TAGAR.id, New York, AS - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, hari Selasa, 20 September 2022, untuk pertama kalinya dalam lebih satu dekade bertemu dengan seorang Perdana Menteri (PM) Israel, yaitu Yair Lapid, di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS).
PM Lapid dan Presiden Erdogan bertemu di sela-sela Sidang Umum PBB di New York hari Selasa, 20 September 2022, untuk pembicaraan tatap muka pertama antara pemimpin kedua negara sejak 2008.
PM Israel Yair Lapid "mengangkat masalah orang Israel yang hilang dan ditawan dan pentingnya membawa mereka pulang," kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan. Pemimpin Israel itu juga menyuarakan keprihatinan tentang musuh bebuyutannya Iran dan "berterima kasih kepada Presiden Erdogan atas kerja sama intelijennya," kata kantornya.
Hubungan Israel-Turki yang lama membeku di tengah perseteruan atas perjuangan Palestina telah menghangat dalam beberapa bulan terakhir, dengan kerja sama utama di bidang energi. Kedua negara diharapkan segera bertukar duta besar baru.
Turki negara muslim pertama yang mengakui Israel
Selain membahas energi, Lapid berterima kasih kepada Erdogan karena sudah berbagi intelijen negara dan mencatat permintaan Israel untuk mengembalikan empat warganya, dua di antaranya hilang di Jalur Gaza sejak perang 2014, kata kantor Lapid.
Turki tahun 1949 menjadi negara mayoritas muslim pertama yang mengakui Israel. Namun hubungan kedua negara memburuk di bawah pemerintahan Erdogan, yang telah menjauh dari sekularisme negaranya sejak ia menjadi pemimpin tertinggi pada tahun 2003. Dia terakhir bertemu dengan seorang perdana menteri Israel pada tahun 2008.
Hubungan memburuk tajam pada 2010 setelah kematian 10 warga sipil menyusul serangan Israel di kapal Turki Mavi Marmara, bagian dari armada yang mencoba menembus blokade dengan membawa bantuan ke Jalur Gaza.
Hubungan dengan Hamas sempat jadi ganjalan
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Erdogan memperbarui seruan untuk pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Namun dia juga mengatakan bahwa Turki "bertekad untuk terus mengembangkan hubungan dengan Israel demi masa depan, perdamaian dan stabilitas, tidak hanya kawasan, tetapi juga bagi Israel, rakyat Palestina dan kita."
Anggota NATO Turki telah menjadi tuan rumah bagi anggota Hamas, sebuah gerakan Islam Palestina yang menguasai Gaza dan yang oleh sebagian besar negara Barat ditetapkan sebagai kelompok teroris. Hubungan itu sering menjadi ganjalan dalam upaya untuk membangun kembali hubungan dengan Israel.
Erdogan dalam beberapa bulan terakhir telah bergerak untuk berdamai dengan saingan regional termasuk Arab Saudi. Beberapa analis percaya dia memprioritaskan upaya untuk mengatasi kesulitan ekonomi di dalam negeri sebelum pemilihan tahun depan, karena ingin tetap menjabat sebagai presiden. [hp/yf (rtr, afp)]/dw.com/id. []