Pemilihan Produk Jadi Patokan Tekan Impor & Pulihkan Ekonomi

Kampanye untuk produk lokal selama ini sudah sering digaungkan, sehingga perlu dipiliah produk tertentu sehingga bisa menekan impor.
Kampanye untuk produk lokal selama ini sudah sering digaungkan, sehingga perlu dipiliah produk tertentu sehingga bisa menekan impor. (Foto: Tagar/kemanparekraf.go.id/Kampanye Bangga Buatan Indonesia).

Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet menanggapi rencana pemerintah yang akan mengandalkan konsumsi produk lokal untuk memulihkan ekonomi yang berpotensi menekan impor. Menurut dia, kampanye untuk produk lokal selama ini sudah sering digaungkan, sehingga perlu dipilah terlebih dahulu terhadap produk tertentu.

Akhirnya, pembangunan infrastruktur harus diisi dengan impor besi dan baja dari China pada saat itu.

"Kampanye bangga buatan produk lokal ini sebenarnya bukannya isu baru, jauh sebelumnya tagline 'bangga buatan produk indonesia' sudah seringkali disampaikan. Namun demikian perlu dipilah terlebih dahulu produk seperti yang kemudian bisa diproduksi di dalam negeri," kata Yusuf saat dihubungi Tagar, Senin, 2 November 2020.

Saat ini, kata Yusuf, jika berbicara produk bahan baku industri memang harus diakui bahwa industri manufaktur dalam negeri masih mengandalkan produk impor bahan baku industri dari luar. Penyebab impor tersebut juga beragam, salah satu yang utama yakni miskoordinasi kebijakan pemerintah dalam negeri.

"Saya ambil contoh,  produk besi dan baja, dalam lima tahun ke belakang pemerintah gencar membangun infrastruktur," ucapnya.

Seperti yang diketahui, kata Yusuf, infrastruktur komponen bahan baku yakni beji dan baja. Namun, PT Krakatau Steel sebagai BUMN penghasil produk tersebut tidak bisa mengambil untuk dari program pembangunan infrastruktur pemerintah.

"Akhirnya, pembangunan infrastruktur harus diisi dengan impor besi dan baja dari China pada saat itu," ujar Yusuf.

Dengan begitu, untuk produk komponen bahan baku industri atau infrastruktur masih relatif sulit untuk menekan impornya jika tidak ada koordinasi antara pemerintah. Sementara, jika berbicara produk dalam negeri misalnya produk UMKM masih bisa berpotensi mencapai target konsumsi.

"Namun demikian, jika kita berbicara produk dalam negeri seperti misalnya produk UMKM yang erat kaitannya dengan nilai-nilai budaya Indonesia seperti batik, saya kira peluang masih ada untuk didorong mencapai target konsumsi produk lokal," tutur Rendy. []

Berita terkait
Pandemi Buka Transformasi Ekonomi Making Indonesia 4.0
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya transformasi ekonomi dalam era Making Indonesia 4.0.
Airlangga Hartarto: Program Ekonomi Buat Indonesia Bergairah
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah percaya program PEN membuat aktivitas ekonomi membaik.
Alasan Indonesia Masih Impor Baja dari China dan Vitenam
Produk baja impor dari China dan Vietnam masih mendominasi bahan baku industri nasional. Apa sebabnya?