dan berisiko terjadi kecelakaan lalu lintas.

Para pemudik itu berharap aparat berwenang turun ke lapangan dan selalu mengecek pelayanan bagi penumpang saat mudik Lebaran seperti ini, serta secara tegas dapat menindak para awak angkutan umum maupun perusahaan bus yang menyalahi ketentuan dan mengabaikan kenyamanan serta keselamatan penumpang.

Travel Gelap Jasa layanan kendaraan antarjemput penumpang tidak resmi atau travel gelap ditengarai banyak berkeliaran dan leluasa beroperasi untuk melayani pemudik di Provinsi Lampung pada trayek perjalanan Kota Bandarlampung-Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan.

Pada Rabu (21/6) malam hingga Kamis (22/6) dini hari, puluhan hingga belasan angkutan travel itu beroperasi di sepanjang Jalan Lintas Sumatera di Kota Bandarlampung hingga ke kawasan Panjang yang merupakan jalur utama Jalan Lintas Tengah Sumatera melayani penumpang dari Terminal Induk Rajabasa, Bandarlampung-Pelabuhan Bakauheni pulang pergi (PP).

Pangkalan travel itu, antara lain terdapat di dekat simpang jalan layang (flyover) Jalan Ki Maja Way Halim, Kalibalok Sukarame, Lapangan dan Baruna Panjang. Mobil-mobil travel tidak resmi membaur dengan travel resmi maupun bus angkutan umum reguler yang biasa melayani penumpang di luar waktu angkutan lebaran.

Menurut sejumlah awak angkutan travel itu, mereka sengaja beroperasi untuk mengincar mendapatkan penumpang yang hendak melakukan perjalanan mudik pada Lebaran 2017 ini, baik dari Pelabuhan Bakauheni maupun dari Kota Bandarlampung di sepanjang Jalinsum Lintas Tengah Lampung.

Para awak travel itu mengenakan tarif penumpang lebih mahal dari biasanya, berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per penumpang menjadi rata-rata Rp 50.000 per penumpang. Tarif bus umum berkisar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per penumpang pada hari biasa.

Penumpang yang menawar harga agar bisa lebih murah pun tidak dapat dilayani, dan mereka tetap mengenakan tarif flat Rp 50.000 per penumpang. “Wajar tarif sebesar itu untuk layanan antarjemput penumpang, apalagi mau lebaran seperti sekarang ini,” ujar salah seorang awak travel tidak resmi.

Pada jalur Terminal Induk Rajabasa, Bandarlampung ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, secara reguler dilayani bus antarkota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan travel resmi yang biasa beroperasi dari terminal maupun pangkalan masing-masing.

Saat arus mudik dan balik Lebaran ini, angkutan reguler mesti bersaing dengan angkutan nonreguler termasuk travel tidak resmi seperti itu.

Pemudik dari Pulau Jawa yang kembali ke kampung halamannya di sejumlah daerah di Provinsi Lampung maupun kota lain di Pulau Sumatera mulai berdatangan dan terus mengalir dari Pelabuhan Bakauheni melalui Terminal Rajabasa, Kota Bandarlampung.

Menurut Kepala Terminal Rajabasa Kota Bandarlampung Mustika sejak H-5 Lebaran 2017 sudah mulai terlihat peningkatan jumlah pemudik yang datang dari Pulau Jawa turun di Lampung. Menurutnya, jumlah pemudik diprediksi akan terus meningkat, mengingat para pegawai swasta khususnya diperkirakan sudah mengambil cuti lebih dulu sebelum memasuki awal cuti bersama Lebaran 2017 pada Jumat (23/6).

Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-4 hingga H-3 dan H-2, berbarengan dengan waktu cuti nasional itu. “Demi kelancaran arus mudik ini, kami telah melakukan pembenahan salah satunya fasilitas umum dan menambah pos kesehatan yang beroperasi 24 jam,” kata dia.

Pemudik yang pulang Rabu (21/6) ini, beralasan ingin menghindari kemacetan dan juga padatnya penumpang. “Saya takut terlalu lama di jalan, sehingga memutuskan pulang hari ini,” kata Rafli dari Bogor.

Dia mengatakan, tahun ini pulang membawa anak sehingga diputuskan pulang lebih cepat dan dirinya pun memilih bus sebagai moda transportasi karena dirasa cukup aman.

Para pemudik tersebut berdatangan dari Pulau Jawa setelah melalui Penyeberangan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung kemudian menggunakan armada bus menuju Terminal Induk Rajabasa, Bandarlampung.

Sebelumnya, pihak Polres Lampung Selatan maupun Polda Lampung dan jajaran kepolisian di seluruh Lampung telah menegaskan akan menjamin keamanan pemudik atau penumpang kapal di Bakauheni untuk memberikan kenyamanan dan menjamin keamanan selama mudik maupun balik pada Lebaran 2017 ini.

Puncak arus mudik dari Merak ke Bakauheni diperkirakan terjadi pada Kamis (22/6) malam hingga Jumat (23/6) malam, sehingga operator transportasi umum bersama petugas pengamanan dan penertiban terkait mengantisipasinya.

Jaminan kenyamanan pelayanan oleh pengelola angkutan umum, dan jaminan keamanan dari petugas berwenang bagi para pemudik dari berbagai risiko buruk selama perjalanan mudik Lebaran 2017, tampaknya perlu ditingkatkan dan diperbaiki agar semakin memuaskan. (yps/ant)

Berita terkait