Pemprov Riau Permak ‘Ombak Bono’ Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

Pemprov Riau permak ‘Ombak Bono’ menjadi kawasan ekonomi khusus pariwisata. Pemprov mencadangkan lahan seluas 600 hektare untuk akses darat dan udara.
Bono mengusung 'The Seven Ghost' sebagai destinasi pariwisata dunia dari Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau. (Foto: Ist)

Pekanbaru, (Tagar 21/11/2017) – Ini kabar baik. Guna mendukung keberadaan "Ombak Bono" di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan yang dicanangkan menjadi kawasan ekonomi khusus pariwisata, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mencadangkan lahan seluas 600 hektare.

"Untuk mereasalisasikan Bono sebagai kawasan ekonomi khusus itu maka akses darat dan udara perlu dipersiapkan dengan baik," kata Fahmizal Usman, Kepala Dinas Pariwisata Riau dalam keterangannya di Pekanbaru, Senin (20/11).

Menurut Fahmizal Usman, sektor pendukung lainnya adalah keberadan penginapan, rumah makan dan toilet yang bersih, rapi dan nyaman serta dukungan dari SDM pariwisata yang berkualitas.

Ia mengatakan, saat ini Pemprov Riau juga sedang menelusuri potensi lain dari Desa Bono, yaitu Bono Jazz Festival.

"Wisata Bono sangat populer hingga ke mancanagera, itu merupakan gelombang atau ombak yang terjadi di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia. Ombak Bono Sungai Kampar merupakan suatu fenomena alam akibat adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat pasang," jelasnya.

Biasanya ombak atau gelombang hanya terjadi di tepi pantai atau laut ataupun danau yang luas akibat perubahan arus air dan angin.

Ombak yang cukup besar banyak dimanfaatkan untuk bermain selancar. Jika melihat orang berselancar di pantai adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar biasa.

Ombak Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan. Debit air Sungai Kampar cukup besar sekitar November dan Desember.

Bono sebenarnya terdapat di dua lokasi di Provinsi Riau yaitu di Muara (Kuala) Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan di Muara (Kuala) Sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hilir. Masyarakat setempat menyebut Bono di Kuala Kampar sebagai Bono Jantan karena lebih besar, sedangkan Bono di Kuala Rokan sebagai Bono Betina karena lebih kecil.

Menurut kepercayaan warga, gelombang Bono yang ada di Sungai Kampar adalah Bono Jantan, sementara Bono Betina berada di daerah Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapi-api.

Bono di Kuala Kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk Bono.

Pada musim pasang mati, Bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui Bono Betina. Kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, Bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut.

"Jika bulan mulai besar, kembalilah Bono ke tempat masing-masing, lalu main memudiki di Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira Bono berpacu memudiki kedua sungai itu," ujarnya.

Lokasi Wisata

Untuk memperbanyak lokasi kunjungan wisatawan setelah dari Bono, maka Pemrov Riau juga mengembangkan Desa Teluk Meranti menjadi desa wisata Riau.

[caption id="attachment_30275" align="aligncenter" width="712"] WISATA GUA GARUDA: Warga menunjukkan bagian dalam Gua Garuda di Desa Aliantan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Sabtu (11/11). Komunitas sadar wisata setempat, The Care Taker, gencar mendorong potensi pariwisata Desa Aliantan yang memiliki 11 gua, salah satunya Gua Garuda yang dipercaya sebagai tempat persembunyian tentara Indonesia saat perang melawan penjajah. (Foto: Ant/FB Anggoro)[/caption]

Berikutnya Desa Teluk Jering, Puncak Ali Antan, Ulu Kasok. Tradisi Bakartongkang pada setiap festival diprediksi bisa mendatangkan uang sebesar Rp 200 miliar termasuk pacu jalur.

Pacu jalur mampu menyedot kunjungan wisatawan lokas sebanyak 200.000, akan tetapi yang menjadi permasalahan yang berjualan masih didominasi pedagang dari luar Kampar. (ant/yps)

Berita terkait
0
Pemerintah Bentuk Satgas Penanganan PMK pada Hewan Ternak
Pemerintah akan bentuk Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk menanggulangi PMK yang serang hewan ternak di Indonesia